Mohon tunggu...
Cello DiajengNibumi
Cello DiajengNibumi Mohon Tunggu... Lainnya - pelajaran

simpan harapanmu dalam untaian doa, lalu jadikan nyata dengan berjuang dan tawakal pada-Nya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penyesalan

12 November 2020   20:38 Diperbarui: 12 November 2020   20:39 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senin ini awan sangat cerah seolah mengetahui kami akan melaksanakan upacara bendera. Banyak siswa-siswi yang mengeluh, karenah harus melaksanakan rutinitas ini setiap minggu, namun banyak juga yang senang melaksanakanupacar, walaupun hanya sekedar cuci mata. Setelah selesai melaksanakan upacara bendera, para siswa memasuki kelasnya masing-masing dan memulai pelajaran pada pagi hari ini. Hari ini kami disajikan beberapa mata pelajaran, seperti Matematika, Bahasa Indonesia, dan Seni Budaya.

Malang nasib kami, karena mata pelajaran yang pertama ialah Matematika, dimana semua murid harus mencari angka agar mendapatkan hasil. Bapak guru meminta kami untuk mengerjakan soal yang ada dibuku, dan kamipun dengan fokus mengerjakan soal tersebut agar mendapat hasil yang memuaskan. Kemudian, setelah jam mata pelajaran usai, Bapak guru memberikan pesan agar kami mengulang materi yang telah diajarkan, karena sewaktu waktu akan diadakan ujian dadakan.

Singkat cerita, bel sekolahpun berbunyi siswa-siswi berbondong-bondong keluar dari area sekolah untuk menuju rumahnya masing-masing. Dwi, Rahma, dan juga Tika pulang dengan berjalan kaki, karena jarak rumah mereka berdekatan dengan sekolah. Diperjalanan, mereka bertukar cerita untuk menghilangkan rasa penat setelah belajar.

" Nanti bermain kerumahku yuk, setelah makan siang. Aku ingin menunjukkan kucingku yang baru. " pinta Rahma kepada dua temannya.

" Wahh, aku akan segera kerumahmu. " ungkap Dwi senang.

" Bagaimana Tika, apakah kamu ingin kerumahku juga? " tanya Rahma.


" Maaf, aku tidak bisa ikut. Aku ingin belajar di rumah, karena pesan Bapak guru tadi kan kita harus belajar sendiri karena ujian akan diadakan sewaktu-waktu." jawab Tika dengan wajah polos.

Setibanya di rumah masing-masing, Tika langsung mengganti bajunya, kemudian makan siang, beribadah, dan istirahat siang, agar nanti malam dia bisa belajar dengan penuh berkonsentrasi. Mengenai pelajaran yang Tika tidak mengertia, ia akan menanyakan kakaknya. Sementara itu, Dwi dan Rahma asyik bermain hingga larut malam sehingga mereka tidak sempat mendalami materi.

Keesokan harinya, merekapun berangkat bersama ke sekolah. Sesampainya di kelas, jam mata pelajaran pun dimulai. Ternyata Bapak guru benar-benar mengadakan ujian dadakan. Tika yang semalem belajar, mengerjakannya dengan mudah, sedangkan Dwi dan Rahma harus remedial dikemudian hari. Tika memperoleh nilai tertinggi dikelasnya, dan Bapak guru menjadikan Tika menjadi patokan untuk terus belajar.

" Wah, selamat ya Tika, kamu mendapatkan nilai tertinggi di kelas. " ucap Dwi.

" Selamat ya Tika, kami menyesal tidak mengikutimu untuk belajar. " lanjut Rahma dengan wajah lesu.

" Terimakasih, tidak apa-apa jadikan hari ini sebagai pelajaran, agar kedepannya bisa lebih baik lagi. " ucap Tika.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun