Ternyata pekerjaan ini memang harus dilakukan seseorang yang ahli di bidangnya. Perlu ketrampilan khusus dan seni melayani dengan anggun.
"Apa yang kamu miliki selama berkarir?" seorang kawan bertanya.
"Ini!" sambil menunjuk kepalaku
Dari upahku, saya tidak membeli cincin berlian, tidak pula membeli sepatu kaca berlapis emas. Hanya bekal celengan pribadi, menimba ilmu di berbagai hotel.
Analisa uang menjadi urutan prioritas
Suatu hari, saya iseng mencatat hasil analisa pribadi di beberapa hotel tentang urutan curhat. Seperti biasa, mengajak tim agar terbuka mengungkap masalah "not urgent but important"
Alhasil diurut berdasar kuantitas terbesar di tim penjualan dan pemasaran dari 4 hotel yaitu masalah;
(1.) Gaji
(2.) Jam kerja
(3.) Libur di hari Sabtu
(4.) Pengganti uang makan siang di luar kantor
Betapa uang menjadi pemicu semangat sekaligus penyebab patah semangat!
Namun terdapat satu hotel dengan besaran upah di atas standar. Apa yang terjadi? Tim ini menunjukkan kualitas kerja di atas rata-rata! Inikah penyemangat?
Omong-omong tentang uang, uang sedikit, uang banyak, tetap saja kurang. Buktinya seorang pejabat kaya raya masih korupsi.
Saya baru menikmati gaji sejak duduk di kursi ADOSM. Sebelum itu tiada tabungan yang berarti dari upahku sendiri. Apalagi jika berkantor di Jakarta, biaya hidup yang tinggi, agak sulit bergerak.
Kapan mendulang uang?
Saat kita tidak memikirkan uang sebagai tujuan bekerja. Uang semakin dicari, semakin menjauh.
Latih titik fokus Anda terhadap hal yang tidak membosankan. Pada saat Anda asyik berkarier maka Anda sedang menikmati hidup.