Mohon tunggu...
Cechgentong
Cechgentong Mohon Tunggu... wiraswasta -

Alah Bisa Karena Biasa\r\n\r\nMalu Bertanya Sesat Di Jalan\r\nSesat Di Jalan Malu-maluin\r\nBesar Kemaluan Tidak Bisa Jalan\r\n\r\nPilihan selalu GOLTAM

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Dibutuhkan Kerja Sama untuk Bertahan Hidup

19 Maret 2010   13:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:19 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_97479" align="alignleft" width="300" caption="wikipedia.com"][/caption]

Pernahkah Kompasianers menonton acara Reality Television Game Show "Survivor" ? Sebagian besar kompasianers mungkin pernah menontonnya yang pernah ditayangkan oleh stasiun TV Indosiar. Sebuah acara televisi yang digawangi oleh Charlie Parsons (Produser TV asal Inggris) dengan menyebar luaskannya ke seluruh dunia lewat jaringan TV ABC.

Survivor menyediakan hadiah US$ 1 juta bagi seorang pemenang yang mampu bertahan hampir 1 bulan di sebuah daerah terpencil yang ada di bumi ini. Acara yang diikuti oleh 16 peserta yang dikelompokkan menjadi 2 suku. Masing-masing suku terdiri dari 8 orang anggota suku. Acara reality show yang seru dimana penonton dipermainkan emosinya setelah melihat beberapa kejadian dari waktu ke waktu yang penuh intrik, kelicikan, kepintaran dan kepekaan terhadap lingkungan sekelilingnya.  Tetapi saya tidak akan mengulas tuntas tentang survivor di tulisan saya ini. Untuk lebih  lengkapnya bisa dibaca di Survivor.

Perjalanan ke Sanghyang Sirah yang merupakan bagian dari Taman Nasional Ujung Kulon secara tidak langsung berhubungan dengan Survivor (bertahan hidup). Kebetulan sekali jumlah orang yang terlibat dalam perjalanan ini ada 8 orang dengan sebuah misi, visi dan tujuan tertentu.

[caption id="attachment_97480" align="aligncenter" width="500" caption="Rombongan Sanghyang Sirah"][/caption]

Banyak tantangan yang harus kami hadapi. Tantangan-tantangan tersebut meliputi daya tahan, kekuatan, kelincahan, pemecahan masalah, kerjasama tim, ketangkasan, dan tekad. Karena di sana kami bukan untuk rekreasi tapi menjalankan beberapa amanah yang diberikan oleh para orang tua.

Selama 7 hari, siang hari  kami menjalankan puasa dan  malam harinya melakukan zikir sampai pagi hari. Daya tahan dan kekuatan  harus dijaga secara konsisten sehingga kami bisa menyelesaikan seluruh kegiatan selama berada di Sanghyang Sirah.

Pada awalnya suasana masih kondusif karena masing-masing individu belum mendapatkan masalah dan kendala selama disana. Setelah memasuki hari kedua dan seterusnya mulailah satu persatu permasalahan datang. Menariknya adalah mulailah kelihatan karakter-karakter asli yang selama ini seperti ditutupi dan ini menjadi semacam otokritik buat kami. Ada yang karakternya lugu, selalu ingin menjadi pemimpin, tukang protes, pemikir, jahil dan lain-lain. Tetapi itulah yang menjadi keunggulan kami setelah kami mau secara ikhlas menyadari kekurangan-kekurangan yang ada di diri kami. Akibatnya adalah secara otomatis kami tahu apa yang harus dilakukan selama di sana dan tahu tugasnya masing-masing.

Mungkin karena ada Uyut yang berfungsi sebagai katalisator maka kami bertujuh bisa saling toleransi dan tenggang rasa walaupun ada bisik-bisik tetangga juga sich hehehe. Tetapi itulah keunikan dalam perjalanan kali ini.  Ternyata benar kalau kita ingin bertahan hidup diperlukan kerjasama tim dan tekad yang kuat sehingga segala yang dicita-citakan dapat dicapai dengan mudah.

Berikut adalah beberapa foto yang menggambarkan bagaimana kami bisa bertahan di alam terbuka dan asing seperti Sanghyang Sirah.

[caption id="attachment_97481" align="aligncenter" width="300" caption="Menjala ikan (dok.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_97482" align="aligncenter" width="300" caption="Ikan hasil tangkapan"][/caption] [caption id="attachment_97484" align="aligncenter" width="300" caption="Lobster (dok.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_97487" align="aligncenter" width="225" caption="Gotong Batu untuk buat meja makan (dok.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_97491" align="aligncenter" width="300" caption="Kang Imat seksi konsumsi (dok.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_97494" align="aligncenter" width="300" caption="Kang Ujud yang energinya luar biasa dan pandai memberikan hiburan (dok.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_97496" align="aligncenter" width="225" caption="Kang Lili yang berhasil menangkap biawak karena sering mengambil makanan di dapur tapi dilepaskan kembali"][/caption] [caption id="attachment_97497" align="aligncenter" width="225" caption="Kang Jana, sang pendekar (dok.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_97499" align="aligncenter" width="300" caption="Jago Mogok dan Cowboy Uyut pada jaman baheula (dok.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_97502" align="aligncenter" width="300" caption="Diskusi selepas buka puasa (dok.pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_97504" align="aligncenter" width="300" caption="Bakar sampah pantai untuk api unggun (dok.pribadi)"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun