Sebuah kereta telah menunggu di depan mata. Ketika ku berbincang tuk terakhir kali dengannya. Linangan air mata semakin deras membasahi pipi merahnya. Sudah tak sanggup lagi berkata-kata. Hanya pelukan erat yang mampu ia berikan.
Semakin lama pelukan itu semakin erat. Ketika suara pluit kereta itu terdengar begitu kuat. Ia  tahu pluit itu yang kan segera memisahkan; Ku benci suara pluit kereta itu! Aku benci!
Lalu ku pegang kedua pipi merahnya. Yang basah oleh linangan air matanya. Sambil kutatap kedua bola mata indahnya. Seraya ku berkata; Ku harus pergi sekarang, sayang. Tuhan pasti kan mempertemukan kita suatu saat nanti.
#CG @Karawang, 08-11-2017
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!