Mohon tunggu...
Cecep Gaos
Cecep Gaos Mohon Tunggu... Guru - Guru pecinta literasi

Guru Kota Padi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ku Benci Suara Peluit Kereta Itu

8 November 2017   21:24 Diperbarui: 8 November 2017   21:40 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: www.gettyimages.com

Sebuah kereta telah menunggu di depan mata. Ketika ku berbincang tuk terakhir kali dengannya. Linangan air mata semakin deras membasahi pipi merahnya. Sudah tak sanggup lagi berkata-kata. Hanya pelukan erat yang mampu ia berikan.

Semakin lama pelukan itu semakin erat. Ketika suara pluit kereta itu terdengar begitu kuat. Ia  tahu pluit itu yang kan segera memisahkan; Ku benci suara pluit kereta itu! Aku benci!

Lalu ku pegang kedua pipi merahnya. Yang basah oleh linangan air matanya. Sambil kutatap kedua bola mata indahnya. Seraya ku berkata; Ku harus pergi sekarang, sayang. Tuhan pasti kan mempertemukan kita suatu saat nanti.

#CG @Karawang, 08-11-2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun