Mohon tunggu...
Cecep Gaos
Cecep Gaos Mohon Tunggu... Guru - Guru pecinta literasi

Guru Kota Padi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Para Generasi Milenial, Ketahuilah Nenek Moyang Jasuke

22 Oktober 2017   13:13 Diperbarui: 22 Oktober 2017   15:44 5810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: cookpad.com

Ingatan saya terbang ke masa tahun 80-an ketika melintas seorang pedagang yang menjajakan dagangannya dengan mengendarai sepeda motor. Di atas belakang sepeda motornya terpajang dua jenis makanan di dalam gerobak jualan berwarna hijau yang didesain khusus. Pada waktu itu, makanan-makanan ini dijajakan dengan menggunakan sepeda atau berjalan kaki. Jenis makanan yang pertama yaitu makanan berbahan dasar tepung aci (Bahasa Indonesia: tepung kanji). Sedangkan jenis makanan kedua berbahan dasar jagung.

Sewaktu kecil dulu, yang saya ketahui makanan berbahan dasar tepung aci ini disebut dengan Randa Menut. Tetapi setelah saya tanya si penjualnya, ternyata selain randa menut, makanan ini juga sering disebut cenil. Entah apa latar belakangnya sehingga makanan ini disebut randa menut atau cenil. Saya tidak mendapatkan informasi tentang itu. 

Mungkin juga di beberapa daerah lain makanan ini disebut dengan nama yang berbeda. Kue ini termasuk makanan tradisional Karawang, atau bisa juga termasuk makanan tradisional Sunda secara umum. Harga kue ini termasuk murah. Satu porsi (sekotak makanan plastik kecil) dijual dengan harga Rp2.000.

Kue Randa Menut (Dokumentasi Pribadi)
Kue Randa Menut (Dokumentasi Pribadi)
Selain menggunakan wadah yang sudah disiapkan oleh si penjual ini, kita juga bisa menggunakan wadah dari kita, misalnya dengan menggunakan piring. Tentu saja dengan harga sesuai dengan takaran yang kita minta.

Berdasarkan info dari si penjual, kue Randa Menut ini terbuat dari tepung aci yang dijadikan adonan dengan menambahkan pewarna makanan berwarna merah dan hijau yang kemudian dibentuk kotak-kotak kecil, lalu direbus. Lalu ditaburi dengan parutan kelapa dan gula pasir. Informasi lebih lengkap tentang cara membuat kue randa menut ini sila baca di sini.

Makanan yang kedua, yaitu urap jagung manis. Urap jagung manis ini bisa dibilang sebagai nenek moyangnya makanan jasuke alias jagung susu keju yang kita kenal sekarang ini. Keduanya berbahan dasar yang sama, yaitu jagung rebus yang dikupas menjadi butiran-butiran kecil. Bedanya hanya pada campuran pelengkap atau topping yang digunakan. 

Jika jasuke diberi topping susu dan keju, sementara urap jagung manis ini diberi taburan parutan kelapa dan gula pasir. Urap jagung manis ini dibanderol dengan harga yang sama dengan Randa Menut, yaitu Rp2.000 untuk satu porsi yang sama. Tentu saja harga ini jauh lebih murah dibandingkan dengan harga jasuke. Uniknya, yang saya ketahui dan alami, Urap jagung manis ini hampir selalu dijajakan bersamaan dengan kue randa menut.

Tukang Randa Menut & Urap Jagung Manis (Dokumentasi Pribadi)
Tukang Randa Menut & Urap Jagung Manis (Dokumentasi Pribadi)
Urap Jagung Manis (Dokumentasi Pribadi)
Urap Jagung Manis (Dokumentasi Pribadi)
Saya sempat menanyakan bahan-bahan dan cara membuat makanan jagung rebus manis ini. Tetapi sayangnya saya tidak mendapatkan penjelasan yang lengkap dari si penjual. Si penjual hanya menjawab bahwa makanan ini terbuat dari jagung yang direbus di dalam air mendidih dengan campuran kapur sirih. Tetapi untuk mengetahui bahan-bahan dan cara membuat jagung rebus manis ini lebih lengkap bisa dibaca di sini.

Di zaman sekarang ini, barangkali para generasi milenial lebih mengenal jasuke dibanding urap jagung manis ini. Hal ini bisa dipahami karena memang penjual urap jagung manis ini sudah sangat sulit ditemukan. Mereka mulai terlindas dan tersisihkan oleh perkembangan dunia kuliner yang terus berevolusi dengan berbagai inovasinya. 

Dengan tulisan ini, semoga -paling tidak- para generasi milenial mengenal nenek moyang jasuke yang mereka sukai saat ini. Selain itu, semoga makanan-makanan tradisional dan/atau khas nusantara masih bisa tetap dipertahankan sebagai salah satu warisan budaya bangsa. []

Penulis:

Cecep Gaos, S.Pd
Guru SD Puri Artha Karawang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun