Mohon tunggu...
Humaniora

Hubungan Antara Wajah dan Nasib

15 Oktober 2017   09:41 Diperbarui: 15 Oktober 2017   10:24 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pixabay.com

Wajah-wajah mirip artis

Ini cerita tentang orang-orang yang mukanya mirip artis. Ide ini kepikiran waktu saya lagi cuci mobil di depan rumah. Nah, tetangga depan rumah kebetulan sedang merenovasi rumahnya. Waktu itu kejadiannya pagi-pagi. Kira-kira sekitar setengah tujuh lah.

Jadi ceritanya para pekerjanya waktu itu baru saja tiba di lokasi. Pas mereka lewat, saya lihat secara kebetulan, ternyata salah satunya mirip sama Kaka Slank. Mukanya. Persis banget. Mulai dari matanya, bentuk mukanya, sampai ke rambut-rambutnya. Mirip. Malahan badannya juga mirip. Kalau ikut acara Asal, mungkin udah menang nih orang, pikir saya. Kok bisa ya ada orang semirip itu? Padahal saudara bukan, apa bukan. Kayak pinang dibelah tujuh.

Dari situ saya mikir. Ini orang muka mirip, tapi kok nasibnya bisa beda jauh ya? Yang satu selebritis, terkenal, kaya raya, yang satu pekerja bangunan. Muka sama. Kali aja kalau mukanya mirip nasibnya juga bisa mirip. Tapi ternyata tidak tuh. Ngga sama.

Apa kata ahli membaca wajah

Pernah nonton di satu acara TV tentang membaca wajah. Ada ahlinya waktu itu. Saya lupa apa nama ilmunya. Katanya, kalau bentuk alis begini, nasibnya akan begini. Dahinya lebar, tandanya begitu. Kalau bentuk mukanya kotak, doyannya nasi kotak, hahaha... Yah, gitulah. Katanya ada hubungan antara bentuk muka, alis, hidung, mulut, jidat, dan sebagainya dengan nasib si empunya muka.

Makanya saya jadi kepikiran pada saat lihat si mamang tukang bangunan ini. Kenapa dia ngga ikut teori di atas. Jangan-jangan dia orang yang membangkang dari teori itu. Hmm, jadi penasaran yang ngga penting. Saya pikir ya, mungkin yang terlihat dari muka itu adalah potensinya. Bukan nasibnya. Itu mungkin lebih masuk akal. Saya ngga ngerti juga sih masalah ini. Cuma kalau potensi yang bisa dilihat dari wajah, maka nasib bisa beda-beda. Tergantung dari apakah potensi itu dimanfaatkan atau ngga. Ini lebih masuk akal. Menjelaskan beda nasib orang-orang yang berwajah mirip. Misalnya saja, orang yang doyan belajar, mukanya kelihatan. Orang yang pandai menghibur, dari mukanya bisa ditebak. Jadi mereka memupuk potensi mereka. Membentuknya.

Coba, mana tahu kalau si mamang itu bernyanyi bisa sehebat Kaka Slank? Ya kan? Dia kan belum nyanyi. Siapa tahu bagus. Cuma dia ngga manfaatkan untuk mengais rezeki. Yah, siapa tahu.

Muka mirip = nasib mirip?

Potensi, dimanfaatkan, hasilnya sukses. Apa mungkin ya orang-orang yang berbakat kaya bisa kelihatan dari mukanya? Tapi tetap saja, itu bakat. Atau potensi tadi. Kalau tidak dimanfaatkan, ya percuma. Ngga akan jadi apa-apa.

Jadi percuma dong punya muka mirip orang terkenal? Ngga juga. Kemiripan ini bisa dimanfaatin juga. Ikut lomba mirip-miripan. Atau ada juga yang terkenal karena mirip tokoh-tokoh negara. Cuma balik lagi, kemiripan itu juga bisa dianggap sebagai potensi. Kalau dimanfaatkan, mungkin malah bisa mengalahkan yang orang aslinya. Tapi kalau udah dikasih kesempatan, jadi bintang iklan misalnya, tapi tidak kreatif, buat ide-ide orisinil, tetap saja akan tenggelam. Karena tidak dimanfaatkan tadi. Padahal potensi udah ada. Pintu kesempatan sudah terbuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun