Untuk memahami secara berurutan dari relief Candi Borobudur. Maka, pengunjung wajib membaca relief Candi Borobudur dari arah kiri ke arah kanan atau searah jarum jam. Cara membaca relief tersebut disebut sebagai Pradaksina atau Mapradaksina.
Di mana, kata tersebut berasal dari kata dasar Bahasa Sansekerta "Daksina" yang mempunyai arti Timur. Dengan kata lain, maka pengunjung wajib membaca relief Candi Borobudur setiap tingkatnya dari gerbang sebelah Timur. Dan, pengunjung akan memahami 1.460 panel naratif dan 1.212 panel  dekoratif.
Namun, dari ribuan relief yang ada di Candi Borobudur, maka relief yang menceritakan tentang musik sangat menarik untuk dipelajari. Dengan kata lain, relief musik Candi Borobudur tersebut menjadi penelitian banyak pihak. Baik, para ahli arkeologi hingga pegiat seni musik pun ikut ambil bagian.
Sebagai informasi bahwa ketika memasuki masa Hindu-Buddha yaitu abad ke-5 hingga ke-15 Masehi. Seni terbagi dua, yaitu kesenian yang berkembang di dalam tradisi sistem kerajaan (istana) dan seni yang berkembang di tengah-tengah masyarakat.
Sedangkan, seni musik sendiri mengalami perkembangan yang signifikan. Bukan hanya keanekaragaman alat musik yang tercipta. Tetapi, fungsi dari musik itu sendiri mengalami perkembangan. Ada 4 jenis instrumen alat musik, yaitu 1) Idiophone (dipukul atau diketok); 2) Membraphone (dari kulit); 3) Chordophone (dari senar atau tali); dan 4) Aerophone (bunyi karena udara).
Sungguh menarik, jika relief musik Candi Borobudur direka ulang. Menjadi sebuah replika dalam bentuk alat musik yang sesungguhnya saat ini. Sebanyak 200 relief musik Candi Borobudur berada di 40 panel.
Alat musik telah digunakan masyarakat Jawa untuk berbagai keperluan. Dari upacara keagamaan hingga kebutuhan istana kerajaan. Jika, diaplikasikan ke jaman sekarang, maka masyarakat Jawa dulu telah menampilkan sebuah orkestra yang unik dan menarik. Hal ini menunjukan sebuah peradaban yang tinggi di bidang seni musik.
Saat ini, Pemerintah Indonesia memberikan spirit kepada para seniman atau pembakti budaya. Dengan tujuan, agar pihak yang berkompeten bisa membuat replika dari relief Candi Borobudur tersebut. Menjadi sebuah alat musik yang nyata dan persis dengan apa yang ada di relief musik Candi Borobudur.
Sound of Borobudur menjadi sebuah magnet untuk mengembalikan sebuah peradaban yang luar biasa. Beberapa pagelaran musik yang menampilkan alat musik dari relief musik Candi Borobudur pun menarik perhatian banyak pihak. Seperti, apa yang dilakukan oleh musisi Dewa Budjana (gitaris dari band ternama Gigi).