Hari ini aku duduk lama di pojok kamar, lampu redup, jendela sedikit terbuka. Udara sore menyentuh kulitku perlahan, membawa ketenangan.Â
Tapi pikiranku? Seperti badai kecil yang tak berhenti.Aku mulai bertanya pada diriku sendiri "Apa yang sebenarnya aku inginkan dalam hidup?"
Dan... kenapa aku belum mulai mewujudkannya?
Lalu, seperti muncul dari bayang-bayang, rasa takut dan keraguan menyapa. Mereka bukan tamu baru, tapi mereka selalu muncul saat aku mulai bermimpi lebih besar.
Aku takut gagal.
Takut ditertawakan.
Takut jika semua usahaku sia-sia.
Dan keraguan ikut bersuara: Apa kamu cukup mampu? Cukup pintar? Cukup kuat untuk menjalani ini semua?
Tapi kemudian aku sadar... Masa depan yang kuimpikan tidak akan datang kalau aku terus berdiri diam di sini, memeluk ketakutanku seperti selimut yang nyaman tapi mencekik.
Jadi aku menulis ini  sebagai pengingat untuk diriku sendiri bahwa takut itu wajar. Tapi jangan biarkan dia duduk di kursi pengemudi.Â
Biarkan dia duduk di kursi belakang. Ajak dia jalan, tapi jangan beri dia kemudi.
Keraguan muncul saat aku keluar dari zona nyaman. Itu tandanya aku sedang tumbuh. Bukan mundur.
Aku tidak perlu tahu semua jawabannya sekarang. Aku hanya perlu langkah pertama. Dan lalu langkah berikutnya. Satu per satu.
Hari ini aku memilih untuk bertindak walau kecil. Menulis ini adalah bentuk kecil dari keberanian. Menyuarakan isi hati, memberi tempat bagi mimpi.
Aku ingin menciptakan masa depan yang aku inginkan. Bukan yang dikendalikan oleh rasa takut. Bukan yang dibentuk oleh kata-kata orang lain. Tapi masa depan yang datang dari hatiku sendiri.
Dan aku tahu, prosesnya tidak akan mulus. Tapi jika aku terus menunggu hingga rasa takut pergi, aku mungkin tidak akan pernah mulai.