Mohon tunggu...
Carisa Septianti
Carisa Septianti Mohon Tunggu... Pemuka Agama - MAHASANTRI AZAMY

MENULISLAH, MAKA KAU AKAN DAPAT MERUBAH DUNIA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hayati

25 Juni 2022   14:15 Diperbarui: 25 Juni 2022   14:37 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seperti halnya mutiara yang terpenjara di balik lekukan jeruji kerang yang indah. Terperangkap jauh di dasar lautan yang sukar tersentuh oleh hantaman ombak. Terhitung mahal di kalangan makhluk yang mendambakannya. Menyelami luasnya amarah samudra, siulan angin pun tak segan-segan mengiang di dua helai indra pemasok suara, menemani cambukan ombak yang enggan berhenti tuk berkecamuk. Walau di tengah terik sengatan sang surya dan kala rembulan tersenyum memandang lekatnya malam, ialah pengorban sejati yang pantas memilikinya.

Tatkala Hayati tersadar dari lamunannya, kedua bola mata biru nya yang belolok itu meneteskan bulir-bulir cinta kepada si pemilik hati. Hati yang selalu mencari di mana ia semestinya berlabuh.

''Hayati, kemarilah nak! Ku lihat kau beberapa hari ini selalu murung. Ada apa gerangan yang membuat mu bersusah sedih seperti ini. Kemana senyum ceria mu yang biasa kau tampakkan pada setiap orang yang menemuimu?'' tanya Emak Sayuti lembut seraya mengusap kening Hayati.

''Ia lah mak. Bung Anwar besok  akan kembali pulang ke kampung halamannya. Ku dengar tugas dia sudah berakhir bulan ini. Wajar saja kalau Cik Hayati bersedih hati karena kekasih hatinya itu akan pergi meninggalkannya'' Jawab Neneng menimpali pertanyaan Emak.

''Cik mu memang sudah dewasa, dan sudah waktunya memiliki pendamping hidup. Tapi Emak tak setuju jika Hayati menikah dengan Si Anwar itu. Carilah yang selaras dengan kita, Hayati. Pantas saja tawaran dari Pak Djaka tak kau hiraukan. Padahal Emak ini sangat senang jikalau Hayati mau menerima lamaran si Ahmad.''

''Apalah Emak ini. Siapa yang mau menikah dengan Bung Anwar. Hayati tak cakap seperti itu.''

''Hmmmmm.... Sudahlah Cik Hayati akui saja. Nanti biar aku sampaikan pada Bung Anwar.''

''Issss, apalah kau ini.''

''Sudahlah, mari kita hantarkan makanan ini ke barak sebelah.'' Ajak Emak menghentikan perdebatan dua anak gadisnya itu.

Cinta adalah anugerah terindah dari Sang Pemilik Hati, setiap makhluk di muka bumi ini merasakan manisnya taburan kasih di dalam sanubari. Terlarut dalam getaran nada-nada cinta seringkali membuat manusia terbang ke alam bawah sadarnya, hingga ia tak sadar ternyata kasih sayang nya selama ini hanyalah benalu sebagai sandaran organisme parasit.

Detik demi detik selalu berputar, sayangnya perjalanan hidup ini tak seperti periode siklus hujan yang selalu sama dalam setiap waktunya. Dari air laut yang berkondensasi menjadi uap air, di tampung oleh awan dan jatuh ke bumi menjadi rahmat bagi semesta alam. Sedangkan manusia sebagai insan yang paling mulia bersikukuh pada egoismenya yang selalu ingin menuliskan kesenangan pada biografi hidupnya, namun hari-hari yang ia tapaki begitu suntuk karena kurangnya rasa syukur pada Tuhannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun