Mohon tunggu...
Aditiyo Aditiyo
Aditiyo Aditiyo Mohon Tunggu... -

Konsultan untuk Hidup dan Karir Anda

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Seni Indah Mengembangkan Orang Lain

3 November 2015   15:22 Diperbarui: 3 November 2015   15:51 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pernah lihat dalam perjalanan karir Anda, seorang anggota tim yang ditegur atasannya karena melakukan kekeliruan? Pastinya pernah dong ya, mungkin malah beberapa kali. Saya juga pernah, dan melihat ada beberapa pendekatan berbeda yang dilakukan oleh para atasan tersebut.

Ada atasan yang tanpa berpikir panjang, tidak sadar kondisi, lokasi dan cara penyampaian langsung “menyikat” anggota tim itu. Si Anggota tim langsung tertunduk, tidak tahu harus bicara apa karena terlihat sangat berusaha untuk menutupi malu dan mengalami “penurunan moral terakselerasi” 

Di lain cerita, dengan kondisi yang sama, tapi tindakan atasannya sangat berbeda. Si atasan memilih untuk mengkoreksi kekeliruan itu secara singkat, karena memang pada kondisi tersebut banyak orang disekitar mereka. Tapi kemudian setelah situasi memungkinkan, si atasan mengajak anggota timnya untuk berdiskusi lebih privat. Dua tindakan diatas bisa memiliki implikasi berbeda terhadap seseorang. Lakukan tindakan yang pertama, maka kemungkinan besar orang itu bukannya berkembang malah menjadi demotivasi. Lakukan tindakan yang kedua, maka kemungkinan besar orang itu akan berkembang dengan potensinya.

Nah kalau ingin menjadi bagian dari membangun orang lain (tapi ingat, semua dimulai dari diri sendiri) beberapa hal mendasar dibawah ini perlu dipahami.

Semua orang pernah salah, termasuk Anda

Coba ingat pada saat Anda anggota paling junior dalam suatu tim, atau pada saat baru saja memulai usaha Anda, apakah pernah melakukan kekeliruan? Bagi yang tidak pernah keliru, mungkin stop di sini saja bacanya hehehe 

Pada saat anda keliru, apa perasaan Anda, bagaimana Anda ingin dibantu? Oleh orang yang pengertian dan berbicara secara personal ke Anda? Atau oleh orang yang kurang sensitif dan ingin agar kekeliruan Anda didengar oleh banyak orang? Kalaupun apesnya Anda lebih banyak dapat atasan seperti yang kedua, bukan berarti Anda bisa meneruskan tradisi itu ya, apalagi untuk balas dendam  Ehh apalagi balas dendamnya sama orang lain yang bahkan tidak tahu masalah di masa lalu Anda 

Saya masih percaya, siapapun itu, kalau bikin kekeliruan maunya dibilangin baik-baik dengan cara yang baik. Kalau gak mau digituin orang, ya jangan gituin orang, sederhana.

Masukkan “negatif” akan susah menghasilkan hal positif

Orang akan tahu apabila dia keliru, bisa tahu sendiri ataupun diberi tahu orang lain. Percaya atau tidak, dia akan langsung melakukan cek pribadi dan ya, dia sadar. Keadaan akan berbeda kalau mulai ada orang lain yang “menyerang”, secara manusia nalurinya akan bilang “pasang pertahanan!” jadi defensif  Jadi keras kepala deh  Daaaan lain-lain.

Kalau kita tahu orang lain keliru dan kita ingin memberikan masukkan, coba yuk sadar bahwa semua orang termasuk kita pernah keliru. Terus kalau kita keliru, bagaimana sih kita ingin diperlakukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun