Mohon tunggu...
Canthing Bulafa
Canthing Bulafa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Antusias membahas perilaku dan berbagai macam tingkah laku manusia

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Anak-anak Belajar lewat Bermain: Masa Iya?

29 November 2022   16:05 Diperbarui: 29 November 2022   16:07 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Sering kita temui di dekat kita anak-anak yang selalu bermain. Mereka seolah asik dan tak mengenal waktu pada saat bermain. Bahkan, bagi beberapa anak mereka tidak pernah bosan untuk mengulangi kegiatan bermain dan berlama-lama menghabiskan waktu saat bermain. Namun, yang kerapkali lepas dari padangan kita adalah ada juga beberapa anak yang belum bisa atau mampu bermain pada benda, permainan ataupun bermain dengan orang tertentu. Banyak juga dari mereka tidak mampu atau tidak tertarik dengan mainan-mainan tertentu. Mengapa demikian?

Taukah teman-teman bahwa sebenarnya, bermain pada dunia anak adalah belajar itu sendiri. Karena pada dasarnya manusia diawal tumbuh dan kembangnya akan memulai kehidupannya untuk mengenali lingkungan sekitar yang paling dekat dan mempelajari keahlian-keahlian yang sesuai dengan tantangan pada rentang usia hidupnya. Pada anak-anak, mereka mengeksplorasi dan memperkaya keahlian untuk bertahan hidup diusianya dengan bermain. Bermain juga sekaligus sarana bagi mereka untuk melatih kemampuan dan menjadikannya ahli dalam tugas perkembangannya.

Seperti contoh, pada anak yang berusia dua tahun, anak mulai banyak mengeluarkan kata-kata yang sederhana. Mereka akan suka untuk memainkan nada, mengulang perkataan dan melafalkan kata-kata yang menurut mereka dapat menghibur orang tua ataupun orang-orang terdekatnya. Selain itu anak-anak diusia ini juga sangat senang untuk berlari kesana kemari karena otot-otot dikaki mereka mulai menguat. Seolah tidak ada habis energi mereka untuk berpindah dari ruang tamu ke dapur lalu ke kamar dan berlari-larian di taman depan rumah.

Anak-anak memiliki tahapan bermain sesuai dengan tumbuh kembangnya. Itulah mengapa dalam usia-usia tertentu kita sebagai orang dewasa yang mendampingi tumbuh kembang mereka kita harus tau apa saja kebutuhan dan keperluan bermain mereka, sebagai upaya untuk pendampingan mereka untuk mempelajari hal-hal yang harus dikuasai pada setiap tugas tumbuh kembang sesuai usianya. Sejalan dengan berjalannya kognitif anak, Jean Piaget mengemukakan tahapan bermain anak sebagai berikut:

1. Sensory Motor Play ( bulan -- tahun)
Awal mula kegiatan bermain dimulai pada periode perkembangan kognitif sensori motor. Karena, sebelum usia 3-4 bulan, gerakan atau kegiatan anak belum dapat dikatakan sebagai kegiatan bermain. Pada usia 3-4 bulan, anak mulai belajar terkait benda-benda yang ada disekitarnya. Kegiatan-kegiata yang lebih terkoordinasi akan membantu anak untuk memenuhi tugas perkembangannya ini. Anak belajar kegiatan yang terkoordinasi tersebut dari pengalamannya menarik mainan yang tergantung di atas tempat tidurnya, maka mainan tersebut akan bergerak dan berbunyi, kegiatan ini diulang berkali-kali dan menimbulkan rasa senang, senang yang sifatnya fungsional dan senang karena dapat menyebabkan sesuatu terjadi.

2. Symbolic atau Make Believe Play ( 2-7 tahun)
Symbolic atau Make Believe Play merupakan ciri periode praoprasional pada anak. Anak mencoba mencari makna suatu simbol dan mencari tau arti peran-peran tertentu untuk mengenal berbagai macam peran di dunia ini. Oleh karena itu, pada rentang usia 2-7 tahun anak mulai banyak mengenal simbol-simbol yang berarti sesuatu. Seperti mulai mengenal macam bentuk, konsep angka, ruang, kuantitas, banyak bertanya, menjawab pertanyaan, mengulangi perkataan, bermain khayal dan bermain pura-pura. Hal itu bisa kita temui saat anak seringkali menanyakan sesuatu hanya sekedar bertanya, tidak terlalu memperdulikan jawaban yang diperolehnya. Walau sudah dijawab anak terus bertanya lagi, anak sudah mulai dapat menggunakan berbagai benda sebagai symbol atau reprentasi benda lain. Misalnya, menggunakan sapu sebagi kuda-kudaan, bermain symbolic juga berfungsi untuk menggabungkan pengalaman emosional anak setiap hal yang berkesan bagi anak, akan dilakukan kembali dalam kegiatan bermainnya.

3. Sosial Play Games With Rules ( 8-11 tahun)
Dalam bermain tahap yang tertinggi ini, penggunaan symbol lebih banyak diwarnai oleh nalar, logika yang bersifat obyektif, sejak usia 8-11 tahun anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan games with rulers. Kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh aturan permainan. Hal ini dikarenakan anak mulai mengintegrasikan berbagai bentuk simbol dan mengenal lingkungan sekitar mereka dan beradaptasi pada struktur lingkungan yang mengharuskan mereka untuk mengetahui hal-hal apa saja yang boleh dan tidak boleh ia lakukan.

4. Games With Rules and Sport (11 tahun ke atas)
Kegiatan bermain lain yang memiliki aturan adalah olah raga. Kegiatan bermain ini masih menyenangkan dan dinikmati anak-anak, meskipun aturannya jauh lebih ketat dan diberlakukan secara kaku dibandingkan dengan permainan yang tergolong games seperti kartu atau kasti. Anak senang melakukan berulang-ulang dan terpacu untuk mencapai prestasi yang sebaik-baiknya. Pada tugas perkembangan ini anak mulai untuk mencapai kesenangan bermain dengan capaian kemenangan. Hal ini dikarenakan anak mulai tidak saja memenuhi kebutuhan untuk tau akan batasan dan hal apa saja yang boleh, tapi lebih dari itu anak memiliki tugas perkembangan untuk menjadi produktif dan berprestasi. Maka dari itu aktivitas pada tahapan yang paling tinggi ini membutuhkan aturan permainan yang menekankan terkait peringkat dan hal yang bisa didapatkan. Hal-hal tersebut biasanya banyak didapatkan dari kegiatan olahraga.

Setelah kita tau bagaimana bermain ternyata juga belajar pada anak, maka penting bagi kita untuk hadir dan ikut bersama dengan anak-anak menikmati dan memfasilitasi kegiatan bermain mereka, sesuai dengan usia dan tugas perkembangannya. Jadi ketika anak izin dan mengatakan ingin bermain, jangan ragu-ragu untuk mengatakan "YA" ya teman-teman, ibu dan ayah sekalian!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun