Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bahasa Inggris dan Pendidikan Era 4.0

4 April 2019   10:29 Diperbarui: 5 April 2019   12:26 3798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta didik sedang presentasi menggunakan bahasa Inggris | Dokumentasi pribadi

Bahasa Inggris adalah bahasa Jermanik yang paling umum digunakan seluruh dunia. Sejak awal abad pertengahan bahasa Inggris dituturkan sebagai bahasa pertama mayoritas penduduk di berbagai negara, termasuk Britania Raya, Irlandia, Amerika Serikat, Kanada, Selandia Baru, dan sejumlah negara-negara Karibia serta menjadi bahasa resmi di hampir 60 negara berdaulat.

Bahasa Inggris saat ini digunakan oleh 1,75 miliar orang di seluruh dunia. Selain itu, juga saat ini banyak perusahaan multinasional menggunakan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi utama dalam menjalankan bisnis demi membangun komunikasi yang kuat antar tim di berbagai negara.

Dalam pandangan awam dan masyarakat umum, fungsi sebuah bahasa hanya sebagai alat komunikasi. Berbagai bahasa di dunia selalu digunakan untuk membangun kesepahaman dalam interaksi antarmanusia. Bahasa menjadi sangat penting dalam komunikasi verbal apalagi pada zaman modern sekarang ini.

Dalam konteks sederhana, maka penggunaan bahasa tidak serumit seperti yang dipelajari sebagai kajian keilmuan. Cukup bahasa tersebut memberikan dampak saling mengerti satu sama lain dalam penukaran informasi tak terkecuali bahasa Inggris. 

Lalu mengapa meskipun fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, namun masih saja terasa sulit menggunakan bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari? 

Menurut hasil sebuah penelitian yang dilakukan oleh lembaga yang memiliki konsen terhadap pendidikan, Education First (FE) tentang kecakapan bahasa Inggris, Indonesia tertinggal jauh dari Singapura, bahkan masih kalah dari Malaysia dan Filipina.

Berdasarkan data dari riset tersebut ditemukan bahwa indeks kecapakan bahasa Inggris, posisi Indonesia tahun 2017 turun dari tahun sebelumnya yakni dari peringkat 32 turun ke peringkat 39. Artinya dari level kemahiran menengah ke tingkat kemahiran rendah.

Kemampuan penguasaan (kecapakapan) bahasa Inggris orang Indonesia tergolong paling rendah secara rata-rata di Asia, dibandingkan dengan Singapura dengan nilai indeks 66,03, lalu Malaysia 61,07 serta Filipina 60,59 dan Indonesia hanya 52,12.

Fakta ini membuktikan kepada kita bahwa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh stakeholder masih banyak. Kecakapan bahasa Inggris warga sebuah negara akan menentukan bangsa tersebut dalam daya saing global.

Dengan memiliki kemampuan berbicara, menulis, dan bernegosiasi secara efektif dalam bahasa Inggris ditingkat internasional, maka bangsa atau negara tersebut akan mendapatkan keunggulan-keunggulan kompetitif.

Tidak dapat dihindari bahwa dalam jangka panjang arah kompetisi dunia menuju penguasaan teknologi dan energi. Negara yang memiliki sumber daya manusia unggul serta dibarengi dengan teknologi maka besar kemungkinan akan tetap survive.

Sementara negara yang kalah bersaing dalam kualitas sumber daya manusia cenderung akan dikuasai oleh negara kuat (super power). Sebab itulah agar akses terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi lebih mudah, setidaknya dengan menguasai bahasa Inggris.

Guna mengantisipasi penurunan daya saing SDM Indonesia  minimal pada tingkat negara-negara ASEAN, pemerintah harus segera membenahi sistem pendidikan melalui kurikulum dari tingkat SD hingga SMA agar pendidikan bahasa Inggris menjadi pelajaran yang diminati oleh murid atau siswa. 

Meskipun saat ini pelajaran bahasa Inggris telah dihapus dari kurikulum SD namun setidaknya ada satu sesi yang disediakan secara khusus tentang peminatan bahasa Inggris.

Kendala utama dalam pengajaran bahasa Inggris menurut sejumlah guru bidang studi bahasa Inggris di Kota Banda Aceh adalah para siswa tidak memiliki rasa percaya diri yang cukup untuk berbicara bahasa Inggris dalam pergaulan sehari-hari terutama di sekolah.

Mereka pada umumnya takut berbicara dalam bahasa Inggris karena merasa masih salah. Hal itulah yang menyebabkan siswa tidak menyukai bahasa asing tersebut apalagi jika ada teman yang siap menertawai.

Oleh karena itu kunci utama proses pembelajaran bahasa Inggris di sekolah selain faktor kurikulum adalah variabel guru dan metode pembelajaran yang diterapkannya.

Dari banyak hasil penelitian yang telah dilakukan oleh guru dan para akademisi ditemukan bahwa penerapan metode pembelajaran yang tepat ternyata mampu meningkatkan daya serap dan pemahaman yang signifikan pada siswa SMP dan SMA. Lalu mengapa tidak dicoba?

Dengan perkembangan teknologi internet dewasa ini para guru dan pengajar bahasa Inggris dapat memadukan model belajar kreatif berbasis multimedia dan secara daring (online).

Melalui pendekatan tersebut akan tercipta rasa suka dikalangan pelajar untuk belajar bahasa Inggris sampai mereka menguasainya.

Metode ini banyak dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan informal seperti bimbel, lembaga kursus atau les, dan sekarang ini mulai berkembang pula metode belajar bahasa Inggris berbasis komunitas.

Sebagai pengajar atau pelatih bahasa Inggris perlu memahami bahwa anak-anak sekarang memiliki kecenderungan yang berbeda dengan anak-anak generasi sebelumnya, istilah yang paling popular mereka disebut sebagai anak-anak milenial.

Ciri-ciri generasi milenial adalah mereka sangat akrab dengan teknologi internet, media sosial, dan senang mempelajari hal-hal baru. Sehingga para pengajar mesti memahami kesukaan, psikologis dan karakter belajar yang mereka miliki agar dapat memilih metode pembelajaran yang tepat untuk menghasilkan learning outcome yang progresif. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun