Mohon tunggu...
Camilla Anindita
Camilla Anindita Mohon Tunggu... Penulis - Social Media, Content Writer, Copywriter

Seseorang yang ingin mengekspresikan diri lewat tulisan. Punya imajinasi tinggi dan kreatif. Welcome to my mind's imagination.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gaya Hidup Konsumtif Masyarakat Bakal Tinggi di Tengah Isu Resesi?

19 Januari 2023   07:00 Diperbarui: 31 Maret 2023   22:29 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Contohnya saja, event Tiba-Tiba Tenis yang diadakan Vindes Sport milik presenter Vincent dan Desta. Meskipun tiket habis terjual, masyarakat tetap mencari tiket dari calo-calo dengan harga jual yang tidak masuk akal. Demikian juga saat Synchronize Fest 2022 dan Pesta Pora 2022.

Kemudian ketika promo datang, masyarakat jadi gampang terpancing karena harganya murah padahal belum tentu barang tersebut dipakai. Dengan harga Rp1 saja sudah banyak barang yang dibeli tanpa berhenti.

Tanpa sadar, semua barang yang dibeli menjadi 'sampah yang tidak terpakai' karena cuci mata lihat harga dan promo besar.

Dengan adanya media sosial yang semakin canggih dengan banyak fitur dan filter yang menarik, masyarakat juga cenderung flexing dengan barang-barang yang dibeli dengan harga tinggi. Mereka seakan bangga bisa membeli barang mewah karen haus akan pengakuan orang lain.

Padahal bisa saja barang itu dari endorse atau ternyata belinya dengan Paylater dan melalui pinjaman online atau pinjol. Iya karena konsumtif dan ingin gaya hidup mewah, jadi serba hutang.

Apalagi sekarang di lini masa Instagram, Twitter, Facebook, dan TikTok banyak artis dan public figure memamerkan gaya hidup mewah dan barang branded yang tidak bisa dibeli rakyat biasa.

Oh, tidak ketinggalan sekarang ada sultan atau crazy rich di berbagai daerah. Sebut saja Sultan Andara, Raffi Ahmad dan Crazy Rich Malang Juragan 99 Gilang Widhia Pramana. Para crazy rich ini dengan mudahnya memberikan santunan dan uang kepada masyarakat.

Masih ingat dengan Arief Muhammad dengan tren ikoy-ikoyan. Tren ini dilakukan saat masyarakat bercerita alasan membutuhkan duit. Bagi ceritanya menyentuh, langsung diberi duit dengan nominal tertentu secara cuma-cuma.

Semakin meningkatkan mental kemiskinan masyarakat bukan?

Masyarakat semakin mengemis meminta uang kepada orang-orang yang berduit banyak tanpa usaha melakukan apapun.

Iya, memang manusia pada dasarnya tidak pernah puas. Masyarakat dari kalangan bawah tentu ingin mengubah nasib. Mereka pasti punya angan-angan ingin menjadi kaya dan sukses agar tidak hidup susah dan serba kekurangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun