Mohon tunggu...
Izzulhaq At Thoyyibi
Izzulhaq At Thoyyibi Mohon Tunggu... Santri, Freelancer

Santri yang juga hobi multimedia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cekcok Nasab Baalawi dan Oknum Pengacau Islam Tradisional

5 Juni 2025   00:54 Diperbarui: 5 Juni 2025   00:54 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kitab Salaf, Ciri Khas Islam Tradisional (Sumber gambar: Liputan 6)

Beberapa oknum dari keturunan Ba'alawi yang biasa disebut "Habib" terkadang membuat pernyataan yang cenderung mengunggulkan keturunan Ba'alawi di atas orang lain, bahkan di atas ulama yang bukan keturunan Ba'alawi. Salah satunya pernyataan bahwa satu habib bodoh lebih utama dari tujuh puluh ulama alim yang bukan habib. Terkadang dari mereka juga berbuat semena-mena karena percaya diri menyandang gelar habib.

Salah satu yang merespon hal ini adalah sosok dari Banten yang bernama KH. Imaduddin Utsman. Kiai Imad membuat penelitian yang berkaitan dengan keabsahan atau terputusnya nasab Ba'alawi sebagai keturunan Nabi Muhammad Saw. Dalam penelitiannya dia menyatakan bahwa tidak ada bukti bersambungnya silsilah habib keturunan Ba'alawi kepada Nabi.

Penelitian tersebut mendapatkan banyak respon yang mendukung maupun menolaknya. Berbagai diskusi dan naraasi sudah banyak bertebaran antara kedua pihak yang sama-sama menggunakan metode ilmiah. Tentu saja hal ini baik-baik saja jika diadakan dalam rangka kajian keilmuan dan menjadi peluang penelitian selanjutnya.

Namun, hal yang disayangkan adalah, alih-alih berdiskusi, beberapa forum dan narasi justru lebih berbau cekcok dan perdebatan yang melenceng dari konteks keabsahan nasab Ba'alawi itu sendiri. Selain itu, terjadi juga semacam eksklusivitas ilmiah di mana satu pihak mengatakan bahwa ilmiah harus berbasis saintifik-empiris. Tentu kepongahan saintifik ini tidak jauh berbeda dengan kepongahan atas nama agama.

Islam Tradisional

Berbicara tentang hal ini tentu yang berkaitan kuat adalah istilah Islam tradisional. Dalam konteks pembahasan ini, istilah Islam tradisional mengadopsi dari Husein Muhammad dalam buku Islam Tradisional yang Terus Bergerak, yakni mengacu pada kultur keislaman yang masih banyak merujuk dan mengkaji literatur klasik, atau biasa dikenal dengan kitab kuning.

Di Indonesia, kultur Islam tradisional ditemukan di berbagai kelompok seperti Nahdlatul Ulama (NU), Rabithah Alawiyah, termasuk berbagai pesantren, beberapa kelompok Tarekat, dan lain-lain yang terkadang tidak dengan organisasi tertentu.

Bertahannya eksistensi Islam tradisional hingga saat ini salah satunya karena penguasaan literatur klasik yang luas dan terkadang ditambah dengan referensi-referensi kontemporer. Kemudian sebagian dari mereka juga mampu untuk mengkontekstualisasi permasalahan klasik dengan permasalahan kontemporer, yang dalam hal ini biasanya berkaitan dengan istilah bermazhab secara qauli dan manhaji.

Satu lagi yang khas, khususnya di beberapa kultur pesantren tradisional adalah standar yang tinggi dalam penguasaan gramatika Bahasa Arab sebagai perangkat mengkaji kitab kuning.

Oknum Tak Bertanggung Jawab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun