Selama bertahun-tahun, Wina (Vienna) telah menjadi lambang kota layak huni. Kota ini didukung sistem transportasi publik yang efisien, ruang hijau luas, pelayanan kesehatan prima, dan infrastruktur pendidikan yang tak tertandingi. Namun, tahun ini gelar prestisius itu berpindah tangan ke Copenhagen. Bukan karena Vienna menjadi kota yang lebih buruk, tetapi karena satu indikator strategis---stability---mengalami guncangan besar. Ironisnya, pemicunya adalah konser seorang penyanyi pop, Taylor Swift.
Pada Agustus 2024, dunia dikejutkan oleh berita pembatalan tiga konser Taylor Swift di Vienna akibat ancaman teror yang dikonfirmasi oleh otoritas keamanan Austria. Dua tersangka yang telah terpapar radikalisasi digital ditangkap setelah diduga merencanakan serangan besar di Stadion Ernst Happel. Walau insiden tersebut berhasil dicegah dan tak ada korban, dampaknya terhadap persepsi keamanan kota sangat nyata. Dalam metodologi Global Liveability Index yang dirilis oleh Economist Intelligence Unit, aspek stability---yang mencakup keamanan publik, ancaman teror, dan ketertiban sosial---menjadi salah satu komponen penentu utama. Dan untuk Vienna, nilainya turun drastis akibat kejadian ini.
Copenhagen, yang sebelumnya berada di bawah Vienna, justru mempertahankan skor sempurna dalam stabilitas dan sektor lainnya seperti pendidikan, infrastruktur, serta layanan kesehatan. Ia tak hanya menjadi simbol keberlanjutan dan inovasi, tapi juga kestabilan sosial yang tinggi tanpa peristiwa besar yang mengusik ketenteraman warganya. Sementara Vienna tetap memegang nilai tinggi dalam semua indikator lainnya, insiden tunggal tersebut cukup untuk menggoyahkan takhta yang selama ini ia duduki dengan anggun.
Lantas, adakah yang bisa disebut sebagai "kesalahan" Vienna? Tidak dalam arti kebijakan kota secara umum. Namun dalam logika peringkat global, satu kejadian yang menodai rasa aman publik bisa berdampak besar. Ini bukan hanya tentang fakta objektif, tapi juga soal persepsi dan reputasi. Stability, sebagaimana diukur oleh EIU, bukan semata hasil dari peristiwa aktual, melainkan juga refleksi dari kepercayaan kolektif akan keamanan masa depan. Dalam dunia yang semakin dipenuhi ketidakpastian, satu lubang kecil dalam dinding pertahanan bisa mengubah seluruh peta kekuatan kota-kota dunia.
Kasus Vienna menunjukkan bahwa mempertahankan gelar sebagai kota paling layak huni di dunia bukan sekadar soal membangun taman yang indah atau rumah sakit yang canggih, tetapi juga tentang menjaga rasa aman dan stabilitas sosial dalam arti yang paling dalam. Ketika konser Taylor Swift dibatalkan karena ancaman teror, bukan hanya para penggemar yang kecewa, tapi juga seluruh warga Vienna harus menerima konsekuensi simbolik yang jauh lebih besar, yaitu kehilangan mahkota sebagai kota terbaik di dunia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI