Mohon tunggu...
ruslan effendi
ruslan effendi Mohon Tunggu... Pengamat APBN dan Korporasi.

Lulusan S3 Akuntansi. Penulis pada International Journal of Public Administration, Frontiers in Built Environment, IntechOpen, Cogent Social Sciences, dan Penulis Buku Pandangan Seorang Akuntan: Penganganggaran Pendidikan Publik Untuk Kualitas Dan Keadilan (Pengantar Prof. Indra Bastian, MBA., Ph.D.)

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Mengapa Banyak Orang Kecanduan Judi Online?

26 Juni 2025   14:15 Diperbarui: 26 Juni 2025   21:52 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Judi online (ILustrasi)/Image by freepik

Di era digital ini, judi tidak lagi identik dengan kasino atau tempat remang-remang yang harus didatangi diam-diam. Kini, cukup dengan ponsel dan koneksi internet, siapa pun bisa mengakses ratusan jenis permainan taruhan, mulai dari slot digital hingga taruhan olahraga, kapan pun dan di mana pun. Namun di balik kemudahannya yang "seru" dan tampak menghibur itu, ada sebuah jebakan psikologis yang tidak banyak disadari, yaitu kecanduan. Lebih spesifik lagi, para ilmuwan menyebutnya sebagai bagian dari apa yang disebut dopamine loop.

Dopamin adalah zat kimia di otak yang memberi kita rasa senang dan puas.

Setiap kali kita mengalami sesuatu yang menyenangkan---seperti makan makanan favorit, mendapat pujian, atau menang dalam sebuah permainan---dopamin dilepaskan, dan otak mencatatnya sebagai pengalaman positif. Dalam konteks judi online, ketika seseorang menang, atau bahkan hampir menang, otak akan melepaskan dopamin dalam jumlah besar. Yang mengejutkan, justru ketidakpastian hasil inilah---bukan kepastian menang---yang paling kuat memicu keluarnya dopamin. Artinya, semakin tidak pasti hasilnya, semakin besar sensasi yang dirasakan. Itulah sebabnya mengapa judi sangat memikat, karena selalu ada harapan "mungkin kali ini saya menang".

Inilah yang disebut dengan dopamine loop, sebuah lingkaran kebiasaan di mana seseorang terus mengulang tindakan tertentu karena otaknya mengejar sensasi menyenangkan yang pernah dirasakan. Begitu orang merasa senang saat bermain judi, otaknya merekam bahwa itu adalah sesuatu yang "layak diulang". Maka ketika permainan itu selesai, muncul dorongan untuk mencobanya lagi. Jika menang, dopaminnya naik. Jika kalah, otaknya tetap terpicu karena merasa hampir menang. Inilah yang membuat orang bisa terus bermain berjam-jam, bahkan sampai lupa waktu, lupa uang, dan kehilangan kontrol.

Judi online memanfaatkan sistem ini dengan sangat efektif. Dengan putaran cepat, warna mencolok, suara dramatis, dan hasil yang instan, permainan dirancang agar otak terus-menerus menerima rangsangan tanpa jeda. Tidak ada waktu untuk berpikir panjang atau refleksi. Dan karena uang yang digunakan bersifat digital, pemain sering kali tidak menyadari berapa banyak yang sudah mereka habiskan. Semua elemen ini memperkuat dopamine loop dan menjadikan judi online lebih adiktif dibanding bentuk judi tradisional.

Jadi, ketika seseorang terjebak dalam kecanduan judi online, itu bukan semata-mata soal lemah iman atau kurang niat berhenti. Ini adalah persoalan yang jauh lebih kompleks dan sangat berkaitan dengan cara otak manusia bekerja. Sistem di balik game-game ini memang dirancang untuk membuat pemain terus kembali. Memahami bagaimana dopamine loop bekerja adalah langkah awal untuk melindungi diri dan orang-orang terdekat dari bahaya tersembunyi yang tampak seperti hiburan ringan. Kadang, yang terlihat sebagai permainan, sebenarnya adalah perangkap psikologis yang sangat canggih.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun