Mohon tunggu...
ruslan effendi
ruslan effendi Mohon Tunggu... Pengamat APBN dan Korporasi.

Lulusan S3 Akuntansi. Penulis pada International Journal of Public Administration, Frontiers in Built Environment, IntechOpen, Cogent Social Sciences, dan Penulis Buku Pandangan Seorang Akuntan: Penganganggaran Pendidikan Publik Untuk Kualitas Dan Keadilan (Pengantar Prof. Indra Bastian, MBA., Ph.D.)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Greta Disanjung saat Bicara Iklim, Dicemooh saat Bela Gaza, Ada Apa Media?

15 Juni 2025   09:53 Diperbarui: 16 Juni 2025   13:34 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Greta Thunberg (Ilustrasi)/AI Generated

Ketika Greta Thunberg pertama kali melakukan aksi mogok sekolah pada tahun 2018, dunia menyambutnya dengan antusias. Seorang remaja Swedia berusia 15 tahun berdiri sendiri di depan parlemen negaranya dengan papan bertuliskan "School Strike for Climate". Tak lama kemudian, aksinya berkembang menjadi gerakan global "Fridays for Future" yang menginspirasi jutaan anak muda di berbagai negara. Media arus utama seperti The New York Times menyebut Greta sebagai "ikon planet yang sangat dibutuhkan" dan memberinya ruang eksklusif.

Namun, representasi itu tampak mengalami pergeseran radikal ketika Greta memutuskan memperluas perjuangannya: dari iklim menuju keadilan kemanusiaan, khususnya membela warga Palestina di Gaza. Dalam laporan FAIR.org, pada saat Greta ikut dalam misi kemanusiaan ke Gaza bersama sebelas aktivis lain, The New York Times tidak lagi menyambutnya dengan pujian. Bahkan, misi tersebut tidak mendapat liputan yang setara dengan aksi-aksi sebelumnya, meskipun risiko fisik dan politik yang dihadapi Greta justru jauh lebih besar. Kontras ini menimbulkan pertanyaan penting. Mengapa seorang tokoh yang sebelumnya dianggap visioner dan heroik berubah menjadi hampir tak terlihat begitu ia menyuarakan solidaritas untuk Palestina?

Di level teks, kita melihat bagaimana pilihan kata, penyusunan informasi, dan apa yang disorot atau dihilangkan oleh media memainkan peran dalam membingkai citra Greta. Dalam narasi NYT tentang mogok sekolahnya, Greta dilukiskan sebagai pribadi yang tulus, berani, dan transformatif. Sebaliknya, ketika ia bicara tentang Palestina, suara-suara dari media kanan menyebutnya "tantrum-thrower", "doom goblin", hingga mengaitkannya dengan "anti-Israel publicity stunt". Yang lebih mencolok: NYT tidak membantah, bahkan memilih diam.

Di tingkat praksis wacana, media seperti NYT menghadirkan batas implisit tentang isu-isu mana yang boleh dikritisi dan mana yang menjadi "exception". Dalam hal ini, Palestina sering kali menjadi pengecualian dalam ruang keprihatinan kemanusiaan media liberal. Greta boleh membela planet, tapi tidak rakyat Gaza. FAIR menyebut fenomena ini sebagai Palestine exception, di mana standar moral dan keberpihakan yang biasa diterapkan pada isu-isu global mendadak ditangguhkan ketika menyangkut kekerasan negara Israel terhadap warga sipil Palestina.

Wacana bukan hanya cermin realitas, tapi juga alat penegakan hegemoni---menentukan siapa yang punya legitimasi bicara, dan siapa yang harus dibungkam.

Greta Thunberg adalah studi kasus penting dalam politik representasi media kontemporer. Ia menjadi bukti bahwa pembingkaian media sangat bergantung pada kesesuaian antara agenda individu dengan struktur kekuasaan dominan. Selama Greta bicara iklim dan tidak mengganggu status quo geopolitik, ia dipuja. Namun ketika ia bersuara untuk mereka yang secara struktural disingkirkan, pujian berubah menjadi cemoohan---atau lebih buruk, diam yang sistematis.

Bibliografi:

Tumin, Remy. "Greta Thunberg Graduates, Ending Her School Strikes After 251 Weeks." The New York Times, 10 June 2023. https://www.nytimes.com/2023/06/10/world/europe/greta-thunberg-graduates-activism.html

Paul, Ari. "NYT Goes Silent on Greta Thunberg's Gaza Voyage." FAIR.org, 6 June 2025. https://fair.org/home/nyt-goes-silent-on-greta-thunbergs-gaza-voyage/

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun