Mohon tunggu...
ruslan effendi
ruslan effendi Mohon Tunggu... Pengamat APBN dan Korporasi.

Lulusan S3 Akuntansi. Penulis pada International Journal of Public Administration, Frontiers in Built Environment, IntechOpen, Cogent Social Sciences, dan Penulis Buku Pandangan Seorang Akuntan: Penganganggaran Pendidikan Publik Untuk Kualitas Dan Keadilan (Pengantar Prof. Indra Bastian, MBA., Ph.D.)

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Bounded Rationality Membuat Kita Rentan terhadap Skema Ponzi

31 Mei 2025   05:24 Diperbarui: 31 Mei 2025   05:24 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Free-photo/top-view-wooden-pawns-arrangement (Ilustrasi)/Image by freepik

Tak ada orang yang dengan sadar ingin ditipu. Namun setiap tahun, ribuan orang dari berbagai latar belakang pendidikan dan ekonomi jatuh ke dalam jebakan skema Ponzi---investasi palsu yang menjanjikan keuntungan besar dalam waktu cepat, padahal dibayar dari dana investor berikutnya. Pertanyaannya: mengapa begitu banyak orang tetap tergoda, bahkan ketika tanda-tanda penipuan sudah mulai tampak? Jawabannya mungkin bukan karena mereka bodoh, melainkan karena mereka manusia---dan manusia berpikir dengan bounded rationality.

Konsep bounded rationality, sebagaimana diperkenalkan oleh Herbert A. Simon dalam Models of Man (1957), menjelaskan bahwa manusia memang berusaha membuat keputusan rasional, tetapi dalam batas-batas tertentu. Kapasitas otak yang terbatas, tekanan waktu, dan keterbatasan informasi membuat kita tidak selalu mengevaluasi setiap pilihan secara sempurna. Dalam praktiknya, kita menggunakan aturan praktis, intuisi, dan shortcut mental untuk menyederhanakan kompleksitas dunia. Dalam konteks investasi, ini berarti kita cenderung percaya pada testimonial dari teman, memilih produk berdasarkan reputasi tokoh tertentu, atau meyakini logika "kalau banyak yang ikut pasti aman", tanpa benar-benar memahami skema di baliknya.

Pelaku skema Ponzi secara cerdik mengeksploitasi bias-bias ini. Mereka menyusun narasi yang menggoda namun masuk akal secara permukaan, menawarkan kejelasan palsu di tengah ketidakpastian ekonomi. Orang-orang yang tertarik sebenarnya tidak irasional sepenuhnya. Mereka justru mencoba membuat keputusan terbaik berdasarkan informasi yang tersedia dan dalam kondisi keterbatasan: informasi keuangan yang disederhanakan, tekanan sosial, waktu yang sempit, dan rasa takut tertinggal. Ini semua adalah ciri khas dari bounded rationality dalam tindakan nyata.

Skema Ponzi dengan demikian bukan hanya soal niat jahat dari penipu, tetapi juga cermin dari cara kita---manusia biasa---mengambil keputusan dalam dunia yang kompleks. Kita tak selalu salah karena malas berpikir, tapi karena kapasitas kita untuk memahami segalanya memang terbatas. Di sinilah pentingnya edukasi finansial, transparansi informasi, dan sistem pengawasan yang kuat. Karena dalam dunia di mana menjadi "cukup rasional" adalah norma, perlindungan dari jebakan-jebakan seperti skema Ponzi harus dibangun bukan hanya dari niat baik individu, tapi juga dari desain sistem yang sadar akan keterbatasan itu.

Bibliografi
Simon, H. A. (1957). Models of Man: Social and Rational. New York: Wiley.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun