Mohon tunggu...
Cak Glentong
Cak Glentong Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah budaya dan agama

Pemerhati masalah budaya dan agama

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Mencari Sunyi di Akhir Ramadan

10 Mei 2021   21:15 Diperbarui: 10 Mei 2021   21:17 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Ramadan sudah memasuki garis akhirnya, ketika harum idul fitri sudah hadir yang tercermin dengan riuhnya orang-orang mempersiapkan hari raya. Idul Fitri seolah-olah menggairahkan ekonomi masarakat untuk berputar lebih cepat. Di sisi lain umat islam akan menggurangi tidurnya, untuk menghabiskan malam dengan sholat dan iktikaf di masjid-masjid.

Ada seseorang mengeluh, katanya sulit mencari sunyi di bulan ramadan, ia merasakan bulan ramadan adalah bulan yang gaduh dengan suara-suara. Ketika jam 03.00 dini hari, ia bangun untuk sholat malam (qiyamul lail) terdengar suara keras dari masjid dekat rumahnya, suara murattal qur'an dan sesekali terdengar dari pengeras suara " Sahur ! sahur ! sahur ! sudah jam 3, monggo yang belum sahur segera sahur. Sahur ! sahur !! sahur !!!". Ketika ia takbir untuk sholat, suara murattal itu menusuk telinganya dan membuyarkan kosentrasinya, belum lagi saat dari toa masjid terdengar suara " Sahurrrrrr ! Sahuuuurrrrrr !!" kosentrasinya seperti gelas kaca yang terbanting ke lantai.

 Ada banyak keluhan seperti itu, tetapi tidak mudah medialogkan dengan masarakat yang lain terutama takmir masjid, karena merasa sudah melakukan tugasnya memakmurkan masjid dan membantu saudaranya untuk bangun dan makan sahur. Namun di sisi lain suara dari toa itu bisa menggangu warga sekitar yang ingin menikmati malam malam akhir ramadan dengan bermesraan dengan sang maha pencipta. Bahkan ada di sebagian masarakat kita yang mempunyai tradisi membangunkan orang sahur dengan bunyi bunyi musik perkusi.

Yang bersangkutan takut untuk komplain karena kuatir jika terjadi fitnah, dia tidak dianggap tidak senang dengan syiar islam. Memang tidak mudah bagi takmir masjid untuk melayani berbagai  keinginan jamaah yang berbeda-beda, bisa saja sebagian jamaah meminta suara murattal dari toa, begitu juga teriakan sahur sahur untuk membangun orang agar menjalankan sunnah nabi. Namun bagi sebagian yang lain sangat mengganggu, karena ia sedang ingin berduaan dengan sang pencipta tanpa ada suara yang mengganggunya.

Penulis dan mungkin sebagian dari pembaca pernah mengalami terganggu dengan suara keras seperti itu, tentu suara keras yang penulis maksud bukan seruan adzan, kalau suara adzan relatif pendek dan tidak banyak menimbulkan efek gangguan yang serius. Penulis mengalami kondisi ketika dari masjid terdengar suara berdzikir yang sangat keras, saat putri penulis yang masih bayi menderita sakit. Tentu dalam keadaan normal tanpa ada keluarga yang sakit, akan relatif mudah menerima suara tersebut walau kadang keras dan mengganggu. Karena menghargai mereka berniat mengagungkan Allah dan memakmurkan masjid. Walau tentu bisa diperdebatkan apakah itu termasuk memakmurkan atau tidak, namun kebanyakan kita menyadari perdebatan itu tidak baik sehingga menerima suara keras itu sebagai bagian dari ekpresi keimanan yang harus diterima walau agak berat.

Pada zaman nabipun sering terdengar suara keras. Sebagaimana cerita dari sahabat dari Abu Said, dia berkata, "Pernah Rasulullah SAW beri'tikaf di masjid, lalu beliau mendengar mereka membaca Al Qur'an dengan suara keras, lalu beliau membuka tirai dan bersabda, 'Ketahuilah, sesungguhnya kalian berdialog dengan Tuhan, karena itu janganlah sebagian mengganggu yang lainnya, dan jangan pula sebagian kamu mengeraskan bacaan shalat terhadap lainnya.'" ( HR Abu Dawud)

Tentu suara yang ditegur nabi itu adalah suara yang biasa saja dari lesan manusia, karena pada zaman itu belum ada pengeras suara. Lalu bagaimana dengan suara yang keluar dari pengeras suara ?? tentu lebih besar potensinya untuk mengganggu jamaah yang lain atau orang-orang yang ingin istirahat atau sedang sholat malam. Lalu suara apa yang diinginkan nabi?? Nabi tidak ingin ada hak-hak ibadah yang lain terganggu suara keras. Suara keras dengan niat baik itu memang mempunyai potensi mengganggu orang-orang yang berbeda kondisi dan kepentingannya.

Ada kisah yang menarik dari suara keras. Dari sahabat Abu Qatadah bahwasanya Nabi SAW pernah keluar pada suatu malam. Lalu beliau mendapati Abu Bakar sedang mengerjakan shalat dan membaca dengan perlahan-perlahan. Akan tetapi saat beliau bertemu dengan Umar bin Khaththab sedang mengerjakan shalat dan mengeraskan suaranya. Dan  ketika keduanya berkumpul di hadapan Nabi SAW, Nabi pun bersabda, "Hai Abu Bakar! Saya lewat padamu dan kebetulan engkau sedang shalat dengan suara pelan-pelan. " Kata Abu Bakar, 'Suaraku itu cukup kedengaran oleh Allah  dari tempatku bermunajat.'  

Lalu Kepada Umar Nabi SAW bersabda, "Hai Umar! Saya lewat padamu, kebetulan kamu sedang shalat dengan mengeraskan suaramu?" Katanya, "Umar menjawab, 'Wahai Rasulullah, saya membangunkan orang yang tidur, untuk mengusir syetan.'" Lalu Nabi SAW bersabda, 'Wahai Abu Bakar! Angkatlah suaramu sedikit!  Dan kepada Uamr Beliau bersabda kepada Umar, "Rendahkanlah suaramu sedikit!"

Tentu umat Islam memahami atau setidak-tidak pernah mendengar riwayat hadits di atas, tetapi semangat memeriahkan ramadan dan  demi syiar Islam, terkadang membuat kita abai terhadap hak-hak orang lain. Mungkin anda juga mempunyai nasib yang sama, tidak mudah mencari sunyi di malam malam akhir ramadan, karena masjid yang seharusnya memberikan ruang sunyi ternyata terlalu bersemangat dalam memeriahkan ramadan hingga lupa jika ada potensi mengganggu yang lain.  

Bisa jadi kita mengalah melatih hati untuk tetap tenang dan khusuk dalam suara keras murattal dan teriakan sahur sahur dari toa masjid.  Dan pilihan terakhir menjadi pilihan yang rasional, karena tidak mudah menjelaskan sesuatu kepada orang  orang merasa dalam kebaikan dan  bersemangat dalam  menyebarkan kebaikan tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun