Mohon tunggu...
Muhammad Faruq
Muhammad Faruq Mohon Tunggu... -

Alumnus Fakultas Humaniora dan Budaya UIN Maliki Malang

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Jamu Gendong, Asli Paling Indonesia

11 Mei 2011   02:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:51 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Saat di desa sekitar jam sembilan ada suara perempuan di depan rumah. Kutaksir umurnya sekitar 30 sampai 35 tahunan. Suara nyaring nan anggun itu menyeruak ke rumah-rumah menuju telinga-telinga. Kutaksir lagi suara ini dikeluarkan sambil tersenyum. "Jamu, jamu ..., jamu bu', pak, jamu mas, mbak". Aku dan ibu bergegas keluar, dan para tetangga rupanya sudah menanti kedatangan si penjual jamu. Para pembeli khususnya kaum ibu biasanya juga membelikan jamu untuk keluarganya, terutama sang suami. Jamu yang dijual sebenarnya sudah umum dan biasa, tak ada yang istimewa dari jamu itu, sama seperti jamu-jamu lainnya baik yang asli dalam negeri maupun yang impor.

Yang menjadi paling istimewa dan paling Indonesia -karena memang tak ada di negeri lain- adalah si penjual jamu. Orang Indonesia mengistilahkannya 'Jamu Gendong', karena penjual jamu membawa beberapa bungkus (sachet) jamu dan beberapa botol berisi air racikan (campuran) jamu dalam sebuah bakul (wadah khusus terbuat dari anyaman bambu) yang digendong dipunggung penjual dengan diikat seutas selendang. Tangannya membawa timba ukuran sedang berisi air bersih yang digunakan untuk mencuci gelas setelah dipakai. Penjual jamu gendong adalah perempuan paruh baya, ada juga yang sudah tua. Jamu yang dijual pun seakan selalu up to date, cocok dengan sakit ringan yang sering dialami masyarakat pada umumnya, seperti pegal, linu, encok, sekalor, nyeri menstruasi, reumatik, pusing, sakit gigi dan lain sebagainya. Komplit dan yang jelas dengan harga terjangkau.

Penjual jamu gendong biasanya mengenakan baju yang khas pula yaitu kebaya dan bawahan batik, menjajakan jamu dengan berjalan kaki mengitari daerah yang sudah menjadi langganannya, menawarkan dengan suara khas "jamu...jamu", dengan hiasan senyum yang menenteramkan hati pembeli dan siapa saja yang menyapanya. Layaknya seorang salesman, tak kenal lelah ia menggendong barang dagangannya kesana kemari, menawarkan dan memenuhi panggilan pelanggan atau pembeli. Jamu gendong tak hanya bisa ditemui di pelosok desa saja. Kini penjual jamu gendong sudah merambah perkotaan dan bahkan perkantoran. Tak pantang semangat ia menawarkan jamunya kepada karyawan kantor yang sedang istirahat. Melayani para pembeli dengan akrab sudah menjadi karakternya. Itulah sebabnya, jamu yang biasa menjadi luar biasa diminati banyak orang.  Sayangnya, kini jamu gendong semakin langka ditemui. Perlu upaya keras untuk tetap melestarikannya dengan menghargai usaha mulia ini, sehingga jamu gendong bisa tetep lestari di tengah masyarakat Indonesia. Ingat, hanya di Indonesia para mbak/ibu penjual jamu gendong bisa kau jumpai, Kawan.. Inilah pesona hidup sehat paling Indonesia..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun