Mohon tunggu...
Agus Cahyono
Agus Cahyono Mohon Tunggu... Sedang Menulis ...........

☕

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Ada apa di Balik Sistem Pendidikan LDII? Ahmad Ali Cendekiawan NU Ungkap Temuan Mengejutkan

11 September 2025   17:08 Diperbarui: 11 September 2025   17:08 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ahmad Ali, cendekiawan muda NU, saat memaparkan hasil risetnya mengenai sistem pendidikan LDII dalam program LinesTalk LDIITV.(Dok.Lines/Pribadi)

Cendekiawan NU Ahmad Ali Teliti Sistem Pendidikan LDII, Ungkap Filosofi Pengajian Caberawit dan Model Profesional Religius

Jakarta, 11 September 2025 -- Cendekiawan muda Nahdlatul Ulama (NU), Ahmad Ali, mengungkap ketertarikannya meneliti sistem pendidikan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII). Hasil penelitiannya akan dituangkan dalam buku ketiganya berjudul "Sistem Model dan Corak Pendidikan LDII di Indonesia dalam Platform Profesional Religius".

Dalam program LinesTalk LDIITV, Ahmad menjelaskan bahwa rasa penasaran terhadap pondasi perilaku warga LDII menjadi alasan utama riset tersebut.

"Saya penasaran pondasi apa yang dimiliki warga LDII. Apakah pendidikan yang diajarkan sama di seluruh lembaga naungan LDII? Bagaimana kurikulumnya? Semua ini membutuhkan riset mendalam," ungkap Ahmad Ali.

Sistem Pendidikan LDII

Ahmad menemukan bahwa LDII mengelola pendidikan formal dan nonformal dengan berbagai jenjang.

Formal: PAUD, TK, SD, SMP, SMA, SMK hingga perguruan tinggi.

Nonformal: Pengajian caberawit, generus, muda-mudi, pengajian kelompok, ibu-ibu, hingga pengajian bulanan.

Dalam pesantren, Ahmad mencatat dua model pendidikan nonformal:

Model klasik: santri reguler fokus khatam Al-Qur'an dan Hadis.

Model boarding school: santri belajar kurikulum pondok sekaligus sekolah umum.

Filosofi Pengajian Caberawit

Salah satu temuan menarik Ahmad adalah istilah pengajian caberawit.

"Istilah ini tidak lazim didengar warga NU. Filosofi cabe rawit adalah kecil-kecil tapi pedas. Meski anak-anak, mereka sudah memiliki pemahaman agama yang kuat," jelasnya.

Kurikulum Adaptif

LDII menerapkan kurikulum berbasis himpunan hadis, enam tabiat luhur, dan Tri Sukses Generus yang ditanamkan sejak dini dengan landasan Al-Qur'an, Hadis, dan maqolah sahabat.

Ahmad menilai sistem ini cukup adaptif terhadap perkembangan zaman.

"Akhlak tidak bisa muncul tiba-tiba, harus dipupuk sejak lama. LDII sudah menanamkan nilai luhur itu sejak usia dini," tambahnya.


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun