Mohon tunggu...
Cahyo Budiman
Cahyo Budiman Mohon Tunggu... Ilmuwan - Orang biasa

tukang bakso dan mie rebus

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Timnas Buntung, Siapa Untung?

27 Desember 2010   08:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:21 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12934370611435657718

[caption id="attachment_80320" align="alignright" width="300" caption="http://sepakbola.com/news/2010-12-26/0020087/final-aff-cup-malaysia-gebuk-indonesia-3-0"][/caption] Jangan tanya lagi tentang besarnya kesedihan menyakiskan Timnas Indonesia dicukur Malaysia dengan 3 gol tanpa balas semalam (26 Desember).  Situs mikrobloging twitter ramai penuh dengan "tangisan"pemilik akun yang mengekspresikan kesedihan. Tidak perlu diurai panjang lebar banyaknya kesedihan yang muncul akibat "kebuntungan" Timnas semalam di Bukti Jalil. Semua bersedih? tidak juga ! Karena rupanya ada sebagian pihak yang tengah "mendulang" untung dibalik "kebuntungan" dan "kekalahan" Timnas. Siapa saja kah mereka? Pertama, tuduhan saya alamatkan kepada para politisi dan Pejabat. Bagi mereka, menang dan kalah ada komoditas untuk mendulang simpati. Kekalahan semalam membangkitkan "konfrontasi" (setidaknya) antara politis Golkar dan partai lainnya. Golkar lewat Abu Rizal Bakrie dituding memanfaatkan momentum kemenangan Timnas untuk mencuatkan popularitas dan citra mereka. Undangan makan plus pemberian bonus milyaran rupiah disinyalir sarat dengan nuansa politis. Tentu saja tuduhan yang oleh Abu Rizal bakrie dan Golkar. Maka ketika Timnas akhirnya ambruk dalam leg pertama babak final semalam, lawan politik Golkar pun seolah mendapatkan "peluang" untuk memukul mundur partai berlambang pohon beringin tersebut. Ruhut Sitompul, politisi Demokrat, bahkan dengan bahasa terang menyebutkan kekalahan timnas adalah indikasi kekalahan Golkar di 2014 mendatang. Sebelumnya, bahkan berturut-turut dua petinggi Partai Demokrat, Pak Beye dan Anas Urbaningrum, menyesalkan banyaknya pihak (baca: politisi) yang mengganggu konsentrasi timnas.  Meski tidak seeksplisit dan seterang Bang Ruhut, pernyataan tersebut saya yakin sangat jelas diarahkan ke Golkar. Disini, Demokrat (mencoba) mendulang untung dari kekalahan Timnas. Akan lain ceritanya jika Timnas merebut kemenangan atas Malaysia tadi malam. Golkar akan makin "jumawa" dengan "kontribusinya", dan Demokrat kehilangan amunisi untuk menyerang rival terbesarnya itu. Kekalahan Timnas adalah amunisi Demokrat untuk menyerang Golkar. Lucu memang, sebelum kekalahan di Bukit Jalil, Malaysia, Pak Beye bahkan tidak melakukan sindiran-sindiran ataupun "serangan" menusuk pada rival politiknya tersebut. Demikian pula dengan Anas yang terkenal dengan "kesantunanya". Tapi begitu Markus dan tim ambruk semalam, hanya sekian menit pasca pertandingan berlangsung keluarlah pernyataan-pernyataan menukik lawan tersebut. Benar-benar "mendapuk" untung. Memang menyedihkan sekali, kalah ataupun menang, Firman Utina cs adalah komoditi empuk para politisi kita untuk membangun citra dan populartitasnya. Kedua, pihak yang diuntungkan oleh kekalahan Timnas adalah mereka yang selama ini memposisikan diri sebagai "oposisi" PSSI c.q. Nurdin Halid. Memang, isu untuk menurunkan Nurdin Halid selama ini didengungkan "tanpa syarat". Menang atau kalah, juara ataupun tidak, Nurdin wajib turun ! Begitu kira-kira todongan para "oposisi" ini. Saya yakin kebanyakan suporter timnas memilih posisi ini. Apapun hasilnya, Nurdin wajib turun. Tapi, perlu diingat bahwa tanpa kekalahan timnas, tuntutan mundurnya Nurdin akan terasa Hambar karena Nurdin bisa berlindung dibalik gilang gemilangnya kemenangan timnas. Nurdin akan menggunakan tameng prestasi timnas sebagai prestasi dia dan jajarannya untuk menolak tuntutan pengunduran dirinya. Nurdina akan mengklaim sebagai pencetak sejarah pesepakbolaan nasional karena timnas untuk pertama kali mampu meraih Piala AFF. Kekalahan timnas kemarin adalah amunisi ampuh untuk menelanjangi Nurdin dari "tameng-tameng"-nya tersebut hingga makin mudah "diturunkan" oleh yang kontra terhadap beliau. Komisi X DPR RI yang membidangi olahraga pun dikabarkan akan mengundang Nurdin pasca kekalahan timnas semalam. Sedikit atau banyak, kekalahan timnas memberikan keuntungan tersendiri bagi pihak-pihak yang mengingkan Nurdin mundur. Memang terasa kejam, bak memancing di air keruh, tapi fakta logis ini tidak bisa kita pungkiri. Ketiga, mereka yang sejak awal memang pesimis dengan sepak bola Indonesia. Kelompok ini umumnya akan berkomentar seragam usai menyaksikan kekalahan timnas semalam :

"Tuh kan, guwe bilang juga Indonesia mah kaga bisa diharepin apa-apa!"

Atau :

"Makanya, gak usah keburu senang. Timnas tuh memang langganan kalah!"

Bagi saya memang "menjengkelkan" membaca komentar-komentar bernada seperti itu semalam yang ikut "bersliweran". Tapi biarlah, masing-masing punya hak untuk memposisikan diri. Biarlah kelompok "pesimis" ini mendapatkan "keuntungan" besar dari kekalahan timnas semalam. Kekalahan semalam adalah tambahan bukti buat mereka untuk terus "berkampanye" tentang pesimisme mereka. Atau (barangkali) anda juga bagian dari kelompok ini? :D

Apapun itu, saya sangat menikmati permainan timnas sekarang. Biarlah mereka yang memandang tengah mendulang untung dari tangisan garuda semalam terus begerak-gerak. Menikmati sepak bola sebagai sebuah "permainan" yang mengaduk emosi. Tidak lebih dari itu, bukan karena alasan politis atau lainnya yang rumit untuk saya tangkap dengan kesederhanaan otak saya ini.  Kalah menang adalah hal yang biasa dalam permainan, meski tetap meledakan bentuk-bentuk emosi kita. Menangis saat kalah, berjingkrak saat menang. Its fun of games !.  Dan kekalahan semalam saya tidak membuat saya berhenti berburu  jersey merah saat leg kedua nanti! Semoga pula dengan suporter lainnya yang selalu siap menemeni "garuda" saat menang dan kalah. Proud of you guys !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun