Mohon tunggu...
Cucu Cahyana
Cucu Cahyana Mohon Tunggu... Administrasi - Guru Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing

Urang Sunda, Suka Baca, Bola, Biru...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terima Kasih, Nurul...

26 Februari 2012   10:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   09:07 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore tadi, sambil menunggu senja menyempurnakan tasbihnya kubuka laman fesbuk via seluler setengah smart milikku. Jari-jariku sudah sangat hafal dengan urutan-urutan membuka fesbuk ini. Ketik 0.facebook.com, tulis email, password, klik login, dan tunggu hingga akun fesbuk terbuka. Jika beruntung pasti tak perlu menunggu lama hingga akun terbuka. Namun saat operator sedang menjalankan akal-akalan bisnisnya pasti harus menunggu super sabar. Padahal menurut majalah PULSA, seluler setengah smart-ku ini sudah berteknologi HSDPA, teknologi yang memungkinkan penggunanya dapat mengakses internet lima kali lebih cepat dibanding seluler yang belum dilengkapi teknologi ini.

Memang benar, saat mengakses laman berbayar teknologi ini berpengaruh sekali. Akses cepat, laman facebook-mobile yang hanya beberapa kilobyte per-flat-nya bisa diakses dalam satu atau dua detik saja. Namun saat mengakses laman yang katanya gratisan seperti 0.facebook.com ini ikon HSDPA di LCD seluler biasanya hilang seketika. Bahkan penunjuk sinyal GPRS pun langsung turun drastis, mengabarkan bahwa sinyal operator melemah seketika. Tak aneh tapi maklum saja. Don't judge a book by its cover # don't judge a product of its advertising. Katanya.

Pada bagian beranda langsung terpampang notifikasi terbaru, sekira 7 notifikasi. Isinya bermacam-macam mulai dari di-tag foto, undangan acara, status dikomentari teman atau status teman yang kukomentari dikomentari teman lain, dan... sebuah pesan masuk di inbox.
"Ah, paling juga pesan dari Andik yang belum terbaca saat chatting tadi siang" pikirku.

Kuabaikan pesan yang masuk di inbox itu. Kuklik tag foto, ternyata foto Fikri yang tadi malam dikerjai habis-habisan, surprise ulang tahun ke-24 nya. Aku masih ingat ekspresi tegangnya tadi malam. Saat diberitahu sepeda motornya hilang, ia begitu panik. Siapa yang tak panik jika beberapa hari sebelumnya asrama digegerkan dengan hilangnya satu unit komputer, sebuah gitar elektrik milik Yosep dan sebuah sepeda lipat milik Bayu. Semakin panik setelah seorang teman yang berpura-pura sebagai polisi menelponnya, mengklarifikasi laporan 2 orang teman kost-nya yang datang melapor perihal kehilangan ini.
"Hahaha... Fikri... Fikri... Selamat Ulang Tahun Fik, cepet-cepet diajak nikah saja calonmu itu. Percayalah kejadian malam tadi tak akan ada jika calonmu itu tak memintanya. Hahaha... benar kata mereka-mereka, ekspresi cinta tak ada yang sama." gumamku pada layar monitor.

Setelah notifikasi kubaca semua, kubuka juga pesan yang kukira sisa chatting dengan Andik tadi siang itu. DEG! pesan itu bukan dari Andik. Tapi, dari dia. Pemilik akun fesbuk yang setiap hari kupantau aktifitasnya, tanpa sepengetahuannya. Pemilik akun fesbuk yang menjadi favorit search engine akunku. Dia yang setiap hari kupekikan namanya saat berkeliling jogja sambil bersepeda. Dia yang namanya kusebut di ujung do'a istikharah. Istikharah? Tuhan, apakah pesan ini akan menjadi jawaban do'a istikharahku itu? Tuhan kuharap jawabannya Dia? Tuhan...

Dengan jantung yang semakin berdetak tak tentu, telunjuk kananku membimbing tetikus untuk mengklik pesan darinya itu. KLIK!

Halaman pertama

to: Mas Ihya Ulumuddin
Assalamualaikum Warahmatullah
Semoga Mas Ihya senantiasa sejahtera sehat sentosa. Amien.
Mas Ihya, Saudaraku Fillah,
Mohon maaf jika Nurul lancang menuliskan surel ini kepadamu. Ada beberapa hal yang ingin Nurul sampaikan pada Mas Ihya. Lebih tepatnya, ada beberapa permohonan yang Nurul minta dari Mas Ihya. Mungkin seharusnya Nurul berbasa-basi terlebih dahulu atau apalah namanya. Namun, sepertinya Nurul tak cukup pandai menuliskannya.
Afwan.

Mas, terus terang beberapa hari ke belakang Nurul sedikit terganggu dengan prasangka teman-teman Nurul. Entah berawal dari siapa dan bagaimana, teman-teman mengira kita sedang menjalin hubungan, pacaran. Tentu hal ini sangat mengganggu karena berkaitan dengan hubungan lawan jenis yang tak ingin ada dalam kamus Nurul, perempuan yang sedang berusaha sekuat hati menjaga dan memelihara kehormatannya. Perempuan yang ingin ditetapkan Allah dalam hatinya rasa takut. Takut dengan perbuatan sia-sia yang dapat menjerumuskan pada maksiat kepada-Nya. Sekali lagi mohon maaf jika kalimat-kalimat Nurul kurang berkenan di hati Mas Ihya. Semua karena Nurul tak terlalu pandai mengolah kata prihal seperti ini.

Mas Ihya, Saudaraku Fillah,
Pada jum'at kemarin, tiga hari lalu, Nurul diminta klarifikasi oleh teman-teman perihal desas-desus ini. Salahsatu yang membuat Nurul sedih adalah, menurut berita itu Nurul pernah berkhalwat dengan Mas Ihya di sebuah rumah makan. Padahal kan sudah pasti tidak mungkin berkhalwat, berkhalwat itu kan berdua-duaan di tempat sepi. Sedang disana? di sana ada pelayan, kasir, juru masak dan tukang parkir juga. Jadi, desas-desus itu salah total. Dasar gosip murahan ya Mas?
----priiiiiiiiiit----- (teks yang dicoret menyimpang dari ide asli cerita, hehehe...). Mari kita kembali ke alur cerita yang benar.------

Menurut desas-desus itu, berdasarkan laporan seorang ikhwan, di seluler Mas Ihya ada beberapa foto Nurul. Yang pertama, berlatar rumah makan lesehan. Dari posisi foto itu kemungkinan Nurul berhadap-hadapan dengan si pengambil foto, Si pemilik seluler yang ada foto Nurul-nya, Mas Ihya. Artinya Nurul dan Mas Ihya melakukan jamuan makan berduaan. Selain itu, katanya, Mas Ihya juga mengoleksi foto lainnya, foto close-up Nurul di tempat wisata Museum Jogja Kembali. Nurul memang pernah berkunjung ke museum itu. Jelas tidak dengan Mas Ihya tetapi dengan teman akhwat lainnya. Nurul merasa sedih dan malu dengan tuduhan-tuduhan itu. Mudah-mudahan Allah segera meluluskan Nurul dari ujian ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun