Mohon tunggu...
Cucu Cahyana
Cucu Cahyana Mohon Tunggu... Administrasi - Guru Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing

Urang Sunda, Suka Baca, Bola, Biru...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hentikan Mimpiku, Jika Kau Mampu!

31 Oktober 2011   00:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:16 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin ceritaku tak seherois cerita Ikal dalam tetralogi Laskar Pelangi. Tak seinspiratif kisah hidup Alif dalam Negeri 5 Menara.  Aku dengan segala upaya mewujudkan mimpiku, belum bisa serodotan di putihnya salju White Goat, Canada. Sekedar mengabadikan gambar di bawah tiang besi Eiffel? belum jua terlaksana. Semua masih sekedar mimpi. Tapi aku yakin, “hanya soal waktu…” seperti dalam beat-beat Mr. B dan band-nya, F2B…

Bermimpi menjadi seperti dua tokoh fiksi itu? kukira, setiap kita punya kesempatan yang sama. Biarlah sebagian teman menganggapnya benar-benar hanya akan menjadi mimpi. Terima kasihku untuk Ayah dan Ibu. Mereka berdualah yang telah memantikkan api mimpi-mimpiku itu, jauh sebelum aku berkenalan dengan Ikal atau mengeja mimpi-mimpinya Alif. Ibu misalnya, mampu membuat kondisi fisikku yang tak terlalu proporsional --semasa kecil, menjadi motivasi yang melekat-dahsyat hingga saat ini.

“Si Aa mah kepala nyah juga badigul (besar), makanya pintar karena otaknya juga besar”.

Hahaha… bisa-bisanya Ibuku mengucapkan kalimat seperti itu. Nggak ilmiah sama sekali! Apa korelasi ukuran kepala yang besar (baca: lebih besar dari ukuran proporsional tubuh lainnya), volume otak dan efeknya pada kecerdasan seseorang? Tapi, begitulah beliau. Kalimat yang sering diulang-ulang-nya itulah yang selalu memotivasiku. Alih-alih minder, Ibu membuat hal tak proporsional padaku menjadi motivasi yang tertanam kuat di hati ini.

"Kepalaku besar, otakku besar, jadi aku ini anak pintar!". Begitulah mind-set yang tertanam di memori otakku sejak kecil.

Demikian juga Ayah. Ia terus meyakinkan bahwa suatu saat nanti aku akan menjadi "orang besar". Dia selalu mendorongku untuk memperkaya diri dengan ilmu dan berbagai keterampilan. Ilmu apa saja, keterampilan apa saja. “Ku elmu mah dunya jeung aherat bakal kahontal”, katanya.

Tunggulah Ayah, bersabarlah Ibu, hanya soal waktu…

***

Memang tak mudah untuk menjaga mimpi-mimpi ini tetap hidup. Si Pemakan Mimpi selalu menjadi momok yang bisa saja membuatku “terjaga”. Dihembuskannya rasa takut, dibunyikannya lonceng keraguan, dan dikirimkannya berkompi-kompi rasa pesimis ke hatiku. Tak berhasil, ia bujuk keluarga dan sanak kerabat. Diperlihatkannya seolah-olah mimpiku itu tak memberi arti sama sekali untuk kehidupan yang lebih baik bagi keluarga. Tak cukup hanya itu, teman-teman yang tergoda olah rayuannya dipaksa untuk berbuat culas. Mereka diiming-imingi hadiah, jika mampu menghentikan mimpiku maka segala yang kuimpikan akan menjadi milik mereka.

Ketahuilah wahai Si Pemakan Mimpi, sia-sia saja semua usahamu itu. Aku tak sepengecut yang kau bayangkan. Keluarga dan kerabatku selalu memberikan semangat kepadaku, mereka percaya dan selalu berharap mimpi-mimpiku dapat kugapai. Teman yang culas, yang berhasil kau rayu, hanya satu diantara ratusan ribu teman yang selalu mendukungku, membantuku berdiri saat terjatuh, mencukupiku saat kekurangan, melengkapi segala kelemahanku, memberikanku tulus cintanya dan segala dukungan yang tak henti mereka berikan. Itulah aku dan mimpiku. Demikianlah keluarga, kerabat dan teman-temanku.

Karenanya, dengarlah dan camkan baik-baik:

“Hentikan mimpiku jika kau mampu…”.

Niscaya kau tak ‘kan mampu.

Yogyakarta, 30 Oktober 2011

Selamat Ulang Tahun untukku. Semoga mimpi-mimpiku seperti apa yang diimpikan Tuhan dan Rasulnya terhadapku. Amien.

***

Untuk teman-teman Canting, aku bangga dengan kalian yang telah menumbuhkan dan memelihara mimpi burung-burung kecil di Studio Biru, God Bless You All!. Hanya bisa mengucapkan kalimat ini, belum bisa bekerja nyata seperti kalian. Maaf.

Get your own valid XHTML YouTube embed code

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun