Tahun ajaran baru tiba, ada eurofia di banyak Sekolah. Tawa dari riuh rendah suara Siswa memenuhi koridor, janji-janji baru  terukir di papan tulis dan asa akan masa depan cerah menggantung di setiap ruang kelas. Namun, beda cerita yang terjadi di salah satu Sekolah yang terletak di Nanggulan, Kulon Progo yakni SD Wijimulyo Lor, senyap bangku-bangku kosong yang menghantui Sekolah tersebut. Di saat gegap gempita pendaftaran Siswa baru memenuhi berita utama, ada cerita lain yang lebih senyap, namun tak kalah mendesak: bangku-bangku kosong sekolah yang seharusnya diisi oleh generasi-generasi emas dan penerus bangsa, tetapi hal ini bertolak belakang bangku-bangku kosong itu dipenuhi debu dan usang, inilah yang terjadi di jantung Yogyakarta khususnya kabupaten Kulon Progo. Masalah kekurangan murid ini bukan sekedar masalah statistik semata, melainkan sebuah cermin buram dari tantangan serius yang yang mengancam keberlangsungan dan kualitas pendidikan bagi anak-anak penerus bangsa di Nanggulan, Kulon Progo. Kekurangan murid di SD Wijimulyo Lor terjadi kisaran 5 tahun kebelakang, yang kini siswa baru pada Sekolah tersebut hanya terisi satu siswa.
Menguak akar masalah: Kenapa Bangku Sekolah Kosong?
- Faktor Demografi
Salah satu penyebab yang mendasar yakni terjadinya perubahan demografi. Angka kelahiran di desa-desa sekitar Wijimulyo Lor, Nanggulan, menunjukkan bahwa terdapat penurunan secara drastis dalam tahun-tahun terakhir ini. Ditambah lagi, dengan urbanisasi atau perpindahan penduduk ke pusat-pusat kota seperti Wates atau bahkan luar daerah, hal ini yang menyebabkan populasi anak usia Sekolah di desa-desa penyangga semakin menurun dan menipis.
- Faktor Fasilitas dan Daya Saing Sekolah
Disisi lain, terdapat kualitas dan daya saing Sekolah juga menjadi penentu. Dengan maraknya dan persaingan dari Sekolah negeri dan swasta yang menawarkan fasilitas modern atau program unggulan, termasuk sekolah-sekolah di pusat Nanggulan atau bahkan Wates. Orang tua Siswa di Kulon Progo tentu akan memilih Sekolah yang dianggapnya paling menjanjikan masa depan bagi anaknya, baik dari segi fasilitas, prestasi maupun program non-akademik.
- Implementasi Zonasi PPDB yang Perlu Ditinjau
Kebijakan zonasi PPDB, meski niatnya mulia untuk pemerataan, namun tak selalu efektif di daerah yang demografinya timpang seperti Wijimulyo Lor. Di zona yang penduduk kepadatannya rendah, Sekolah-sekolah tetap akan merasa kesulitan untuk mendapatkan Siswa baru dan alhasil bangku-bangku Sekolah mereka terpaksa ‘bertahan hidup’ dengan bangku kosong yang jumlah siswanya tidak optimal bahkan kurang dari batas minimum yang ideal, hal ini seolah terperangkap dalam aturan yang kurang fleksibel.
Dampak Nyata di Lapangan: Lebih dari Sekedar Bangku Kosong
- Efisiensi Anggaran dan Sumber Daya
Dampak dari bangku-bangku kosong di SD Wijimulyo Lor sangat nyata. Alokasi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang berbasis jumlah siswa otomatis berkurang drastis. Akibatnya, pemeliharaan fasilitas, pengadaan alat peraga, sarana dan prasarana hingga dukungan untuk kegiatan ekstrakurikuler menjadi terbatas. Hal ini merupakan pemborosan asset negara yang seharusnya bisa bermanfaat ssecara maksimal.
- Kualitas Pembelajaran dan Semangat Pendidik
Yang lebih miris lagi adalah menurunnya semangat dari pendidik. Hal ini dikarenakan ketika mereka mengajar, terdapat suasana kelas yang sepi, dengan prospek siswa baru yang minim, tentu hal tersebut sangat berbeda jika mengajar di kelas yang penuh dengan fasilitas modern. Keterbatasan interaksi siswa juga dapat menjadi penghambat perkembangan sosial dan kolaborasi mereka. Para tenaga kependidikan meski sudah melakukan secara professional bisa merasa demotivasi melihat masa depan Sekolah yang tak menentu dengan Kondisi yang dialami.
- Ancaman penutupan atau Regrouping
Pada akhirnya, jika SD Wijimulyo Lor terus mengalami kekurangan murid sepanjang tahun kedepan, maka akan mendapar ancaman serius yakni penutupan Sekolah atau regrouping. Sebuah keputusan yang mungkin dapat dinilai sebagai efisiensi dari segi anggaran, namun tak sedikit pihak yang merasa kecewa dan merasa terampas hak anak-anaknya untuk menempuh pindidikan di dekat rumah mereka. Hal ini sangat disayangkan, namun langkah yang dapat dilakukan yakni mempertahankan SD Wijimulyo Lor untuk menjadi Sekolah yang mempunyai banyak peminat dan berkemajuan seperti Sekolah pada umumnya.
Langkah selanjutnya: Membentuk Kebijakan Adaptif untuk Menyelamatkan SD Wijimulyo LorÂ
- Mengoptimalisasi dan Merevitalisasi Berbasis Komunitas
Pemerintah kabupaten Kulon Progo dan Dinas Pendidikan setempat harus secara cekatan untuk menggeser wacana regrouping reaktif. Yang dibutuhkan untuk saat ini adalah strategi revitalisasi sekolah berbasis komunitas yang komprehensif. Hal ini pastinya melibatkan banyak pihak dan elemen masyarakat Nanggulan, alumni, perangkat desa untuk mendiskusikan dan merencanakan masa depan yang cerah untuk SD Wijimulyo Lor. Melalui pengintegrasian antara potensi lokal dengan kurikulum. Sebagai contoh, pertanian atau kerajinan lokal. Dengan membantu Sekolah mampu mengembangkan brand unik dan menarik. Hal tersebut nantinya SD Wijimulyo Lor dapat dijadikan percontohan Sekolah eco-friendly atau Sekolah yang mempunyai basis kearifan lokal.
- Peningkatan Kualitas Menyeluruh dan Promosi Proaktif