Mohon tunggu...
Dipananta
Dipananta Mohon Tunggu... Buruh - manusia menulis

belajar untuk menulis untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

kesadaran

20 September 2022   08:37 Diperbarui: 15 Januari 2024   14:23 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Suatu pagi, saya mendengar renungan singkat di kanal youtube yang membicarakan tentang menjaga apa yang masuk dalam pikiran kita. Dengan kata lain, sadar akan apa yang kita lihat dan dengar atau apapun yang kita masukkan dalam benak kita, serta sadar pada dampaknya pada diri kita. 

Kita adalah apa yang kita konsumsi.  Saya menyadari hal ini saat memerhatikan apa yang dikonsumsi masyarakat dalam kesehariannya, makanan ataupun media hiburan. Jalan pikirnya mudah saja, orang yang makan karbohidrat terlalu banyak tanpa nutrisi lain, akan menjadi kegemukan karena energi dalam tubuhnya tidak sepenuhnya terbakar. Kalau mereka memakan racun, yang dihasilkan oleh racun itu juga menghancurkan organ, bahkan berakibat fatal. Media pun demikian, kalau individu tidak sadar akan kesehatan media hiburan yang ia terima, maka bisa berakibat fatal pula.

Kita sebaiknya sadar, karena kesadaran adalah anugerah bagi manusia. Kita bisa menyadari apa yang kita konsumsi itu baik atau buruk bagi tubuh kita. Kita juga dapat menyadari media yang kita konsumsi itu membawa nilai baik atau buruk bagi kita. Dimulai dari menyadari bahwa kita adalah manusia yang terbentuk sesuai dengan apa yang kita masukkan dalam tubuh dan pikiran kita. Kalau kita masukkan hal-hal negatif, maka kita tidak akan pernah positif dalam hidup. Namun, logika ini dapat berbalik pula kadang. Apabila kita adalah insan yang positif, maka kita juga akan enggan memasukkan yang negatif dalam tubuh kita. 

Media dan makanan sesungguhnya memiliki kandungan yang memengaruhi diri kita. Saya teringat pada teman saya yang mengubah makanannya menjadi tanpa tepung dan merasakan tubuhnya jauh lebih baik setelah saya ingatkan dan jelaskan. Saya pun merasakan tubuh saya jauh lebih baik ketika telah membatasi makanan dengan puasa. Pikiran saya jauh lebih baik sat jauh dari perbincangan yang membicarakan manusia secara personal. Pikiran saya jauh lebih baik saat saya mendapat renungan atau diskusi tentang kehidupan yang luas dan dalam. Hati saya lebih tenang saat berkuliah daripada menonton media hiburan. 

Sadarlah, bahwa kalau kita memasukkan hal yang buruk dalam hidup kita, itu akan menjadi lumpur yang menenggelamkan diri kita dalam pasir hidup kehidupan. Berubahlah, jauhi apa yang ramai diperbincangkan oleh masyarakat, zaman ini segalanya serba cepat dan dekat, kita dapat membuat media kita sendiri, dapat memilih apapun yang kita inginkan dengan lebih mudah. Berikan apresiasi pada segala yang ada di sekitar, lihat lagi nilai yang dibawanya dalam setiap kata dan perbuatan. Pada akhirnya, kita bertanggung jawab sendiri pada apa yang kita konsumsi dan produksi melalui sikap kita dalam hidup kita. 

Hati-hati, kawan. Nilai buruk dan baik sama halusnya, sama cairnya sehingga kita mendapatkannya dimana-mana tanpa sadar dan menyerapnya. Mintalah bimbingan pada Tuhan untuk menjalani kehidupan ini. Hanya dari-Nya, kekuatan itu datang. Hanya Dia, tongkatmu untuk berdiri tegak melawan dunia dengan nilai buruknya yang membasahi sekujur tubuhmu. Berdoalah, dekatlah pada-Nya, beranilah, berubahlah dan bahagialah. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun