Mohon tunggu...
Caesar Balinda
Caesar Balinda Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

I have not told half what I saw

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gerakan Occupy Wall Street dan Kaitannya dengan Postmodernisme

15 Desember 2011   14:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:13 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum masuk kedalam analisis bagaimana politik postmodernisme dalam kasus gerakan Occupy Wall Street ada baiknya kita kaji dan jelaskan terlebih dahulu satu per satu mengenai apakah yang dimaksud dengan Postmodernisme dan gerakan Occupy Wall Street.

Postmodernisme

Secara harfiah pemikiran politik Postmodernisme dapat diartikan sebagai pemikiran politik sesudah masa modern. Menurut Lyotard postmodernisme pada awalnya muncul sebagai perlawanan terhadap pemikiran politik modernisme yang dianggap tidak berhasil mengangkat martabat manusia modern, menurut Lyotard hal ini dikarenakan dalam pemikiran modernisme, modernisasi terlalu eksploitatifdan mengakibatkan munculnya perasaan akan hilangnya makna kehidupan yang hakiki. Selain itu ada beberapa hal lainya yang kontradiksi diantara kaum modernisme dan postmodernisme, secara umum perbedaan pemikiran modernisme dan postmodernisme dapat dijelaskan sebagai berikut[1] :

Gambar 1: Perbandingan perbedaan pemikiran modernism dan postmodernisme

Pemikiran Postmodernisme memiliki suatu pandangan yaitu dalam keadaan dunia yang kemajuanya sangat diperngaruhi tekonologi ini sistem informasi dan komunikasi akan menciptakan suatu konsep yaitu adanya suatu wilayah tanpa adanya lagi batas-batas negara, sehingga pemikiran yang terbentuk cenderung merupakan pemikiran global dibandingkan dengan pemikiran nasional.

Prinsip-prinsip utama dalam Postmodernisme adalah Relativisme dan Pluralisme sehingga para penganut pemikiran politik Postmodernisme sangat menjunjung tinggi perbedaan, menurut kaum Postmodernis tidak ada suatu kebenaran yang universal dan permanen, pemaknaan terhadap sesuatu dapat memiliki perbedaan oleh masing-masing individu, kaum postmodernis juga berpikir diluar kotak, sehingga cenderung tidak mengikuti konstruksi sosial yang ada. Hal inilah yang menyebabkan postmodernisme disebut sebagai payung yang memayungi berbagai pemikiran walau terkadang pemikiran yang ada tidak berkaitan satu sama lain.

Occupy Wall Street

Gerakan occupy wall street adalah sebuah gerakan civil society yang ditujukan untuk menduduki wall street, seperti yang kita ketahui wall street adalah pusat kegiatan perekonomian amerika serikat, ditempat inilah sektor finansial yang menjadi penggerak perekonomian Amerika atau mungkin juga perekonomian dunia digerakan.

Tujuan gerakan occupy wall street ini intinya adalah mengkampanyekan perubahan global, saat ini yang menguasai perekonomian Amerika serikat hanyalah kaum tertentu, hanya pengusaha dan orang-orang kaya saja, dan hanya mereka sajalah yang menikmati keuntungan dari hal tersebut, padahal rakyat sipil lainya ikut membantu menggerakan perekonomian Amerika, orang-orang kaya dan pengusaha ini juga dinilai tidak memiliki rasa kepekaan terhadap rakyat sipil lainya dan hanya mencari keuntungan semata, hal tersebutlah yang ingin dirubah oleh mereka.

Gerakan Occupy Wall Street ini menolak sistem kapitalisme global yang banyak dianut oleh negara-negara di dunia, mereka tidak setuju dengan sistem kapitalisme yang hanya menguntungkan pihak yang memiliki modal, dan memperlebar jurang antara si kaya dan si miskin. Mereka beranggapan sistem kapitalisme telah gagal, dan mereka beranggapan bahwasanya keadaan saat ini seperti sebuah adegan kartun klasik yaitu ketika kucing mencapai jurang tetapi terus berjalan, ia mulai jatuh hanya ketika ia melihat ke bawah melihat ada jurang, dan kucing tersebut adalah para penguasa penganut sistem kapitalisme. Gerakan ini dibuat agar para penganut sistem kapitalisme melihat kebawah dan sadar apa yang telah terjadi sebenarnya[2].

Selain untuk menunjukan dan memprotes sistem kapitalisme, gerakan Occupy Wall Street juga dimanfaatkan oleh banyak orang sebagai ajang “menumpahkan” ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah, hal ini terlihat dari banyaknya kelompok-kelompok yang menyerukan reformasi pendidikan di Amerika Serikat, penghentian kekerasan di timur tengah dan lain-lain.

Pergerakan Occupy Wall Street ini sudah menyebar keseluruh Amerika, bahkan ke berbagai penjuru dunia, awalnya pergerakan ini hanya ada di New York namun karena banyak dukungan dan banyak pihak yang merasa senasib maka gerakan ini akhirnya menjadi gerakan yang menglobal.

Diluar Amerika Serikat muncul gerakan-gerakan serupa yang intinya menyuarakan ketidakpuasan masyarakat dengan sistem yang ada sekarang Misalkan saja gerakan Occupy London Stock Exchange[3]. Mereka menganggap Sistem yang ada sekarang tidak berhasil dan hanya berpihak kepada pemilik modal saja. Selain itu muncul juga gerakan-gerakan serupa seperti gerakan Occupy Frankfurt yang lebih cenderung menyerukan isu hak asasi manusia. Walaupun tujuan mereka berbeda namun esensi aspirasi yang mereka bawa sama, yaitu menuntut perubahan yang lebih baik.

Di Indonesia sendiri ada segelintir orang yang juga “ikut-ikutan” dalam kegiatan ini dan menamakan diri mereka gerakan Occupy Indonesia. Kelompok Occupy Indonesia tersebut terdiri dari dosen, aktivis LSM, dan pekerja kreatif. Mereka menyuarakan pandangannya bahwa Indonesia secara tidak sadar telah terkooptasi faham ekonomi kapitalisme seperti di Amerika[4]. Gerakan Occupy Indonesia memiliki website resmi dan account jejaring social untuk mengumpulkan kekuatanya serta sudah tersebar ke berbagai tempat di tanah air seperti Jakarta, Bali, Makasar dan Surabaya. Walaupun masih sedikit yang ikut dalam gerakan ini namun gerakan ini berpotensi menjadi gerakan yang besar seperti di Wall Street. Gerakan Occupy Indonesia memiliki beberapa tujuan seperti menuntut adanya upah yang adil untuk para buruh, menuntut kesejahteraan masyarakat Papua, penuntutan Freeport terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia di Papua dan seperti yang dilakukan di Wall Street yaitu penolakan terhadap sistem ekonomi Kapitalisme.

Gambar 2 dan 3 : Penuntutan Upah Nasional yang adil dan Gerakan Occupy Indonesia di depan gedung Bursa Efek Indonesia.

Gerakan Occupy Wall Street juga telah mengilhami banyak orang untuk membuat gerakan serupa, sebagian besar dari penggerak gerakan Occupy Wall Street diketahui akan membuat demonstrasi besar-besaran menentang lobi zionis di Amerika AIPAC (American Israel Public Affairs Committee) dan menamakan gerakan ini Occupy AIPAC. Menurut situs resmi Occupy Wall Street dan sumber-sumber terkait lainya gerakan anti lobi zionis di Amerika Serikat atau AIPAC ini akan dimulai Maret 2012[5].

Gerakan Occupy Wall Street ini mungkin adalah gerakan global civil society yang pertama dan terbesar untuk menentang kapitalisme global yang pernah ada. Gerakan ini juga sangat terbantu dengan media social terutama internet dan jejaring social seperti Facebook dan Twitter dalam penghimpunan kekuatanya dan penyebaran kampanye mereka.

Analisis

Gerakan Occupy Wall Street merupakan salah satu buah pemikiran dari politik postmodernisme. Politik postmodernisme sendiri memiliki ciri yaitu beralihnya pemikiran politik dari pola pemikiran Negara atau nasional ke interaksi global. Politik Postmodernisme juga memiliki ciri yaitu memiliki kekuatan yang tersebar, tidak terpusat seperti modernism. Hal itu terlihat dari gerakan Ocuppy Wall Street yang tidak hanya ada disatu negara saja, tetapi sudah menyebar keseluruh dunia (global).

Selain itu menurut Lyotard dalam dunia global yang kemajuanya sangat dipengaruhi oleh teknologi, kekuasaan telah dibagi-bagi dan tersebar berkat demokratisasi teknologi. Dalam gerakan Occupy Wall Street penyebaran dan pendistribusian kekuatan mereka sangat terbantu oleh teknologi terutama internet, melalui websitenya mereka menggalang kekuatan, pengunjung website mereka bukan hanya dari Amerika Serikat saja namun dari berbagai penjuru dunia, di dalam website tersebut terdapat sebuah forum dan fasilitas Chat antar sesama pengunjung yang menyebabkan semakin mudahnya antar sesama pengunjung untuk bertukar pikiran. Selain itu penyebaran gerakan Occupy Wall Street yang terbesar adalah melalui fasilitas jejaring sosial, penulis sendiri merasakan hal tersebut, penulis mengetahui adanya gerakan Occupy Wall Street pertama kali melalui media internet yaitu Twitter.

Munculnya isu-isu lain yang diserukan dalam gerakan Occupy Wall Street selain isu penentangan sistem ekonomi kapitalisme juga menunjukan bahwa gerakan ini merupakan gerakan hasil dari pemikiran politik postmodernisme. Seperti yang penulis telah jelaskan sebelumnya, pemikiran politik postmodernisme memiliki dua prinsip utama, yaitu relativisme dan pluralisme sehingga dalam pergerakanya gerakan postmodernisme dalam hal ini Occupy Wall Street sangat menghargai perbedaan, sesuai dengan cirri postmodernisme, yaitu menjadi payung payung yang memayungi berbagai pemikiran.

Menurut saya gerakan-gerakan seperti ini pengaruhnya sangat besar dan sangat tepat dilakukan saat ini karena memang saat ini dibutuhkan inisiator untuk merubah keadaan yang tidak berjalan semestinya, Namun sayang sekali, seperti para penganut pemikiran politik postmodernisme lainya gerakan ini hanya “pepesan kosong” belaka, mereka menuntut perubahan tanpa memberikan solusi yang jelas akan permasalahan tersebut. Yang dikhawatirkan terjadi adalah setelah apa yang mereka tuntutkan terkabul, mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. Saat ini saja di Wall Street misalnya banyak diantara demonstran yang tidak tahu apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka inginkan, mereka hanya datang ke Wall Street untuk berkumpul dan bersenang-senang dan meramaikan kejadian tersebut[6], jika hal yang mereka ingin rubah saja tidak tahu bagaimana bila hal yang mereka tuntutkan terkabul, apa yang akan mereka lakukan ?. Hal-hal seperti ini juga sangat rawan menjadi sasaran tunggangan suatu kepentingan tertentu, maka sebelum bertindak ada baiknya cermati dahulu apa yang akan dilakukan, jangan hanya sekedar “ikut-ikutan” saja.

Daftar Pustaka

Lyotard, J. Francois. “The Postmodern Condition: A Report on Knowledge (1979)

Hille,  Rolf. “From Modernity to Post-modernity: Taking Stock at the Turn of the Century,” Evangelical Review of Theology 24/2 (2000).

www.occupywallst.org

www.occupyindonesia.org

http://www.guardian.co.uk/commentisfree/2011/oct/26/occupy-protesters-bill-clinton diakses pada 4 Desember 2011

http://www.guardian.co.uk/world/2011/oct/16/occupy-protests-europe-london-assange diakses pada 4 Desember 2011

http://occupyindonesia.org/berita/dalam-media/84-occupy-jakarta-tolak-ekonomi-kapitalis- diakses pada 4 Desember 2011

http://indonesian.irib.ir/amerika/-/asset_publisher/3luG/content/pasca-occupy-wall-street-kini-giliran-occupy-aipac diakses pada 4 Desember 2011

http://www.surgamakalah.com/2011/08/penjelajahan-postmodernisme.html diakses pada 2 Desember 2011

http://occupyindonesia.org/opini/87-duduki-dulu-tuntutan-bisa-menyusul diakses pada 5 Desember 2011

[1] Hille,  Rolf. “From Modernity to Post-modernity: Taking Stock at the Turn of the Century,” Evangelical Review of Theology 24/2 (2000).

[2]http://www.guardian.co.uk/commentisfree/2011/oct/26/occupy-protesters-bill-clinton diakses pada 4 Desember 2011

[3]http://www.guardian.co.uk/world/2011/oct/16/occupy-protests-europe-london-assange diakses pada 4 Desember 2011

[4] http://occupyindonesia.org/berita/dalam-media/84-occupy-jakarta-tolak-ekonomi-kapitalis- diakses pada 4 Desember 2011

[5] http://indonesian.irib.ir/amerika/-/asset_publisher/3luG/content/pasca-occupy-wall-street-kini-giliran-occupy-aipac diakses pada 4 Desember 2011

[6] http://occupyindonesia.org/opini/87-duduki-dulu-tuntutan-bisa-menyusul diakses pada 5 Desember 2011

*tulisan ini merupakan sebuah tugas ujian akhir semester milik penulis untuk memenuhi nilai salah satu mata kuliah di jurusan hubungan internasional HI Unpad.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun