Sebuah mata uang digital yang lahir dari gagasan desentralisasi, anti sensor, dan kebebasan finansial. Namun, menjelang tahun 2026, sebagian analis dan pengamat pasar memperingatkan bahwa Bitcoin mungkin berada di ambang kehancuran. Apakah prediksi tersebut sebuah kenyataan?
Sejak pertama kali diperkenalkan oleh Satoshi Nakamoto pada tahun 2009, Bitcoin telah mengalami perjalanan yang dramatis. Dari harga hanya beberapa sen hingga menembus puluhan ribu dolar per koin, lonjakan nilai yang luar biasa ini kerap kali memunculkan pertanyaan apakah ini benar-benar sebuah revolusi moneter, atau sekadar gelembung spekulatif yang menunggu waktu untuk pecah?
Banyak pakar ekonomi arus utama, seperti Nouriel Roubini dan Paul Krugman, telah lama memperingatkan bahwa Bitcoin tidak memiliki nilai intrinsik. Mereka menilai bahwa harga Bitcoin hanya bertahan karena ekspektasi irasional para investor yang berharap harga akan terus naikÂ
Prediksi kehancuran Bitcoin di tahun depan sebagian besar didasarkan pada potensi tekanan regulasi yang semakin ketat dari berbagai negara. Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Tiongkok telah menunjukkan sikap yang semakin keras terhadap aktivitas kripto. Di AS, SEC (Securities and Exchange Commission) semakin giat mengklasifikasikan berbagai aset digital sebagai sekuritas dan menuntut bursa-bursa kripto besar seperti Binance dan Coinbase. Jika Bitcoin suatu saat diklasifikasikan sebagai sekuritas dan dibatasi dalam perdagangan terbuka, maka ini bisa memicu arus keluar dana besar-besaranÂ
Selain itu, munculnya mata uang digital bank sentral di berbagai negara juga menjadi ancaman tersendiri. Dengan kehadiran versi digital dari mata uang resmi yang didukung negara, kebutuhan terhadap Bitcoin sebagai alat tukar atau penyimpan nilai bisa semakin tergerus Â
Sentimen negatif juga diperparah oleh semakin banyaknya proyek penipuan dan kegagalan bursa kripto seperti FTX yang mengguncang kepercayaan publik. Reputasi Bitcoin, meskipun tidak langsung terlibat, ikut tercoreng oleh asosiasi dengan dunia kripto yang belum sepenuhnya matang.
Apakah Bitcoin Benar-Benar Akan Hancur?Â
Meski banyak argumen yang mendukung prediksi kehancuran Bitcoin, penting untuk melihat sejarah sebagai pelajaran. Bitcoin telah beberapa kali dinyatakan mati oleh media dan ekonom, tetapi selalu berhasil bangkit. Dalam dunia investasi, narasi ekstrem kerap kali hadir baik dalam bentuk euforia maupun ketakutan.
Namun demikian, berbeda dengan masa lalu, tantangan yang dihadapi Bitcoin kali ini bukan hanya bersifat spekulatif, melainkan juga struktural dan regulatif. Kombinasi antara tekanan pemerintah, masalah lingkungan, serta perubahan psikologis pasar menjadikan tahun 2026 sebagai titik kritis yang bisa menentukan arah masa depan Bitcoin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI