Mohon tunggu...
Zulkifli SPdI
Zulkifli SPdI Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Arab MAN 3 Solok

Hidup akan benilai dengan amal, manusia akan berharga dengan kemanfaatannya bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Waspadai Fenomena Masjid Mengecil Lalu Membesar

13 Februari 2020   06:15 Diperbarui: 13 Februari 2020   06:31 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masjid merupakan rumah ibadah kita. Ukuran dan modelnya tentu saja berbeda-beda. Pengurus dan Jama'ah masjid selalu berusaha agar masjid semakin lama semakin bagus dan besar. Bahkan ada semacam statement bahwa masjid harus lebih indah dan megah dibandingkan dengan rumah kita sendiri. Hal itu merupakan salah satu bentuk pengamalan hadis Nabi :

Dari Jabir bin 'Abdillah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Siapa yang membangun masjid karena Allah walaupun hanya selubang tempat burung bertelur atau lebih kecil, maka Allah bangunkan baginya (rumah) seperti itu pula di surga." (HR. Ibnu Majah no. 738. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih). Sumber.

Fenomena seperti itu sudah lumrah. Namun ada sebuah fenomena yang yang sangat menggelitik kita sebagai ummat pemilik masjid. Yaitu ketika masjid yang semula mengecil kemudian membesar. Tentu saja bukan dari segi fisiknya. Melainkan dari sisi orang yang memandangnya.

Masjid dikatakan mengecil, ketika tidak sanggup lagi menampung jama'ah yang ingin beribadah di dalamnya. Sehingga teras bahkan tempat parkirnya pun disulap menjadi tempat ibadah jama'ah. Hal ini akan kita lihat ketika shalat jum'at, shalat tarawih di Bulan Ramadhan, shalat hari raya idul fitri dan idul adha atau kegiatan-kegiatan keagamaan tertentu. Masjid akan kelihatan kecil, karena membludaknya jama'ah yang datang.

Di lain waktu, bahkan inilah yang lebih sering terjadi adalah masjid yang tampak membesar lantaran tidak bisa dipenuhi oleh jama'ah yang hadir. Tak jarang jumlah tiang atau lampunya lebih banyak dari pada jama'ah. Bahkan ketika sebuah musyawarah dilaksanakan di masjid sekalipun. 

Pada waktu shalat berjama'ah, tak berapa orang peserta musyawarah yang ikut shalat. Setelah shalat selesai dan agenda rapat akan dimulai, barulah jama'ah musyawarah tersebut berdatangan dan dan masuk ke dalam masjid. Bahkan tanpa melaksanakan shalat tahiyatul masjid sekalipun, mereka langsung duduk dan berhaha-hihi di dalam masjid.

Lalu, siapa dan apa yang salah ketika masjid yang tadinya mengecil kemudian membesar itu? Hmmm... jika kita hanya mencari siapa dan apa yang salah saja, tentu tidak akan menyelesaikan masalah. Justeru akan menambah rumit masalah bahkan memunculkan permasalahan yang baru.

Sebagai pengurus masjid, alangkah lebih bijaksananya jika kita tidak hanya memikirkan bagaimana masjid itu bertambah besar dan bagus fisiknya. Tapi bagaimana supaya jama'ahnya bertambah senang dan nyaman beribadah di dalamnya. Selain itu, bagaimana menarik jama'ah yang nonaktif menjadi jama'ah yang aktif dan proaktif di masjid.

Di sisi lain, sebagai jama'ah kita hendaknya juga tetap istiqamah dalam memakmurkan masjid sebagai salah satu tanda keimanan kita kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Sebagaimana Firman Allah dalam surat At Taubah ayat 18 :

Artinya : Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun