Maka ulang tahun ke-26 ini bukan sekadar angka. Ia adalah cermin, retak tapi jujur, tentang perjalanan sebuah daerah yang ingin maju tapi masih tersandung di jalannya sendiri. Jalan yang berlubang bukan sekadar masalah fisik.ia adalah metafora. Tentang lubang dalam sistem, dalam perhatian, dalam keberpihakan. Tentang janji yang belum ditambal.
Suatu hari, mungkin, konser seperti itu akan tetap digelar.tapi di atas jalan yang mulus, dengan listrik yang menyala sepanjang malam, dengan anak-anak sekolah yang tak lagi takut hujan karena kelas mereka bocor. Mungkin di masa itu, pesta rakyat benar-benar menjadi milik rakyat, bukan sekadar milik panggung. Dan ketika hari itu datang, Maluku Utara tak hanya merayakan usia, tapi juga keberhasilan menutup lubang-lubang yang dulu dibiarkan terbuka terlalu lama.
Untuk sekarang, biarlah musik tetap mengalun di Sofifi. Tapi semoga setelahnya, ketika lampu padam dan panggung dibongkar, pemerintah ingat: jalan menuju kesejahteraan tidak bisa ditempuh dengan lagu, melainkan dengan langkah nyata di tanah yang sudah lama menunggu diperbaiki.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI