Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kibas dan Bangkitnya Batik Ponorogo

30 Oktober 2015   22:44 Diperbarui: 31 Oktober 2015   09:32 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Ponorogo, 30 Oktober 2015

Hampir tidak percaya kalau Ponorogo masih ada pembatik (perajin batik), karena semenjak 2 pabrik mori (kain bahan batik) gulung tikar para juragan batik juga ikut gulung tikar. Semenjak saat itu masa emas batik Ponorogo jadi tinggal kenangan berupa rumah-rumah besar juragan batik yang berpagar tinggi dengan model yang klasik, jalan-jalan disekitar kota lama yang sampai sekarang menggunakan nama-nama batik seperti sido mukti, sido luhur, parang menang, parang parung, dan 2 pabrik mori yang sekarang kosong  ditumbuhi ilalang sampai setinggi manusia.

Beruntung sore tadi ada teman 'beku' menghubungi mengajak ke daerah Kauman Sumoroto (barat kota Ponorogo), katanya ada tamu dari Surabaya yang akan mengunjungi pengrajin batik di Ponorogo. "Memangnya Ponorogo ada pembatik?" tanya saya.

"Lihat saja nanti." kata mas Eko Pinhole teman saya. Sayapun langsung menuju ke Sumoroto tepatnya di depat SMUN 1 Kauman seperti alamat yang diberikan. Sesampai lokasi tampak bus besar parkir didepan rumah yang tidak terlalu besar, terlihat beberapa tamu keluar masuk baik lewat pintu depan dan samping. Nampak pula mas Eko Pinhole sudah jeprat-jepret dan segera saya mohon permisi ikut bergabung.

Kekaguman saya semakin jadi ketika disamping selatang terlihat ibu-ibu tamu dari Surabaya sedang membatik, alatnya bukan canting seperti pada umumnya. Ibu tersebutut memakai kuas kecil, begitu juga pak Guntur pemilik rumah sedang membatik memakai kuas pula, menurut pak Guntur batik memakai kuas perlu ketelatenan dan mempunyai tingkat kesulitan tersendiri karena harus berkali-kalli menyelup kuasnya pada cairan yang dipanasi degan kompor elpiji tersebut.

Tamu pak Guntur adalah para pecinta batik dari Surabaya yang tergabung dalam KIBAS (Komunitas Batik Surabaya), mereka datang berombongan setelah melihat pengrajin sekaligus pengusaha batik di Ponorogo tepatnya mas Soni Batik Lesung. Mas Lintu Tulistyantoro yang kebetulan ketua KIBAS menjelaskan komunitas ini dibentuk untuk meningkatkan mutu batik, meningkatkan kesejahteraan masyarakat batik, dan memasyarakatkan batik di Jawa Timur khususnya. Pada intinya memberikan edukasi, sosialisasi, pelatihan, memfasilitasi pameran, mengadakan diskusi, mencarikan solusi terhadap para pembatik agar terus meningkatkan kreatifitasnya serta terus melestarikan peninggalan yang tak ternilai ini. Anggota KIBAS adalah para pecinta batik, para kolektor batik, pengrajin, desainer, pecinta seni dan siapa saja yang mencintai batik di Jawa Timur, imbuhnya.

Mereka bukan badan dari pemerintah, namun mereka para pecinta batik. Seringkali program mereka tidak sejalan dengan birokrasi pemerintah yang serba ribet, mereka sukarela dalam mengurus batik ini. Mereka sebagian besar para akademisi di perguruan tinggi ternama di Jawa Timur.

"Bulan kemarin kita mengadakan pameran di Tunjugan Plaza Mall, dan sebelum ke sini juga membantu kabupaten Pamekasan dan persiapan pameran." katanya dengan akrab.

Batik Jawa Timur itu karya warna dan unik, sangat berbeda dengan bati Jawa Tengah atau Jogja, motivnya juga unik, dan warna-warna cenderung berani dibanding daerah barat, seperti batik Madura, batik Pacitan mempunyai ke-khasan, jelasnya lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun