Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Kolektor

Pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Manado

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Tak Mau Kehilangan Rocky Gerung dan Fahri Hamzah

13 Oktober 2019   13:41 Diperbarui: 18 Oktober 2019   07:06 5528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rocky Gerung dan Fahri Hamzah (Foto Ist)

RASANYA kita akan mengalami kelumpuhan massal. Tanpa sadar, nalar kritis kita terkikis dengan kedunguan. Seolah ada pelarangan bicara. 

Dialog dan seminar akademis di kampus-kampus mulai diboikot. Parlemen pun akan sunyi, sepi dari para wakil rakyat yang berfikir kritis, berani dan progresif. Dua tokoh yang sebetulnya terlihat konsisten memelihara semangat literasi.

Mereka yang merupakan simbol orang-orang yang berfikir 24 jam. Di antaranya Bang Rocky Gerung (RG) dan Bang Fahri Hamzah (FH). Mereka sebenarnya cahaya ditengah kegamangan figur kritis yang berani. Di forum manapun, suara kritisnya terdengar ia tidak mau 'mengembek' atau menjilat penguasa.

Bagi Bang Rocky pemikir kritis atau kaum akademis dan aktivis adalah 'penggonggong' sekaligus pengendali alarm. Mengingatkan pemerintah yang lalaikan tugasnya. Tak diam, Bang RG produktif melahirkan diksi edukatif dengan metafora yang menyehatkan nalar. Yang dilakukan beliau adalah vitamin sebetulnya. Beliau menyuplai kesadaran kritis ke publik. Kita berharap, Bang RG masih punya stamina yang cukup dalam menstimulasi generasi intelek yang mulai kering karena tergerus semangat.

Demonstrasi diberi batas. Lihat saja himbauan atau instruksi Kemenristekdikti. Diskusi dan seminar ilmiah yang melibatkan Bang RG pun mulai dilarang. Dengan alasan tak berdasar kuat, proses literasi mereka babat. Salutnya, gerakan non parlemen jalanan melalui diskusi dihidupkan Bang RG, walau banyak rintangan dan resiko yang menghadang.

Dua jempol untuk Bang RG. Saya yang beruntung pernah bergabung di HMI semenjak kuliah, sangat kagum terhadap cara berfikir Abang. Kita generasi muda menghendaki banyak lagi Rocky Gerung lainnya yang bertumbuh.

Mazhab RG rupanya perlu dihidupkan denyutnya. Tapi beliau yang malas mencari pamor dan tak gila popularitas tentu menolak gagasan ini. Spirit berfikir holistik, menolak dikte dan intimidasi dari eksternal yang dilakukan patut kita apresiasi. Indonesia sudah mulai kekurangan stok pemikir bebas nan mencerahkan. Pemikir yang tidak terdesak atau tidak tertekan atas kekuasaan.

Karena patut diakui, banyak pemikir kita dari kalangan kampus dan aktivis tersandera. Mereka yang sudah punya kuasa kekuasaan, mendapat tawaran kursi dalam jatah pemerintah akan memilih bungkam. Alhasil, terinterupsi proses reproduksi kaum intelektual.

Keberadaan Bang RG kini menjadi barang mewah. Sangat mahal bagi generasi intelektual. Beliau terus menginsiprasi, walaupun puja-puji dan penghargaan tak pernah dikehendakinya. Bang RG tentu tak mau itu. Pemikir yang memiliki corak berfikir, argumentasi debat, struktur dan konstruksi berfikir penuh dalil berkualitas.

Dalam berucap, beliau pasti memiliki alasan teoritis dan ilmiah. Bertutur di TV maupun di forum ilmiah tanpa diliput TV maupun media massa koran dan media online, beliau tetap punya referensi dan literatur yang kuat dalam beragumen. Itulah alasannya kita tak boleh kehilangan figur seperti ini.

Bagi saya, beliau tidak sekadar simbol akal sehat. Lebih dari itu, Bang RG merupakan pendobrak demokrasi dan pemberi jalan bagi generasi hari ini yang mulai kekurangan tradisi literasi. Panutan bagi kita juga yang masih memelihara semangat literasi. Meyakini bahwa belajar adalah wajib dan kuliah hanyalah tuntutan orang tua.

Satire dan 'olok-olok' yang cerdas beliau pertontonkan, ini baru berkelas. Saya tak kenal dekat dengan beliau, di Twitter pun kebutulan pasif. Namun, atas beberapa pikiran kritis objektif dan berani yang disampaikan di TV membuat saya tergoda. Sulit rasanya kita masuk dalam peta pemikiran beliau.

Sehingga kadang, oknum yang berfikir dangkal sinis sama cara pandang Bang RG yang komprehensif itu. Beliau dikenal dengan identitasnya yaitu cara berfikir filosofis radikal. Jadilah kita membutuhkan pikiran-pikiran segar, rasional dan nakal dari beliau ini. Pemerintah memang tak boleh didiamkan, harus dikritik terus-menerus agar tak salah jalan.

Kalau ada prestasi, kata Bang Rocky tak perlu juga diberi apresiasi. Biasa saja, itu sudah tugas pemerintah bekerja benar. Setuju atas argumentasi tersebut. Hari ini malah bergeser, publik seolah dipaksa untuk ramai-ramai memberi pujian pada prestasi pemerintah. Bahkan, yang bukan prestasi sekalipun didesain agar memunculkan pujian.

Diskursus beliau hidupkan dari luar istana. Salut ya untuk Bang Rocky. Di parlemen, DPR RI periode 2014 - 2019 kita mengenal Bang Fahri Hamzah dedengkot Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Pendiri dan sekaligus menjabat Sekretaris Jenderal PKS selama beberapa periode ini dikenal garang. Politisi yang mulutnya tak diam melihat kemunkaran.

Bang FH begitu beliau akrab disapa para jurnalis dan kawan-kawan akrabnya, pernah menduduki posisi Wakil Ketua DPR RI. Keunikan sosok yang satu ini juga setara Bang RG dalam hal keberanian. Meski kiprah dan sepak terjang mereka sedikit berbeda (parlemen, politisi, dan non-parlemen, akademisi), Bang FH selalu memelihara semangat literasi.

Tak hanya bicara, beliau juga menjadi penulis aktif. Sudah beberapa buku karyanya diterbitkan. Pikiran-pikiran beliau yang original, tegas dan lugas disampaikan secara terbuka. Semua mampu dipertanggung jawabkannya. Tarung konsep yang selalu didemonstrasikan Bang FH, tanpa takut memberi kritik pada pemerintah.

Apalagi yang membuat saya tertarik adalah cara pandangnya tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Bagi Bang FH, KPK harus dibubarkan saja. Karena menjelma menjadi lembaga baru yang banyak membawa mudharat. Ada kolusi, tebang pilih kasus dan konspirasi juga diduga kuat bercokol disana.

Politisi yang satu ini selalu bersuara lantang, menolak tunduk pada pengusa yang tak mendengarkan aspirasi masyarakat. Pentolan aktivis 1998 ini, menganggap pertengkaran gagasan dengan gagasan merupakan hal produktif yang harus dihidupkan. Pemerintah tak boleh gagap. Menjawab pertanyaan publik, maupun kecurigaan dengan kerja konkrit.

Kadang terlihat kontroversi sehingga ada juga yang mencibir beliau. Saya, tetap saja simpati terhadap politisi cerdas dan berani yang satu ini. 

Bang FH selalu menuturkan ide-ide berkualitas yang ini kalau diambil dengan baik akan menginspirasi kemajuan peradaban. Pemerintah sebetulnya jangan terbakar emosi dikala menanggapi kritik dan sindiran.

Menghadapi pujian pun seperti itu, bagi Bang FH pemerintah jangan berpuas diri. Duduk diam dalam tumpukan prestasi yang sebetulnya kalau diperiksa tidaklah substansi sangatlah buruk. Kita semua berharap kiranya di DPR RI periode 2019 - 2024 masih ada legislator yang bermental pemberani, cerdas, blak-blakan dan anti korupsi seperti Bang FH.

Memang orang-orang yang tegak lurus dalam prinsip berjuang, selalu dimusuhi. Begitu yang tergambar dari pantauan saya atas konsistensi Bang FH dalam berusaha mewujudkan kemajuan bagi Indonesia. Rintangannya disitu, para musuh atau mereka yang tak mampu tarung terbuka secara argumentatif hanya mampu menebar propaganda dan hasutan.

Kiranya ibu Puan Maharani selaku Ketua DPR RI bersama sejumlah wakil ketua dapat memberi harapan baru bagi Indonesia. Kompak dan maju bersama membela kepentingan masyarakat, itu yang diharapkan kita semua. Tentu sebagai masyarakat, kami support penuh kerja-kerja wakil rakyat yang mulia. Tetap pertahankan posisi DPR sebagai lembaga kontrol.

Harus ada kontrol terhadap kekuasaan dengan menerapkan balances of power. Jangan berujung kompromi dan meredupkan dinamika yang bermutu. Tugas wakil rakyat itu bicara, menyampaikan apa yang menjadi apsirasi masyarakat. Jangan diam, apalagi hanya tepuk-tepuk tangan di kursi DPR. 

Di parlemen banyak yang hebat-hebat dan punya kemampuan. Hanya saja, masih sedikit yang berani bicara. Terutama memberi kritik pada pemerintah. Peran menjadi politisi vokal yang berani menyampaikan keluhan publik itulah yang diharapkan. Legislator tak boleh mengisolasi diri dalam diam.

Hemat saya, mereka mimiliki kesamaan dalam memandang Negara. Begitu pula dalam mendorong transformasi manusia harus terus membaca. Ia, membaca teks dan konteks. Terutama para wakil rakyat yang meminta mandat rakyat, lalu hanya pasif. Berarti berkhianat namanya. Mereka sedih melihat ketimpangan, dan tak mau pemerintah bertugas sekedar membuat himbauan. 

Meningkatkan kualitas diri tiap saat, memberi penghargaan pada kemanusiaan dan menghendaki kesetaraan. Itulah tipikal dua tokoh ini menurut saya. Mereka berani memilih menjadi kontroversi, itu tidak mudah. Pikiran mereka kadang diprotes, muncul resistensi, tapi mereka sadar itu bahwa diruang sosial perbedaan itu sunatullah. Kerjakan saja apa yang diyakini benar, lalu perjuangkan itu. [*]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun