Mohon tunggu...
Bung Adi Siregar
Bung Adi Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - BAS

Founder BAS Pustaka Copywriter Independen Pecinta Film Penikmat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Air Mata untuk Zuriah

17 Agustus 2019   16:00 Diperbarui: 17 Agustus 2019   16:07 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: istockphoto.com

Si empunya rumah itu senyum menggoda tamunya. Namun tetap dengan rona wajah penuh bersahabat.

"Kenapa lagi pak haji?" tanya pria paruh baya itu, menandakan tamu yang datang itu sudah biasa menghampiri rumahnya.

Sang tamu itu berdecak mengeluh tekanan darahnya naik lagi. Dia mengeluh pundak hingga  lehernya mengeras kaku.

Pemilik rumah putih terbuat dari kayu itu seorang mantri kampung. Warga di desa itu lebih percaya kepadanya ketimbang dokter di Puskesmas. Tak henti pasiennya datang silih berganti. Selepas subuh ia sudah bersiap-siap melayani pasien. Pasien yang mendatangi rumahnya jika penyakitnya tak terlalu parah.

Meski popularitas mendulang sebagai mantri kampung, tapi tak membuatnya besar kepala atau jual mahal. Langkahnya tetap ringan mendatangi rumah pasien walau tengah malam sekalipun, ditemani vespa butut peninggalan orang tuanya.

Mendengar keluhan Pak Haji, Mantri kampung itu tersenyum.

"Pak haji kebanyakan makan kambing kelihatannya di pesta hajatan putri Pak Damrah," kata Mantri kampung itu seraya menggoda.

"Sini tangannya Pak Haji, saya tensi dulu," kata Mantri itu sambil mempersiapkan alatnya.

Pak Haji merasa lega setelah Mantri itu mengatakan tekanan darahnya normal. "110/80, normal Pak Haji," kata Mantri kampung itu.

Bagi orang kampung seperti Pak Haji, beranggapan tensi meter bagian dari pengobatan. Setelah ditensi biasanya sugesti bekerja jika sudah diobati. Apalagi hasilnya normal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun