Dunia berada dalam krisis. Problem di berbagai belahan dunia kian mengkhawatirkan. Eskalasi perang dan konflik antara negara semakin membesar. Tantangan yang paling baru yaitu penetapan kebijakaan tarif baru oleh AS. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan pemberlakuan tarif resiprokal (Reciprocal Tariff) Amerika Serikat ke sejumlah negara mitra dagangnya.
Tanggal 17 April tahun ini, PMII genap berusia 65 tahun, usia yang sudah sangat matang bagi organisasi kemahasiswaan Islam. Momentun harlah ini mesti menjadi wadah konsolidasi bagi lahirnya solusi untuk umat, bangsa dan dunia. PMII sebagai organisasi kaderisasi wajib memberikan respon dan aktif memberikan reaksi atas dinamika yang terjadi baik dalam konteks lokal, nasional hingga internasional.
Globalizing PMII
Di tengah krisis dan situasi ketidakpastian dunia saat ini, PMII perlu hadir menjawab isu dan tantangan global. Visi internasionalisasi atau globalizing PMII merupakan modal besar untuk berpartisipasi bersama warga dunia untuk menciptakan tatanan dunia yang lebih adil dan seimbang. Rekam jejak historis keterlibatan PMII di panggung internasional adalah modal besar.
Dalam buku Menjadi Kader PMII, amat jelas peran PMII di kancah global. Pada September 1960, M. Said Budairy selaku Sekertaris Umum PP PMII kala itu menghadiri Constituent Meeting for the Youth Forum atau Konferensi Pembentukan Panitia Internasional Forum Pemuda Sedunia di Moskow. Said Budairy waktu itu menjadi delegasi pemuda Indonesia dalam konferensi tersebut.
Selanjutnya, PMII pada tahun 1965 mengirim Mahbub Djunaid dan Chotibul Umam sebagai delegasi pada kegiatan seminar internasional yang diinisasi oleh General Union of Palestine Students (GUPS) yang bertemakan konflik Palestina-Israel di tanah Yerussalem. Di samping itu, PMII yang diwakili oleh Abdurrahman Saleh dan Siddiq Saleh pernah menjadi aktor kelahiran biro kemahasiswaan dalam Organisasi Islam Asia-Afrika.
Yang tak kalah pentingnya adalah sebagaimana dalam buku Refleksi 60 Tahun PMII; Harapan dan Tantangan, tercatat PB PMII beberapa kali menjadi inisiator event internasional, diantaranya; ASEAN Youth Leaders Forum di tahun 2002, Asia Pacific Interfaith Youth Meeting 2010, dan ASEAN Plus 8 Youth Assembly pada tahun 2013. Dan kiprah internasional PMII yang terakhir yang dicatat penulis yaitu pembentukan Pengurus Cabang Internasional (PCI) PMII Jerman, Tiongkok, Maroko, Korea Selatan dan Turki.
Penegasan Dasasila Bandung
Capaian di dunia internasional menjadi modal meyakinkan bagi PMII untuk ikut andil dan berkontribusi untuk menjadi solusi bagi perdamaian dunia. Harlah PMII ke-65 tahun yang jatuh pada tanggal 17 April sangat istimewa. Sebab, sehari setelah kelahirannya (PMII), bangsa ini memperingati hari Konferensi Asia Afrika di Bandung, 18 April 1955. Karena itu, dua momentum ini harus menjadi wadah konsolidasi dalam rangka merespon isu dan tantangan global terutama masalah yang ada di depan mata yakni tarif resiprokal Amerika Serikat, penyelesaian konflik Israel-Palestina, perang Rusia-Ukraina dan problem-problem internasional lainnya.
Konferensi Asia Afrika sebagaimana yang kita pahami bersama adalah pertemuan tingkat tinggi yang menghimpun kekuatan dari negara-negara ketiga yang terdiri dari negara-negara Asia dan Afrika. Konferensi tingkat tinggi yang pertama kali dilaksanakan di Gedung Merdeka, Bandung ini adalah pertemuan yang digagas oleh lima tokoh yang mewakili lima negara, yakni; Ali Sastroamijoyo (Indonesia), Sri Jhon Kotelawala (Sri Langka), Muhammad Ali (Pakistan), Jawaharlal Nehru (India) dan U Nu (Myanmar).