Mohon tunggu...
Bunga Adelya Novianti
Bunga Adelya Novianti Mohon Tunggu... mahasiswa

mahasiswa manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hubungan Influencer Culture Terhadap Perilaku Konsumsi dan Pembentukkan Identitas Generasi Muda

27 September 2025   19:04 Diperbarui: 27 September 2025   19:04 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Influencer berasal dari kata influence atau pengaruh, yakni kekuatan mempengaruhi seseorang, hal, atau situasi. influencer adalah seseorang atau figur di media sosial yang memiliki jumlah pengikut yang banyak atau signifikan, dan suatu hal yang mereka sampaikan pada media sosial dapat mempengaruhi  perilaku dari pengikutnya. (Hariyanti dan Wirapraja, 2018). Influencer culture atau budaya influencer menjadi fenomena di media sosial sangat memengaruhi perilaku konsumsi dan pembentukkan identitas di kalangan generasi muda sekarang ini. Influencer menjadi individu yang memiliki pengaruh besar di media sosial. Gaya hidup mereka mulai dari fashion, teknologi, hingga produk kecantikkan sudah menjadi panutan audiens terutama pada generasi muda. Bahkan, makanan yang dikonsumsi juga turut serta menjadi tren yang perlu diikuti.

Generasi muda menjadi kelompok yang sangat aktif dalam penggunaan media sosial, mereka cenderung meniru dan mengadopsi nilai, norma, dan gaya hidup yang disuarakan oleh influencer yang mereka ikuti karena dianggap sebagai tren masa kini. Generasi muda yang tidak mengikuti tren akan dianggap ketinggalan zaman. Mereka mudah mengikuti apa yang dilakukan seorang influencer tanpa memilah konten yang disebarkan. Oleh karena itu, peran influencer saat ini tidak hanya memberikan hiburan pada audiens tetapi juga sebagai agen pembentukkan identitas dan pola konsumtif generasi muda. 

Influencer culture bekerja melalui kekuatan media sosial, di mana influencer memiliki kemampuan untuk membentuk opini dan selera pengikutnya terlebih generasi sekarang yang takut tertinggal pada tren atau fear of missing out (FOMO). Hal ini menjadikan generasi muda sangat rentan terpengaruh terhadap pesan dari influencer karena mereka menghabiskan waktu yang besar di platform digital, sehingga mereka biasanya akan impulsif dalam melakukan pembelian.  Pembelian impulsif merupakan suatu tindakan yang dilakukan konsumen dimana mereka membeli tanpa adanya rencana, terjadi secara tiba tiba tanpa adanya pertimbangan (Arisandy, 2017). 

Fenomena pembelian impulsif berarti mereka yang cenderung membeli produk-produk tren dan viral daripada produk yang mereka butuhkan. Mereka sering tergugah untuk membeli karena konten review atau testimoni dari influencer yang dianggap tidak pernah gagal. Hal ini mendorong generasi muda memiliki perilaku konsumtif dan

Influencer tidak hanya memengaruhi perilaku konsumtif pengikutnya, tetapi juga gaya hidup tertentu yang kemudian diadopsi sebagai bagian dari identitas diri mereka. Mereka menjadikan influencer sebagai standar atau acuan dalam melakukan kegiatan sehari hari, mulai dari cara pakaian, gaya rambut hingga lingkungan sosialnya yang mana kemudian membentuk identitas digital baru. Di sisi positif, hal ini dapat menjadikan generasi muda menjadi lebih terinspirasi untuk mengembangkan kreatifitas seperti menambah hobi baru atau dapat berkarier di bidang digital. 

Namun, budaya influencer ini juga tidak lepas dari dampak negatif yang ditimbulkan. Meniru gaya hidup seorang influencer yang diikuti menjadikan mereka mengubah cara berpakaian, cara bicara hingga cara berpikir sekalipun. Hal ini menjadikan generasi muda mengalami krisis identitas karena mereka yang tidak mengenal diri sendiri, tetapi cenderung meniru orang lain. 

Fenomena Influencer culture pada dasarnya sangat berpengaruh pada pola konsumtif dan pembentukkan identitas pada generasi muda. Mereka yang menghabiskan waktunya sebagian besar di media sosial dengan mudah terpengaruh pada pesan atau opini dari seorang influencer. Perilaku yang mudah tergugah inilah yang menjadikan generasi muda menjadi individu yang konsumtif. Pembentukkan identitas generasi muda menjadi hasil dari interaksi tersebut. Oleh karena itu, generasi muda perlu memiliki kesadaran kritis dalam bermedia sosial agar tidak mudah terpengaruh untuk mengikuti influencer hanya karena sekedar mengikuti tren saja.

DAFTAR PUSTAKA

Arisandy, D. (2017). Kontrol diri ditinjau dari impulsive buying pada belanja online. Jurnal Ilmiah Psyche, 11(2), 63-74. Vol. 11 No. 2 (2017): Jurnal Ilmiah Psyche

Hariyanti, N. T., & Wirapraja, A. (2018). Pengaruh influencer marketing sebagai strategi pemasaran digital era modern (Sebuah studi literatur). Eksekutif, 15(1), 133-146.

Pratami, R., & Estriana, V. (2025). Influencer Culture Dalam Pembentukan Budaya Konsumtif dan Hiperrealitas Gen Z (Studi Pada Akun Tiktok @tasyafarasya). Jurnal Sosial Teknologi, 5(8), 3114-3128.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun