Tempat bersejarah ini terletak di pertengahan kota tepatnya di Desa Kademangan, Setu, Kota Tangerang Selatan, Banten, yang bernama Makam Pahlawan Seribu Serpong. Walaupun memiliki nama "Seribu" bukan berarti makam yang ada di sini memiliki jumlah seribu hanya ada sekitar 240 makam saja.
Di monumen daftar nama para pahlawan di TMP ini terdapat 151 nama pahlawan, sisanya sebanyak 87 makan tertulis sebagai Pahlawan Tak Dikenal. Dan di sini pun terdapat 2 tambahan makam baru yang posisinya ada di sebelah kiri monumen segitiga yang ujungnya mirip senjata tombak.
Kedua makam itu atas nama almarhum H. E Mugni Sastradipura bin H. Asnawi yang wafat pada 2000, ia adalah seorang personil militer yang pangkat terakhirnya yaitu Kolonel (perwira) dan di sebelahnya persis adalah makan almarhum Hj. Ratnaningsih Mugni bin Samsuri Parta Supadma yang wafat pada 2003 . Kedua makam tersebut merupakan makam dari orang tua dari Walikota Tangerang Selatan yakni Drs. H. Benyamin Davnie.
Makan Pahlawan Seribu Serpong ini memiliki warna yang berseragam pada batu nisannya, yaitu warna merah pada bagian atas dan putih pada bagian bawah yang melambangkan warna bendera Bangsa Indonesia.
Situs Makam Pahlawan Seribu Serpong sangat berhubungan erat dengan sejarah Bangsa Indonesia, secara garis besarnya Indonesia sudah merdeka sejak tahun 1945, tetapi daerah Serpong masih di duduki  oleh tentara NICA (Nederlands Indies Civil Administration). Pada tanggal 26 Mei 1946 Serpong di serang oleh pasukan Belanda sebanyak 200 orang gugur di medan pertempuran termasuk pemimpin KH Ibrahim dan Jaro Tiking.
Sebenarnya, jasad para pahlawan yang ada di TMP Seribu Serpong ini sebelumnya telah di kebumikan di titik pertempuran yang lokasinya berada di Pertigaan Kecamatan Cisauk atau yang biasa dikenal oleh orang sekitar dengan nama Pasar Lebak, Kabupaten Tangerang.
Di lokasi tersebut, dibangun juga Monumen Tugu Pahlawan. Tetapi, seiring pesatnya perkembangan wilayah membuat makam para pahlawan tersebut "terpinggirkan" oleh kesibukan perniagaan komersial dan ditambah lagi pertigaan Cisauk memang terkenal dengan kemacetan lalu lintasnya. Alhasil, TMP di lokasi titik pertempuran Pahlawan Seribu itu di pindahkan ketempat yang sekarang.
Sumber referensi dari: http://abouttng.com/taman-makam-pahlawan-seribu-serpong/
Dosen Pengampu: Aryani, S.Pd., M.Pd.
Mata Kuliah: Sastra Lama
Fakultas Sastra Indonesia
Universitas Pamulang