Mohon tunggu...
Mawarni
Mawarni Mohon Tunggu... -

:D

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Efek Jokowi Tidak Tokcer dan Kejutan dari Beberapa Partai

10 April 2014   21:56 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:49 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilihan umum (pemilu) sebagai ajang pesta rakyat telah usai dilaksanakan kemarin. Jalannya pemilu cukup meriah dan dinilai berhasil dengan berbondong bondongnya masyarakat menggunakan hak pilihnya di TPS yang telah ditentukan sebelumnya.

Hasil penghitungan suara pun dapat kita ketahui beberapa jam setelah masa pencoblosan selesai. Kita dapat mengetahui partai mana yang memperoleh suara terbanyak atau yang menenangi pemilu kali ini dari penghitungan cepat yang dilakukan oleh beberapa lembaga survai di telivisi atau media media on line.

Hasilnya memang penuh kejutan dan diluar dugaan disamping ada juga yang sesuai dengan hasil hasil predeksi para pengamat.

Diluar dugaan, ternyata efek Jokowi tidak berpengaruh banyak terhadap perolehan suara PDI-P. Sebelumnya banyak pengamat yang meramalkan suara PDI-P akan meroket tajam diatas 25 persen sampai 30 persen karena efek Jokowi yang dicalonkan sebagai capres yang paling paling popoler dan diinginkan oleh masyarakat. Namun kenyataannya suara partai berlambang banteng gemuk bermoncomg putih ini kurang dari 20 persen walaupun tetap sebagai pemuncak dan dikukuhkan sebagai jawara versi hitung cepat. Ini bisa dikatakan orang yang mengidolakan Jokowi belum tentu mencoblos partai PDI-P. Bisa saja orang orang yang sangat menginginkan Jokowi jadi Presedent malah menjoblos gambar orang yang mereka anggap dapat dipercaya dan bersipat amanah untuk mewakili mereka sebagai rakyat yang bukan berasal dari PDI-P yang merupakan partainya Jokowi. Itulah mungkin kenapa efek Jokowi tidak berpengaruh banyak terhadap perolehan suara PDI Perjuangan. Jadi boleh dikata efek Jokowi tidak tokcer.

Diluar dugaan lainya, yaitu melonjaknya suara PKB. Para pengamat banyak mempredeksi partai besutan gusdur ini akan terjun bebas dan kemungkinan tidak bisa berpartisipasi lagi pada pemilu tahun berikutnya karena suara yang didapatnya dibawah ambang batas perlemen. Ramalan ini tidak terlepas dari perseteruan ketua umum PKB, Muhaimin Iskandar dengan trah atau ahli waris Gusdur dalam pengelolaan PKB. Suara NU yang merupakan basis PKB terpecah, banyak para nahdiyen menyalurkan aspirasinya ke partai lain di luar PKB. Ini bisa dilihat dari turunnya perolehan suara PKB yang cukup signifikan pada pemilu 2009 yang lalu. Ternyata diluar dugaan, PKB menyodok keposisi atas dan ada kemungkinan bertengger di urutan keempat. Ini mungkin disebabkan efek Rhoma Irama, si raja dangdut. Dikalangan kaum menengah keatas dan intelektual, raja dangdut ini tidak begitu disukai. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa sebagai raja dangdut, Rhoma Irama mempunyai kharisma dan penggemar di akar rumput. Dan bang haji ini cukup sukses menghimbau para penggemar fanatiknya untuk mencoblos PKB. Selain Rhoma yang digadang gadang sebagai salah satu capres dari PKB, kita tidak bisa juga melupakan figur seorang Mahfud MD. Siapa yang tidak kenal mantan ketua MK ini. Aksi aksinya dalam ruang sidang kala memimpin MK sangat diancungi jempol. Banyak masyarakat berharap kepada Mahfud untuk menjadi Presedent di Republik ini dan tentu saja mencoblos partai berlambang bintang sembilan ini.

PKS juga diluar dugaan, banyak yang memperkirakan perolehan partai islam ini akan anjlok. Skandal korupsi daging sapi yang menerpa presedent PKS, Lutfhi Hasan dan orang kepercayaannya Akhmad Fatanah diperkirakan akan membuat antipati masyarakat. PKS yang terkenal partai yang bersih, pengurus pengurus partainya sebagian besar ustad dan mubaliq tentunya sangat paham akan hukum agama. Tapi toh ternyata pucuk pimpinan PKS korupsi juga, menagambil harta yang bukan miliknya yang tentunya dilarang dalam ajaran agama islam. Banyak yang memperkirakan kader dan simpatisan PKS akan kelain hati pada pemilu kali ini. Tapi ternyata dugaan itu salah. PKS tetap berada di papan tengah walaupun tidak bisa dipungkiri ada sedikit penurunan suara namun tidak terlalu signifikan. Penyebab mengapa PKS ini suaranya tidak anjlok ditengah badai korupsi yang menimpanya. Kemungkinan partai ini tidak mengandalkan pengaruh figur atau ketokohan seseorang. Kepemimpinan dalam PKS berdasarkan kaderisasi. Sestem kaderisasi berjalan dengan lancar, tidak tergantung pada figur seseorang. Ketika ada elit elit partainya yang melanggar hukum maka itu dianggap personalitas atau masalah pribadi elit partai tersebut dan tidak ada hubungannya dengan partai. Oknom elit partai itu dianggap sedang khilaf dan terkena bujuk rayu dan godaan setan yang terkutuk. Serahkan pada hukum yang berlaku dan copot jabatannya . Itulah uniqnya PKS ini, kader dan simpatisannya merupakan orang orang yang panatik dan tidak gampang pindah kelain hati ketika partainya terkena musibah.

Sama dengan PKB, Gerindra juga diluar dugaan bisa bercokol diperingkat ketiga versi hitung cepat. Padahal pada pemilu sebelumnya Gerendra ini penghuni papan bawah. Banyak yang memperkirakan paling banter Gerendra ini naik keposisi tengah atau poros tengah. Heran juga memikirkannya, apakah kerena Prabowo gencar dan sangat massif beriklan di tivi sehingga masyarakat terpengaruh otaknya kemudian memilih Gerindra rebagai pilihan hatinya? Tapi Hanura juga demikian. Hanura yang dibesut oleh Wiranto, mantan panglima TNI, juga tidak kalah gencarnya beriklan di tivi, malah Wiranto didukung HT, pemilik beberapa stasion tivi nasional. Namun nasib partai hanura tetap diurutan buncit meskipun iklannya berwara wiri di tiga tivi milik HT.
Ada juga yang bilang cara kempanye prabowolah yang membikin Gerindra melejet. Kempanye negatif, ya Prabowo berkampanye negatif. Kampanye negatif ini tidak sama dengan kempanye hitam. Kalau kampanye hitam menjelek jelekan pesaingnya tanpa ada bukti yang nyata sedangkan kampanye negatif ini juga sama menyerang pribadi seseorang namun didukung oleh fakta fakta dan memang itu suatu kebenaran. Contohnya seperti jangan pilih seorang pemimpin yang ingkar janji, jangan memilih pemimpin yang tidak amanah, jangan pilih partai yang suka menipu (maksudnya menipu Prabowo dan grindra). Efeknya memang lumayan terasa, para Jokowi hater atau yang penting asal bukan Jokowi akan memilih grindra dan Prabowo sebagai penangkal Jokowi dan PDI.

Itu tadi yang diluar perkiraan para pengamat. Kalau yang sesuai dengan perkiraan para pengamat ya Partai Demokrat lah. Partai ini memang terjun bebas, perolehan suaranya turun hampir setengahnya. Pada pemilu sebelumnya perolehan Demokrat dua puluh satu persen tapi pada pemilu kali ini cuma dapat sembila persen lebih. Hal ini terjadi karena masyarakat telah menjatuhkan hukumannya. Ya masyarakat telah menghukum Partai Demokrat dengan tidak mencoblasnya lagi. Ini karena partai yang terkenal dengan slogan katakan tidak pada korupsi ini malah para petinggi partainya malah ramai ramai melakukan korupsi. Lain yang dikata lain yang diperbuat jadi wajarlah kalau masyarakat tidak mau lagi memilih Demokrat sebagai tambatan hati.

Itulah hasil pengamatanku pada pemilu legeslatip tahun ini. Semoga saja orang yang kita tunjuk untuk mewakili kita bisa berlaku jujur dan amanah. Apa yang menjadi aspirasi kita betul betul diperjuangkan dan tentunya tidak mengambil atau mencuri harta benda kita yang kita titipkan kepada negara. Dan tentunya akan semakin menarik bagaimana pertarungan dalam pilpres nanti. Mungkin ada tiga atau empat calon yang akan bertarung. Ada Jokowi dari PDI, Prabowo dari Grendra, ARB/JK dari Golkar. Dan aku berharap ada Mahfud MD atau Dahlan Iskan dari partai mana saja/koalisi dari bebera partai (soalnya dua orang ini favorit ku :D).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun