Mohon tunggu...
Bunda Khadijah
Bunda Khadijah Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

I am Indonesian, married, mother of 3, moslem...: "Mari Tegakkan Shalat."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tanggapan Bunda Khadijah Atas Artikel Jiddan Berjudul Saudi Arabia Masih Membutuhkan Tenaga Profesional Indonesia

1 Januari 2013   00:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:43 1093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengikuti dan membaca artikel Kompasianer Jiddan yang menanggapi artikel saya,  maka saya menyampaikan jawaban terbuka saya disini.

Pertama, saya setuju bahwa Saudi tentu masih membutuhkan tenaga profesional Indonesia.  Namun, dalam hal ini apakah akan terus berlangsung di masa depan, bagi posisi kami pihak sebagai perusahaan penempatan tenaga kerja saat ini sudah tutup sama sekali.  Dalam lapak saya, bisa diperhatikan di beberapa kolom komentar yang saya diskusikan bahwa kesimpulan diskusi saya dengan kompasianer Marrissa yang bekerja di Oil company Schluemberger di Oman, untuk tenaga formal di Aramco misalnya kita wait and see...Dalam diskusi di komentar itu saya juga menegaskan bahwa kami masih mengharapkan untuk perusahaan multi nasional yang merupakan badan usaha milik negara seperti yang dibahas oleh sdr Jiddan yaitu Aramco dan juga saya contohkan tambahan Saudi Arabia Airlines masih akan terus melakukan regenerasi rekruitmen tenaga profesional Indonesia...bahkan lebih lanjut saya contohkan juga rumah sakit-rumah sakit milik Pemerintah Saudi yang dibeberapa kota seperti Jeddah dan Mekah cukup banyak menempatkan perawat Indonesia.  Jadi, tidak ada hal yang bertolak belakang dengan artikel saya terdahulu.  Melainkan beda kacamata saja.

Kacamata yang dipakai kompasianer Jiddan adalah kacamata beliau sebagai TKI sektor formal sedangkan kacamata saya adalah sebagai pelaku/bagian pemilik maktab agency.  Walau saya WNI namun kedudukan saya di dalam maktab adalah salah satu pemilik dan juga pengelola.  Tentu saja bunyi reportase atau opini akan berbeda.  Saya menyampaikan apa yang saya alami sebagai bagian dalam lingkaran bisnis penyelenggara penempatan tenaga kerja di Saudi. Dasar yang saya gunakan adalah hasil-hasil dari rapat-rapat Sanarcom. Sanarcom adalah asosiasi perusahaan penyelenggara penempatan tenaga kerja di Saudi, yang kalau di Indonesia setara dengan Apjati atau Himsataki atau sejenis asosiasi lainnya.

Dalam artikelnya, Jiddan membahas Saudisasi yang seakan saya membahas hal itu, bahwa Saudisasi tidak ada hubungannya dengan kasus pembunuhan balita di Kota Yunbo. Dalam artikel saya, saya tidak membahas Saudisasi. Wacana ini diangkat oleh sdr. Jiddan sendiri bukan oleh saya. Saya tidak pernah mengaitkan Saudisasi dengan kasus pembunuhan anak kecil di kota Yunbo maupun titah YM Raja Abdullah untuk menghentikan penempatan tenaga kerja dari Indonesia.

Mengenai statement YM Raja Abdullah, sebenarnya hal ini sudah lama.  Saya pernah membahasnya kepada Mas Isjet sebagai admin Kompasiana per telepon bulan oktober 2012, namun saat itu saya berada dalam posisi diam, tidak ingin menulis apapun di Komapasiana karena kasus bully yang saya terima belum punya kepastian akan saya sikapi bagaimana.  Statement YM Raja Saudi bukanlah hak saya untuk mengoreksinya atau mencelanya atau memprotesnya.  Statement itu sudah terjadi, dan dalam rapat-rapat di Sanarcom sudah lama sekali membahasnya.  Saya bukan orang yang patut mengoreksi atau mengkritisi ataupun menolak statement Raja Saudi.  Saya sekedar mencerna dan menunggu aplikasi selanjutnya.

Bagi saya, apa yang dicerminkan dalam lapak  Jiddan, dengan komentar Mukti Ali dan juga Moona, saya tidak ada keberatan bila ada harapan dari para TKI bahwa dengan moderatnya kepemimpinan YM Raja Abdullah bn Abdul Aziz maka ada harapan tidak merembes ke dunia kerja formal, terutama di badan usaha milik negara kerajaan Saudi seperti Aramco atau Saudi Airlines atau lainnya.  Yang  saya tegaskan dalam artikel saya adalah  yang kami alami dari sektor swasta, bahwa hal itu sudah kami coba dan faktanya sudah tidak bisa kami proses lagi.  Jadi, bagi saya tidak akan menyanggah bila ada harapan bahwa perusahaan milik pemerintah Saudi semoga masih akan terus merekrut tenaga profesional dari Indonesia.

Kesimpulan bagi saya TEGAS dalam posisi sebagai pemilik maktab lil-isteqdam, saya belum memiliki harapan ke masa depan bahwa  setelah 16 tahun bisnis menjalankan penempatan tenaga kerja Indonesia maka partnership kami dengan pihak swasta PJTKI akan berjalan lagi.  Sampai detik ini segalanya bagi kacamata saya sudah buram, sudah habis. Kecuali memang ada perkembangan baru di masa depan yang saat ini belum terlihat.

Alasan rasional lain bagi kami adalah adanya madu profitable dan benefit dari negara substusi, yang ternyata membawa peningkatan keuntungan perusahaan lebih baik dibanding ketika kami kerjasama dengan Indonesia dan Philipina.

Selanjutnya tanggapan saya yang terakhir adalah mengenai pernyataan Jiddan bahwa masyarakat Saudi masih menginginkan moratorium TKI dibuka lagi dengan mengutip pernyataan Dubes Saudi, sesungguhnya itu pernyataan yang sudah out of date. Sudah kadaluarsa. Perkembangan terakhir di dalam masyarakat Saudi secara nyata tercermin dari meningkatnya pengiriman tenaga kerja informal dari ethiopia dari jumlah 500 orang per bulan sekarang sudah hampir mencapai 5000 orang per bulan bahkan mungkin lebih besar lagi. Masyarakat Saudi yang memiliki kebutuhan tak dapat ditunda akan tenaga informal pembantu rumahtangga dan supir sudah bisa menerima saluran baru dari negara lain. Pelan tapi pasti negara Ethiopia kini menjadi primadona bisnis dibanding Srilanka dan Maroko ataupun Nepal. Demikian pula sudah tidak ada lagi statemen resmi dari perwakilan pemerintah saudi yang meminta moratorium dibuka lagi.  Buktinya sudah tidak ada lagi rapat Sanarcom yang membahas perlindungan ataupun kerjasama dengan swasta Indonesia.

Demikian tanggapan saya.

Bunda Khadijah, Madinah 01/01/2013

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun