Mohon tunggu...
Bukhari Muslim
Bukhari Muslim Mohon Tunggu... Penulis - Pembina di Salah Satu Pondok Pesantren di Makassar

Berfikiran Positif, Inovasi dan Kreatif

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nilai Sportifitas Islam dalam Kemajemukan

16 April 2017   23:13 Diperbarui: 17 April 2017   08:00 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia adalah negara majemuk yang terdiri dari ribuan kepulauan, suku, ras, budaya dan berbagai agama. Dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan, yang terlibat dalam perjuangan tersebut adalah seluruh rakyat yang bersatu dari berbagai pulau, suku dan agama untuk mengusir para penjajah, oleh karena itu, Indonesia ini disebut negara kesatuan.


Konteks sosial masyarakat Indonesia, sama dengan masyarakat Madinah yang dibentuk oleh Nabi saw. saat Beliau hijrah. Masyarakat Madinah adalah masyarakat yang majemuk, berbagai suku dan berbagai kepercayaan (agama). Yang dilakukan oleh Nabi saw., dalam kemajemukan itu adalah membuat undang-undang yang menyatukan seluruh masyarakat majemuk dalam bingkai negara Madinah, itulah dalam sejarah disebut dengan Piagam Madinah.


Umat Islam dalam situasi tersebut dengan semangat Qur'aniyah (nilai-nilai ajaran Islam) berlomba-lomba menjadi yang terbaik "fastabiqul khairat" sehingga semakin hari kuantitas umat Islam semakin bertambah karena umat Islam saat itu memperlihatkan kualitas yang terbaik dari berbagai aspek.


Demikian juga para pendiri bangsa ini, dengan bersama-sama para Ulama membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan disatukan dalam ikatan yang kokoh dengan semboyan "Bhineka Tunggal Ika, Walaupun berbeda-beda namun tetap satu", semboyan inilah yang menjadi ikatan kokoh bagi bangsa ini, yang mengikat dari Sabang sampai Marauke. Bagi seluruh rakyat Indonesia mari kita pertahankan semboyan ini, rapuhnya adalah awal kehancuran bangsa ini.


Islam dalam menampakkan eksistensinya menyampaikan ajaran yang berkualitas sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi saw., dan para sahabatnya saat di Madinah.


Sikap sportifitas yang diajarkan adalah pertama, fastabiqul khairat/berlomba-lomba menjadi yang terbaik dalam berbagai hal. Islam mengakui bahkan merupakan ketentuan Tuhan, bahwa manusia diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa dan sekiranya Tuhan berkenan akan menciptakan umat ini satu umat saja, namun kenyataannya tidak demikian, karena it berlomba-lombalah memperlihatkan kualitas yang terbaik. 

Kedua, Inna Akramakum 'indallahi 'Atqakum/yang termulia disisi Allah adalah yang paling bertaqwa. Ini juga merupakan ajaran kualitas. Bukanlah ajaran Islam "saling menghujat, saling memfitnah dan menuduh sesama muslim dengan kalimat kafir", ini sikap kontra produktif yang merendahkan ajaran Islam itu sendiri. Ketiga, khairunnas anfa'uhum linnas/sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Keteladanan yang diperlihatkan oleh Nabi saw. dalam memperlihatkan ajaran Islam, demikian juga para penerus yaitu sahabat-sahabatnya dan seterusnya.


Ketiga nilai-nilai sportifitas itulah yang menyebabkan ajaran Islam berkembang pesat di Indonesia, yang diperlihat oleh para wali, wali songo yang memperlihatkan keteladan dan mengajarkan atau memasukan nilai-nilai Islam pada budaya Indonesia (akulturasi budaya), kiai Hasyim Asy'ari (pendiri NU) dengan membangun lembaga pendidikan di tengah-tengah masyarakat Tebu Ireng yang kelakuannya "bejat" jauh dari nilai-nilai keislaman,

 kiai Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) di Yogyakarta, Andregurutta KH. As'ad di Sengkang, Andregurutta KH. Abdurrahman Ambo Dalle di Mangkoso dan Andregurutta KH. Muhammad Harisah di kota Makassar bagian utara Sulawesi Selatan dan masih banyak lagi ulama yang mengajarkan nilai-nilai keislaman penuh kerahmatan, berkualitas tanpa hinaan apalagi mengkafirkan orang lain. Hasil didikan para Ulama itulah membawa peranan yang besar pada keutuhan NKRI.


Dewasa ini, negara dirisaukan dengan berbagai kasus teroris dan pemikiran-pemikiran radikal keagamaan. Tentu pemahaman itu jauh dari nilai-nilai sportifitas yang diajarkan oleh Nabi saw. sebagaimana yang telah disebutkan. Tambah lagi dengan adanya ormas yang berkeinginan merubah sistem yang ada dengan suatu sistem yang menurut mereka terbaik, hal ini tentu mengganggu kestabilan negara, merusak nilai-nilai kebhinekaan yang telah dibangun oleh para pendiri bangsa ini.


Jika umat Islam menginginkan kejayaannya kembali seperti masa klasik, maka kedepankanlah sikap sportifitas yang berkualitas. Kader anak cucu, menjadi generasi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan menguasai ekonomi serta tergambar dalam kesehariannya keteladan yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Hanya dengan demikian Islam akan kokoh dan berjaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun