Mohon tunggu...
Budi Waluyo
Budi Waluyo Mohon Tunggu... Dosen dan Peneliti Bahan Bakar

Dosen Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Magelang _ Kampus Swasta Unggulan di Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Briket dari Limbah Kulit Ketela: Inovasi Mahasiswa Teknik Mesin Unimma

27 Juni 2025   20:07 Diperbarui: 27 Juni 2025   20:07 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Doc Penulis)

Artikel menjadi seruan untuk lebih peka terhadap potensi di sekitar kita. Kadang, jawabannya bukan pada teknologi canggih yang mahal, tapi pada pemanfaatan bahan-bahan sederhana yang selama ini terabaikan. Dari kulit ketela, energi bersih masa depan bisa dimulai.

Siapa sangka, limbah kulit ketela yang selama ini dianggap sampah ternyata menyimpan potensi besar sebagai sumber energi alternatif. Di tengah isu global tentang krisis energi fosil dan kebutuhan akan bahan bakar yang lebih bersih, seorang mahasiswa  atas nama Iftikar F. Nadhif dari Program Studi Teknik Mesin Unimma menghadirkan solusi cerdas dan sederhana: mengubah kulit ketela menjadi briket bahan bakar padat melalui proses torefaksi berbasis gelombang mikro (microwave).

Bukan soal canggihnya teknologi, tapi seberapa bijak kita mengelola limbah menjadi solusi

Penelitian tersebut mengevaluasi kualitas bahan bakar padat hasil proses torefaksi dari limbah kulit ketela, yang diolah menggunakan energi gelombang mikro /microwave . Hasilnya cukup mengejutkan, briket yang dihasilkan menunjukkan peningkatan nilai kalor yang signifikan, mendekati standar bahan bakar padat seperti batu bara.  Padahal sumberny  berasal dari limbah pertanian yang melimpah dan murah.

Proses torefaksi sendiri merupakan teknik pemanasan biomassa dalam suhu rendah hingga sedang (sekitar 200–300°C) dalam kondisi tanpa oksigen, yang bertujuan untuk mengurangi kadar air dan meningkatkan kualitas energi dari bahan tersebut. Dalam studi tersebut, variasi suhu (250°C, 275°C, dan 300°C) dan waktu proses (30, 40, dan 45 menit) digunakan untuk mengoptimalkan kualitas briket. Pada suhu 300°C selama 45 menit, nilai kalor briket mendekati standar SNI 6235:2000 untuk briket arang kayu.

Lebih dari sekadar peningkatan nilai kalor, proses ini juga membantu mengurangi kadar air, meningkatkan keawetan penyimpanan, serta menghasilkan bentuk dan kepadatan briket yang sesuai dengan kebutuhan bahan bakar rumah tangga maupun industri skala kecil. Inovasi ini menunjukkan bahwa pendekatan teknologi sederhana bisa menghadirkan solusi nyata bagi persoalan energi dan lingkungan.

Tidak hanya sebagai solusi lokal, riset tersebut memberi harapan besar dalam skala nasional. Bayangkan jika limbah pertanian seperti kulit ketela yang sering terbuang percuma bisa dikumpulkan, diolah, dan digunakan sebagai sumber energi alternatif. Selain membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, solusi tersebut juga mendorong ekonomi sirkular dan pemberdayaan masyarakat desa.

mesin.teknik.unimma.ac.id

Sumber:  https://oto.teknik.unimma.ac.id/sampah-untuk-sumber-energi-briket-kulit-ketela-karya-mahasiswa-teknik-mesin/ 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun