Mohon tunggu...
Budi Rachman
Budi Rachman Mohon Tunggu... Novelis - Penulis buku, praktisi olahraga, dan penikmat film.

Belajar menulis memaksa saya membaca. Membaca mendorong saya untuk menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film

"Fractured" 2019, Kehilangan yang Disangkal Banyak Orang

21 Oktober 2019   18:01 Diperbarui: 21 Oktober 2019   18:09 13825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Come on!" Umpatan itu melayang, sambil mengangkat kedua tangan lebar-lebar, setelah menonton film Fractured 2019 yang di suradarai oleh Brad Anderson. Pasalnya film dengan tema "Kehilangan yang disangkal setiap orang" sudah seringkali diproduksi oleh film-film Hollywood seperti Lady Vanishes 1938 dan Flight Plan 2005. 

Tema tersebut menjadi semacam genre yang digemari sampai sekarang, sehingga masih relevan, karena memunculkan rasa penasaran tentang ambiguitas realitas antara: Realitas empiris (berkenaan dengan panca indra tokoh) dan Realitas Sosial.

Tapi sayang banget.. Film Fractured ternyata memiliki twist ending yang memperdayai penonton, seolah-olah penonton ini idiot menerima ending cerita semacam itu.

Seperti biasa, film dengan tema ini pasti menggunakan perspektif orang pertama, sang tokoh Ray Monroe (Sam Worthington), mengalami nasib sial setelah putrinya, Peri (Lucy Capri), jatuh dari konstruksi yang sedang dalam proses pembangunan. 

Ray berusaha menyelamatkan buah hatinya, namun malang, dua-duanya terjatuh dari ketinggian lebih dari 3-4 meter itu. Bobo (pingsan deng). 

Saat Ray terbangun, ia mendapati dirinya merem melek  seperti orang linglung. Apa dia salah makan? Bukan! Ternyata dia habis jatuh dan meninggalkan bekas luka di dahinya. Datanglah istrinya, Joanne, yang langsung memeriksa tubuh Peri -- samar-samar (kameranya blur) sepertinya sudah jadi mayat. 

Kematian Peri seharusnya sudah bisa dikonfirmasi saat itu setelah Joanne berteriak histeris dan memukul-mukul tubuh Ray, seolah meminta pertanggung jawaban, tapi saat itu Ray sedang mengalami ketulian sementara. 

Apa yang dilakukan Ray saat kekacauan terjadi? Sungguh di luar logika nalar kita, tiba-tiba ia memejamkan mata sejenak dan melek.. 

Simbalabim!! Segala kekacauan tiba-tiba berubah menjadi sedikit lebih tenang, Joanne yang tadinya berisik menjadi kalem, Peri yang samar-samar telah menjadi mayat tiba-tiba bicara: "Tangan Saya sakit!" Dengan cepat ketiganya pergi ke rumah sakit terdekat. 

Netflix
Netflix
Di rumah sakit, kita akan mendapati tentang sistem pelayanan rumah sakit yang buruk. Kita tidak tahu seberapa parah sakitnya Peri: apakah tulangnya patah atau dislokasi, namun sebelum ada otoritas kesehatan yang memeriksanya maka siapapun yang menjadi orangtua Peri pasti panik dan meminta petugas kesehatan untuk segera melakukan pertolongan pertama.

Namun yang Ray dapati para pelayan kesehatan meresponnya tanpa sedikitpun rasa empati, mereka dingin dan kejam. Emosi lah ya.. ya udah gebrak aja mejanya. "Dhuarr!" Baru deh beberapa pekerja akhirnya setuju untuk melihat Peri, dan seorang dokter yang baik hati (Stephen Tobolowsky) tampaknya mengubah nasib mereka. Peri dan Joanne dibawa ke ruang bawah tanah untuk dilakukan semacam foto rontgen, dan Ray menunggu diluar.

Nah.. selanjutnya cerita seperti ada jeda di sini, pasalnya setelah itu Ray (dan juga penonton) akan dihadapkan dengan babak baru, seperti dalam film The Lady Vanishes, dimana kita harus memutuskan apakah Ray ini sinting atau semua orang di rumah sakit bersekongkol agar membuat Ray gila. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun