Hal inilah yang terkadang membuat para anak Matematika lebih membatasi diri untuk tidak ikut pada organisasi jika tidak ada hubungannya dengan jurusan Matematika. Pasalnya, karena belajar Matematika saja itu sudah pusing dan membutuhkan waktu lama untuk bergelut dengannya. Apalagi kalau ditambah dengan aktivitas oraganisasi pergerakan, kemudian tidak mampu menemukan pencerahan mengenai hubungan ilmu di organisasi pergerakan dengan ilmu Matematika. Maka semakin apatislah minat anak Matematika ikut organisasi pergerakan.
Kalau ditelisik dari jauh mengenai organisasi pergerakan seperti GMNI, HMI, PMII, FPPI, LMND, dan Ormek lainnya justru lebih banyak didominasi oleh mahasiswa jurusan ilmu sosial, ekonomi, pertanian dan juga teknik. Dan lagi-lagi mahasiswa jurusan Matematika selalu minoritas yang ada dalam organisasi tersebut jika dibandingkan dengan jurusan lain.
Entah kenapa bisa? Apakah karena memang jurusan Matematika sedikit mahasiswanya atau karena jurusan Matematika tidak ada hubungannya dari beberapa Ormek tersebut? Atau bisa juga karena saking sibuknya berhadapan dengan soal Matematika sehingga tidak ada waktu untuk ikut dalam organisasi pergerakan. Tidak sama dengan kebebasan mahasiswa jurusan ilmu hukum, politik, ekonomi dan lain sebagainya yang memang sangat dekat dengan bidang keilmuannya, makanya tidaklah heran.
Diakui atau tidak hubungan antara jurusan Matematika dengan organisasi pergerakan sangatlah minim. Bagi anak Matematika kalau sementara di kampus  tentu tidak asing istilah "sin, cos, kali, bagi dan lain sebagainya." Akan tetapi,  beda halnya kalau di organisasi pasti akan lebih banyak berjumpa dengan problem sosial, politik dan negara.
Nah, makanya tidak heran jika jurusan yang ada di Fakultas Fisip selalu didominasi mahasiswanya untuk ikut pada organisasi pergerakan. Sedangkan anak jurusan Matematika akan selalu menjadi minoritas di organisasi pergerakan.
Padahal sejatinya, mahasiswa dari jurusan mana pun sebaiknya mempunyai tanggungjawab sosial. Dan salah satu wadahnya adalah organisasi pergerakan yang lebih banyak berbicara mengenai kebangsaan. Bukan hanya menjadi mahasiswa yang diproduksi menjadi pekerja saja yang bekerja seperti robot. Melainkan dapat menjadi pemimpin dan memberikan perubahan kepada diri sendiri, masyarakat dan bangsa.
Artikel ini juga pernah tayang di Milenialis.id