Oleh karena itu, biarlah tulisan ini menjadi pengingat kembali bahwa dulu di kampung saya pernah eksis dan membudaya untuk membakar tempurung kelapa pada malam ke-27 ramadan. Walaupun dalam pembakaran tempurung kelapa itu hanyalah opini belaka sebagai jalan penerang agar rahmat Lalilatul Qadar datang ke rumah warga.
Namun, dengan adanya pembakaran tempurung kelapa justru menjadi pemantik orang-orang terdahulu untuk beramal lebih giat dalam menyambut malam Lailatul Qadar. Tidak hanya itu kerjasama antar para pembakar tempurung kelapa juga sangat terlihat, tidak seperti sekarang yang kebanyakan bersifat individualis dan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berinteraksi dengan Android.