Mohon tunggu...
Budi Hermana
Budi Hermana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Keluarga/Kampus/Ekonomi ... kadang sepakbola

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cari-Cari Referensi

27 Juni 2011   08:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:08 4610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Salah satu bagian atau bab karya ilmiah yang dapat dibuat secara cepat adalah menyalin dari karya ilmiah orang lain dan memasukkannya dalam tulisan kita. Mengutip dan menyalin - dengan memperhatikan etikanya- merupakan salah satu bentuk berpikir deduktif. Dalam tulisan sebelumnya, istilah ini disebut juga dengan kopi dan pasta. Hindari kopi dan pasta yang pahit, nikmatilah kopi dan pasta yang sehat. Istilah gaul yang dipengaruhi oleh kehadiran internet yang mempermudah proses penyalinan, tanpa harus berpikir keras seperti ketika mengolah dan menganalisis data. Bahkan bisa saja kita tidak perlu mengetik ulang kalimat yang disalin karena referensinya sudah dalam bentuk file elektronik. Bahasa resmi dari kopi dan pasta ini adalah kutipan, sitasi, atau rujukan. Namun, hati-hatilah dengan proses mengutip referensi ini. Dilarang keras untuk menyalin tanpa memberikan penghormatan yang layak kepada penulis sumbernya. Penghormatan tersebut diwujudkan dengan menyebut sumber rujukan tersebut dalam kutipan kalimat, dan secara lengkap disajikan di daftar pustaka atau bibliografi. Itulah cara menikmati kopi dan pasta yang sehat dan beretika. Sebelum mengutip atau menyalin karya orang lain, kita harus mencari rujukan atau referensinya dulu. Referensi tersebut meliputi buku, textbook, artikel di jurnal nasional atau international, makalah pada seminar nasional atau internasional. Jenis referensi tersebut berupa barang fisik yang mungkin tersedia di toko buku, perpustakaan, oleh-oleh mengikuti seminar, atau berlangganan jurnal. Sesekali buatlah hidup ini dikelilingi buku dan artikel ilmiah. Biarkan saja itu berserakan di lantai atau bertumpuk-tumpuk di atas meja, di samping komputer yang telah menunggu untuk digunakan dalam menulis karya ilmiah kita. Bertumpuk dan berserakan karena telah dibaca temtunya. Tandailah halaman-halaman yang berisi kalimat atau bentuk konten lainnya yang akan dikutip atau disalin ke dalam tulisan sendiri. Jika tidak ada file elektroniknya, kita pun siap mengetik ulang kalimat di referensi tersebut. Jangan lupa ditemani secangkir kopi atau teh manis. Di era internet ini, referensi tersebut berbentuk barang digital seperti e-book, e-journal, atau situs internet dari sebuah institusi. Simpanlah file elektronik dan alamat website tersebut. Berbagai rujukan tersebut menjadi sumber kutipan. Dari sanalah kita mengambil kalimat, data, tabel, gambar, dan bentuk penyajian dokumen lainnya yang bisa diambil dan disalin ke dalam tulisan kita. Menyalin dari referensi elektronik relatif lebih mudah. Namun pastikan sumber referensinya berasal dari penulis atau sumber pertama. Jadi janganlah mengambil kutipan dari kutipan, misalnya membuat tinjauan pustaka dari bab tinjauan pustakanya orang lain- misalnya tinjauan pustaka dari skripsi sebelumnya. Pastikan bahwa kita membaca langsung dari sumber pertamanya. Kutipan Gaul vs Ilmiah Andaikan saya menghadap pembimbing skripsi. Dengan penuh percaya diri, saya menyerahkan draft landasan teori kepada beliau, dengan sebagian tulisannya seperti dapat dilihat di bawah ini.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Akhirnya saya bertanya juga ke Mbah Google yang baik hati. Saya ketikkan kata kunci tentang definisi paraphrase yang diminta oleh pembimbingku yang super sibuk. Saya pun mengetikkan "paraphrase" dan memasukkannya ke dashboard di sini. OMG, tak berapa lama, deretan tautan di halamam google pun terpampang di hadapanku. Lihat saja sendiri  di sini. Makasih ya Mbah Google. Anda emang jempolan deh. Ada bahan obrolan nih sama pembimbingku tersayang. Saya klik salah satu tautan, akhirnya bertemu dengan Tante Wiki. Ternyata menurut si Tante di sini, "Paraphrase (pronounced /ˈpærəfreɪz/) is restatement of a text or passages, using other words".

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Saya jamin pembimbing akan mencak-mencak, masih syukur saya tidak diusir oleh beliau. Kuping saya pun siap-siap mendengarkan ceramahnya, "Anda ini menulis skripsi atau nge-blog?".  Saya hanya bisa nyengir kuda sembari manggut-manggut, tidak berani melihat sorot mata kemarahannya. Namun di dalam hati bisa saja saya bergumam, "Duh, enak bener jadi pembimbing. Bisanya cuma nyalahin". Wejangan pembimbing pun berlanjut, "Anda pasti belum baca pedoman skripsi ya, masa mengutip sumber rujukan seanaknya sendiri!". Saya kembali manggut-manggut sambil melempar senyum termanis, namun hati kembali berbisik lagi, "Dasar nih si Bapak. sudah cape-cape menelusuri berbagai definisi di internet, masih saja disalahin". Akhirnya saya malah diberi tugas untuk mencari cara mengutip dan membuat daftar pustaka versi APA (American Psychological Association) yang banyak dijadikan acuan dalam teknik mengutip dan tata cara membuat daftar pustaka. Ya. sudahlah. Ya iyalah, tulisan populer, apalagi tulisan dengan menggunakan bahasa gaul di blog, relatif berbeda dengan tulisan ilmiah. Teknik mengutip ala blogger tidak mungkin diterapkan pada skripsi, misalnya di Bab II tentang landasan teori atau tinjauan pustaka. Kutipan atau etika copas di blog atau media elektronik bisa lebih bebas dan cenderung inovatif dan kreatif. Tautan langsung ke sumber aslinya pun bisa dilakukan sehingga pembaca dapat langsung membaca dari sumber aslinya. Bebas dan menyenangkan, namun menabrak aturan yang telah ditetapkan oleh masyarakat ilmiah. Jadi wajar saja jika saya didamprat oleh dosen pembimbing. Akhirnya kita harus bisa menempatkan diri. Kapan kita menggunakan bahasa populer, gaul, atau gaya bahasa bebas, serta kapan kita menuruti aturan main atau pakem-pakem dalam penulisan ilmiah. Jadi jangan bosan dengan teriakan atau koreksi pembimbing, "Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar", atau kita pun sering mendengar wejangan, "Buatlah kalimat efektif dan tidak ambigu. Jangan lupa dengan  struktur SPOK". Begitulah "kekakuan" dalam tata cara penulisan karya ilmiah, apalagi dalam skripsi, thesis, atau disertasi. Jadi jangan bosan dan nikmati saja tata cara itu. Tidak mungkin kita menghindarinya, kecuali kita memang tidak mau menyelesaikan karya ilmiahnya.  Kalangan akademis bahkan sudah membuat semacam konvensi atau kesepakatan tentang bagaimana membuat kutipan atau sitasi dalam tulisan kita. Memang kadang ada variasi dalam teknik mengutip, namun biasanya dalam sebuah institusi atau sebuah publikasi- misalnya jurnal atau prosiding seminar- sudah ditetapkan standarisasi mengenai cara membuat kutipan dan daftar pustaka. Berburu Rujukan Berburu referensi di dunia maya terasa begitu mudah dan menyenangkan. Namun jangan lupa untuk membacanya. Masalahnya, tidak semua referensi tersedia bebas atau gratis. Bahkan textbook kelas berat atau bermutu dipastikan hanya tersedia cover dan resensinya saja. Kita harus membelinya melalui e-commerce, misalnya melalui amazom.com. Atau, beberapa jurnal international bergengsi bisa kita peroleh setelah membayar biaya langganan. Jadi tidak semua referensi bisa diunduh (download) dengan bebas, lalu dibaca dan dikutip dalam tulisan kita. Jika anda mengetahui sebuah jurnal atau textbook yang bermutu, ada baiknya juga untuk mengeluarkan uang untuk membeli atau berlangganan. Anda bisa juga jalan-jalan ke toko buku. Lihat-lihatlah siapa tahu ada buku atau textbook yang sesuai dengan topik riset atau tulisan ilmiah anda. Atau jika ingin lebih murah, sering-seringlah berkunjung ke perpustakaan kampus. Anda jangan kaget jika melihat buku atau textbook yang masih terlihat rapi karena jarang dibaca oleh mahasiswa. Luangkanlah waktu khusus untuk mengunjungi perpustakaan selama kita menulis atau meneliti. Nah, sekarang kita mulai mencari rujukan gratis yang tersedia di internet. Banyak e-book, ejournal, atau artikel, bahkan naskah skripsi, thesis, atau disertasi lengkap yang dapat diperoleh secara gratis. Data atau informasi pendukung pun bisa diperoleh di dunia maya. Berbagai lembaga international- misalnya PBB, worldbank, unesco, atau asosiasi profesi- selalu menyediakan data lengkap sesuai dengan wilayah kajiannya masing-masing. Di lingkup nasional, beberapa lembaga negara- seperti BPS, BI, atau kemetrian- juga selalu menyediakan data atau informasi yang mungkin diperlukan sebagai data pendukung riset kita. Ketika anda meneliti perbankan, carilah data terkini mengenai profil perbankan di website BI (www.bi.go,id). Ketika kita membutuhkan data kependudukan, kunjungilah website BPS di www.bps.go.id. Dan masih banyak lagi. Jadi mulai sekarang, silahkan membuat daftar alamat situs kementrian, lembaga nasional atau international, atau asosiasi profesi (akuntan publik, auditor internal, bankir, dll). Caranya sangat gampang, Ketikanlah nama lengkap lembaganya di mesin pencari (google, yahoo, bing, dll). Jika lembaga tersebut mempunyai situs, maka tautan ke websitenya akan terpampang dalam halaman hasil pencarian di mesin pencari.  Sebagai contoh, coba anda ketikkan "Bank Indonesia" di google (ketikkan dengan tanda kutipnya juga,  yang berarti mesin pencari hanya mencari halaman web yang mengadung kata lengkap Bank Indonesia). Selain artikel, kita pun bisa memperoleh data-data pendukung- misalnya mengenai jumlah bank, pergerakan inflasi dan kurs, dll.  Namun jangan kaget juga jika data yang tersedia di website tidak mutakhir atau jarang dimutakhirkan. Anda bisa saja mengunjungi lembaga-lembaga tersebut, siapa tahu ada publikasi atau laporan yang lebih mutakhir yang memang belum diunggah (upload) ke websitenya. Pencarian rujukan di internet sebenarnya sangat mudah dilakukan. Apalagi jika kita sudah mempunyai sekumpulan kata kunci yang sesuai dengan topik riset anda. Kata kunci tersebut bisa juga dihasilkan dari pata konsep atau mindmap yang sudah dibahas sebelumnya. Jika anda ingin lebih mahir dalam teknik pencarian rujukan di internet, anda bisa membeli buku tentang mesin pencari yang banyak tersedia di toko buku. Atau, anda ketikan saja frase "teknik pencarian di google" di google, maka berbagai artikel atau tulisan teknik pencarian di google tersedia banyak. Anda tinggal memilih tulisan yang dianggap menarik, lengkap, dan mudah dipahami. Berikut beberapa contoh pencarian rujukan di internet- khususnya dengan memanfaatkan mesin pencari Google. Kita tinggal mengetikkan tulisan yang ada di dalam tanda [  ].

  • ["Arsitektur Perbankan Indonesia"] akan menghasilkan semua halaman web yang mengandung frase Arsitektur Perbankan Indonesia.
  • ["Arsitektur Perbankan Indonesia" site:bi.go.id] akan menghasilkan halaman web yang mengandung "Arsitektur Perbankan Indonesia" di website Bank Indonesia.
  • ["Arsitektur Perbankan Indonesia" site:bi.go.id filetype:pdf"] akan menghasilkan halaman web yang mengandung dokumen dengan format pdf di website Bank Indonesia. Dan dalam dokumen tersebut terdapat frase "Arsitektur Perbankan Indonesia. Biasanya artikel atau karya ilmiah, atau dokumen peraturan dan perundangan disajikan dalam bentuk pdf. Format dokumen lainnya yang bisa anda gunakan- yaitu menggantikan pdf pada perintah tersebut- adalah doc untuk microsoft word, ps untuk format postscript, ppt untuk file powerpoint, xls untuk format excel.
  • [Marketing AND Internet] akan menampilkan halaman web yang mengandung kata marketing dan internet. Kombinasi lainnya, [Indonesia AND small business], atau menggunakan operator OR, misalnya [e-marketing OR e-commerce].

Tetapi anda harus memahami bahwa hasil pencarian di mesin pencari belum tentu menghasilkan dokumen berupa artikel ilmiah atau data-data pendukung yang relevan atau sesuai dengan kebutuhan anda. Banyak tautan hasil pencarian hanya berupa ulasan singkat atau bahkan hanya menuju sebuah website yang kontennya diambil dari situs lain. Memang kita harus menyediakan waktu khusus untuk mengunjungi tautan-tautan hasil pencarian di mesin pencari. Perlu diingat bahwa tidak setiap tautan pada mesin pencari menunjukkan rujukan yang berkualitas. Kita harus memilah dan memilihnya. Setiap Anda menemukan website yang berisi kumpulan artikel ilmiah atau data-data pendukung- misalnya ejournal, paper repository, atau digital library-  catatlah alamatnya. Dengan mengetahui alamat website tersebut, pencarian akan semakin fokus.

(bh/ug)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun