Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membebaskan Jiwa-Jiwa Terpenjara

28 Juli 2022   05:58 Diperbarui: 28 Juli 2022   06:25 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membebaskan jiwa-jiwa terpenjara oleh geralt dari pixabay.com

Ia tak berperilaku "ngustadz", meski sempat nyantri. Tidak mau disebut "guru", kendati menjadi sumber ilmu kehidupan yang tak pernah surut.

Seorang sahabat mengenalkannya saat launching sebuah club & bar di kawasan Kuningan Jakarta.

Aura ketidaksukaan meliputi pertemuan pertama dengan pria kurus itu. Setelah berjabat tangan sambil silih menyebut nama, ada kesan saling tidak suka. Entah kenapa.

Ajaibnya, kira-kira dua tahun kemudian pria kelahiran Jawa Timur itu menjadi sahabat yang melebihi saudara sendiri.

Ia adalah teman baik sekaligus guru yang mendampingi saat mengalami turbulensi.


***

Bemby, nama samaran, lahir pada sebuah desa di Gresik. Merupakan lulusan Aliyah yang melanjutkan kuliah di Jogyakarta. Merantau dan berkeluarga di Tangerang Selatan.

Pria berputra tiga ini adalah pelukis naturalis yang di sela-sela waktu menjalankan industri mebel. Sejumlah orang menganggapnya selayaknya guru spiritual. Dengan nada sinis, tetangganya menyebutnya dukun.

Padahal penampilan dan dandanannya sama sekali tidak mencerminkan guru spiritual, ustaz, bahkan ahli nujum. Ia berlaku laksana orang kebanyakan.

Mas Bemby --lebih tua 9 sembilan tahun dari saya -- tidak pernah mengakui bahwa ia memiliki "keistimewaan" spiritual.

Malahan pada suatu ketika mengajak saya untuk "memerangi" praktik perdukunan, serta tipu muslihat yang mengatasnamakan klenik dan mistik.

Perspektif anti klenik berpengaruh terhadap sikap saya yang kemudian tidak percaya dukun.

Ia tak berperilaku "ngustadz", meski tamat nyantri. Tidak mau disebut "guru", kendati menjadi sumber ilmu kehidupan yang tak pernah surut. Sehari-hari hidupnya bersahaja. Berperilaku santun tanpa jarak dengan siapa jua.

Foto bersama Mas Bemby (depan) | dokumen pribadi
Foto bersama Mas Bemby (depan) | dokumen pribadi

Namun demikian ada hal-hal yang sepintas berada di luar nalar manusia yang biasa dilakukan oleh Mas Bemby, antara lain:

  • Membaca pikiran seseorang;
  • Mengindra perbuatan buruk seseorang, meski ia tidak melihatnya atau diceritakan.
  • Mengetahui ciri dan riwayat leluhur orang baru dikenalnya;
  • Menginterpretasikan pertanda di sekitar orang yang dihadapinya;
  • Menyelami regresi kehidupan masa lampau seseorang;
  • Mengingatkan bahwa penderitaan saat sekarang adalah akibat dari perbuatan buruk pada masa lalu. Sebaliknya, kebahagiaan kini merupakan hasil perbuatan baik di masa lampau.
  • Melatih mindset seseorang agar tahan menghadapi cobaan hidup;
  • Membimbing agar orang mampu bermeditasi dengan khusyuk;
  • Mendorong orang agar serius dalam menjalankan ibadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing;
  • Melatih dan mendampingi agar orang berbuat kebaikan, seperti tidak mencuri, tidak berkata kasar, tidak sombong, tidak serakah, berlaku kasih  kepada semesta berikut isinya, dan kebajikan lain yang saya sudah lupa.

Apabila dijelaskan satu persatu akan memakan kertas berlembar-lembar, maka saya hendak bercerita tentang berbuat kebaikan kepada alam semesta berikut isinya.

Sejujurnya, awal kedatangan saya ke rumah Mas Bemby adalah untuk belajar ilmu "linuwih" agar lebih dari orang biasa. Lebay banget ya!

Bukannya mengajarkan ilmu kesaktian, Mas Bemby malah tidak memandu apa-apa. Selama dua tahun hanya mengajak bertukar pikiran, jalan-jalan, membantu pekerjaan orang lain, dan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan ilmu kedigdayaan.

Satu ketika Mas Bemby mengajak ke pasar ikan hias. Di sana ia bertanya ke saya, punya dua puluh lima ribu rupiah?

Uang tersebut ditambah uang Mas Bemby digunakan untuk menebus satu bungkus plastik berisi banyak ikan kecil, sepertinya anak ikan emas atau apa, saya kurang paham.

Setelah itu kami pergi ke situ Pamulang, Tangerang Selatan. Dengan tenang Mas Bemby membuka pengikat bungkus plastik. Menuangkan seluruh isi ke dalam telaga. Tersenyum.

"Jiwa kalian bebas! Ikuti kehendak alam, berkembang biak atau dimangsa."

Saya tercengang. Mas Bemby melepaskan ikan-ikan kecil yang tadinya hendak dijadikan pakan ikan peliharaan.

Bukan sekadar perbuatan simbolik, tapi pengejawantahan kasih kepada alam dan isinya dengan cara membebaskan jiwa-jiwa terkekang. Mengembalikannya ke alam.

Satu langkah kecil berbuat kebajikan kepada sesama makhluk. Membebaskan jiwa-jiwa ikan kecil terkungkung. Agar dilanjutkan dengan melakukan pembebasan dalam skala lebih besar, misalnya membebaskan burung terkurung hingga membebaskan jiwa-jiwa teraniaya.

Berbuat kebajikan dengan membebaskan jiwa-jiwa terpenjara. Sanggupkah saya?

Moga-moga Mas Bemby berada di samudera kebahagiaan pada alam paling damai. Mudah-mudahan husnul khatimah. Aamiin.

Kebajikan Mettasik  

Maybank Finance

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun