Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Suara Nyaring Pemandu Truk Kuning

15 Februari 2021   19:15 Diperbarui: 18 Februari 2021   21:18 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh quangle dari pixabay.com

Aku menarik dua lembar kertas berwarna ungu dari dompet, melipatnya, kemudian mengangsurkannya ke tangan berdaki dari balik jeruji gerbang.

Mereka mengangkat kantong-kantong keresek bekas berisi benda-benda takterpakai dan barang terbuang, dari drum bertutup yang dirancang khusus.

Adalah saatnya, juga lumrah dan alamiah, ketika benda-benda tidak bisa digunakan itu dipinggirkan ke tempat pembuangan akhir.

Barang-barang terbuang itu bisa berupa: potongan sayur dan trimming ikan yang tidak bisa dimasak, tulang ayam sisa makan malam, tikus mati akibat diracun, juga bekas pembungkus yang tidak bermanfaat apa-apa.

Benda takterpakai, barang buangan, partikel tersisa sebagai sampah rumah tangga yang sudah tamat masa pakainya tersebut disingkirkan ke dalam drum penampung.

Drum yang merupakan ruang gelap, kotor, hangat dan lembap, berbau busuk, serta berisi air kecokelatan hasil fermentasi semalam yang dipenuhi belatung dan bakteri pembusuk.

Jika tidak terlambat, keesokan paginya mereka diangkat dan diangkut ke dalam truk warna kuning setiap jam lima lebih seperempat.

Begitulah rutinitas yang dilakukan truk sampah berwarna kuning beserta kebisingannya. Namun sekali ini berbeda keadaannya. Sama sekali berbeda.

Bisa jadi kemarin sore aku demikian terlelap, sehingga pada hari yang sudah meninggi atau masih pagi ini aku tidak mendengar suara apa pun.

Boleh jadi, waktu sudah melewati Subuh, matahari telah menyingsing. Fajar tertutup dan lebih gelap dibanding biasanya.

Senyap. Aku tidak mendengar suara pemandu truk kuning. Pagi tanpa dengung mesin diesel. Tanpa lisan lantang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun