Fergusso meringis tipis, wajahnya menggambarkan senyum puas. Betapa tidak, kali ini ia hanya mengeluarkan kurang dari biaya yang seharusnya: tujuh puluh lima juta rupiah! Tiga perempat dari anggaran yang semestinya seratus juta rupiah. Itu semua berkat kepiawaian orang kepercayaannya untuk menangani koordinasi lapangan.
Koordinasi lapangan merupakan soal non-teknis yang memusingkan Fergusso. SebagaI kontraktor, setiap awal proyek selalu direpotkan oleh hal yang kendati melibatkan biaya kecil tetapi melibatkan banyak orang. Menguras energi meningkatkan emosi, jika tidak dijaga akan menghasilkan keributan di lapangan yang akhirnya berdampak terhadap kemajuan proyek.
Biasanya warga setempat akan menciptakan fait accompli, yakni keadaan yang mau tidak mau harus diterima. Kalaupun pihak kontraktor menolak kondisi itu, akan timbul perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada teror dan penyanderaan.
Paling terakhir adalah peristiwa penyanderaan excavator pada hari pertama dimulainya proyek pembangunan drainase. Alat berat beserta operator yang telah dibayar per-jam dimuka dihentikan oleh belasan warga karena belum diselesaikannya biaya koordinasi.
Setelah dua hari kehilangan waktu dan mengalami kerugian operasional alat berat, akhirnya diperoleh kesepakatan. Pihak kontraktor harus membayar lima belas juta rupiah untuk biaya koordinasi. Pengeluaran itu melebihi satu prosen dari total nilai proyek satu miliar rupiah.
Tidak diketahui persis bagaimana asal muasal timbulnya pungutan liar itu. Biaya koordinasi sebesar satu prosen dari nilai proyek telah menjadi kelumrahan. Nilai suatu proyek dapat dilihat pada papan nama yang wajib dipasang secara terbuka.
Untuk mengatasi keruwetan, Fergusso merekrut sahabat yang sangat dipercayainya dan dipandang cakap dalam menangani persoalan non-teknis itu. Harapannya, ia dan timnya bisa berkonsentrasi penuh kepada pekerjaan teknis.
Rudolfo adalah orang yang pandai berkomunikasi, tenang, dan cukup cerdas menghadapi massa. Fergusso meyakini, kemampuannya akan cukup efektif menghadang warga yang akan memaksakan kehendak.
Rudolfo juga tipikal orang yang tidak banyak cingcong alias tidak mensyaratkan macam-macam untuk pekerjaannya. Itu yang membedakannya dengan pegawai lainnya atau orang yang pernah disewanya demi keperluan tersebut.
Tidak mengapa keluar uang untuk menggaji Rudolfo, sepanjang ia bisa berkontribusi terhadap kelancaran proyek.
Harapan Fergusso terbukti, Rudolfo mampu mengemban kepercayaannya dalam menangani ihwal koordinasi pada proyek pembangunan gedung di kawasan Paramount.