Dalam kehidupan kita berkomunikasi dengan orang-orang sekitar kita sudah menjadi satu kewajiban. Begitu beragamnya tempat kita dalam hidup bersosialisasi sebagai contoh dalam dunia kerja berbagai dinamika persoalan terkadang muncul.
Frekuensi pertemuan yang hampir setiap hari antara pekerja dan bos, antara bawahan dan atasan, antara pegawai dan pimpinan bahkan sesama pekerja terkadang ketidakpuasan terhadap kinerja seseorang memunculkan amarah yang membuat hati terluka bagi yang mendengarnya.
Seorang atasan terkadang meluapkan kekesalan dengan mencurahkan amarahnya kepada bawahannya. Begitu juga bawahan tidak terima dan membawa luka dan hati berontak dengan meluapkan amarah dengan cara yang dia bisa pula.
Amarah yang terkadang sampai dibawa kerumah suami atau isteri bahkan anak juga menjadi korban dari kemarahan yang mereka tidak mengetahui persoalannya.
Jangan sampai hal yang demikian terjadi pada diri kita. Namun jika terjadi pada diri kita bagaimana cara yang bijak untuk mengatasinya. Mari kita coba cara berikut dan implementasikan jika situasi kita menjadi korban amarah.
Tiga kata sakti ini harus kita terapkan dalam kehidupan kita jika kita dalam posisi terjepit dalam menerima amarah orang lain.
1. Terima
Menerima amarah seseorang dengan mendengarkan dan tanpa melakukan ekspresi apapun adalah cara terbaik yang bisa kita lakukan. Kita harus menjadi panglima dari setiap organ tubuh kita. Baik yang diluar maupun yang didalam tubuh kita.
Pertarungan batin akan terjadi pada diri kita. Terima saja amarah itu dan jangan bertindak yang merugikan diri kita. Terima dan terima tidak ada ruginya.
Sebagai manusia biasa akan banyak opsi yang akan ditawarkan pikiran kita saat orang lain marah kepada kita. Mungkin opsi yang diberikan melawan dengan adu argumen, pergi meninggalkan orang yang marah, adu jotos.