Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hati-hati Reproduksi Isu Komunisme Kelompok Radikal

1 Oktober 2022   13:20 Diperbarui: 1 Oktober 2022   13:22 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lawan Radikalisme - jalandamai.org

Setiap 30 September, seringkali isu komunisme dimunculkan oleh kelompok radikal. Seringkali, peristiwa ini juga digunakan oleh kelompok radikal, untuk menyerang pemerintah demi memunculkan isu khilafah. Komunisme digambarkan sebagai paham yang salah dan menyesatkan, karena itulah harus dilawan. Padahal, hal ini merupakan salah satu cara saja, untuk menyerang pemerintah lalu memunculkan konsep khilafah sebagai solusi.

Peristiwa G30 S merupakan bagian dari sejarah Indonesia yang tidak bisa dibantah, meski siapa yang menjadi aktor utama peristiwa tersebut masih kabur sampai saat ini. Beberapa literasi menyebutkan bahwa peristiwa tersebut merupakan persaingan antara militer dan PKI dalam merebut pengaruh Soekarno. Sampai akhirnya berujunglah pada peristiwa berdarah tersebut. Dalam perkembangannya, komunisme digambarkan menjadi sebuah hal yang menakutkan, darah dimana-mana, kejam dan lain sebagainya.

Lalu, apa hubungannya dengan kelompok radikal? Nyatanya, isu komunisme ini sering digunakan oleh kelompok radikal untuk menyerang kelompok tertentu atau pemerintah. Kenapa hal ini dilakukan? Tentu untuk mempropagandakan khilafah, yang dianggap solusi dari semua permasalahan. Mereka berusaha melakukan reproduksi ketakutan terhadap kebangkita komunisme. Lalu mereka menggiring opini bahwa pemerintah mendukung komunisme. Selanjutnya mereka melakukan adu domba dan provokasi, agar masyarakat kehilangan kepercayaan ke pemerintah. Ketika provokasi itu semakin massif, disitulah khilafah dimunculkan. Jika logika masyarakat tidak berjalan, maka masyarakat berpotensi akan langsung percaya.

Padahal, jika telaah lebih dalam, apakah komonisme benar-benar akan bangkit seperti yang diduga? Jika kita berpikir secara logis, tidak ada indikasi yang mengarah kesitu. Kalau dipikir-pikir, komunisme dan khilafah tidak jauh berbeda. Keduanya sama-sama anti Pancasila. Keduanya menerapkan cara-cara kekerasan untuk mewujudkan cita-citanya. Lalu, apakah khilafah akan lebih baik? Tentu tidak. Karena keduanya jelas tidak tepat jika diterapkan di Indonesia. Karena itulah negara ini juga melarang keduanya.

Masyarakat juga harus cerdas dalam menyikapi reproduksi informasi yang menyesatkan ini. Jangan langsung mudah percaya, meski dibungkus dengan sentimen agama. Karena agama tidak pernah mengajarkan provokasi. Agama juga tidak pernah mengajarkan untuk saling membenci satu dengan lainnya. Ingat, kelompok radikal selalu memanfaatkan momentum apa saja yang terjadi di sekitar kita. Ketika momentum itu ada untuk menebar provokasi, segalanya akan dilakukan.

Kita semua harus memiliki nalar yang kritis, dan harus punya literasi yang kuat, tentang sejarah Indonesia. Hal ini penting agar kita tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang menyesatkan. Mari kita jaga ruang publik dunia maya, agar terbebas dari segala provokasi komunisme atau khilafah. Keduanya jelas dilarang di Indonesia, dan jangan larut dalam keduanya.

Mari terus kita suarakan pentingnya menjaga nilai-nilai toleransi, agar diantara kita tetap saling menghargai dan menghormati dalam keberagaman. Sebagai masyarakat Indonesia, hidup berdampingan dalam keberagaman merupakan sebuah keniscayaan. Salam.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun