Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Tebar Hoaks dan Provokasi di Bulan Suci, Saatnya Introspeksi

15 April 2021   16:24 Diperbarui: 15 April 2021   16:30 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Damai Itu Indah - tribunnews.com

Bulan Ramadan merupakan bulan yang sangat dinanti oleh kaum muslimin. Bulan penuh berkah ini, menawarkan sejumlah kelebihan dibandingkan bulan-bulan yang lain. Tak heran jika di bulan ini banyak umat muslim berlomba untuk berbuat kebaikan, karena ingin mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Dan salah satu ciri dari bulan Ramadan ini adalah adanya kewajiban berpuasa bagi seluruh umat muslim. Berpuasa ini tidak hanya menahan lapar dan haus, tapi juga menahan hawa nafsu.

Dan berperang melawan hawa nafsu, pada dasarnya merupakan jihad yang sesungguhnya bagi seluruh umat muslim di dunia. Karena dari hawa nafsulah, segala berbuatan jelek itu berasal. Dalam konteks sekarang adalah maraknya hoaks, provokasi dan penyebaran radikalisme di media sosial, masih terus terjadi akibat amarah yang tak terkendali. Dan amarah itu muncul karena sebagian orang terprovokasi oleh hoaks di media sosial. Sekali lagi, ingat, esensi puasa adalah berperang melawan hawa dan nafsu.

Memang tak dipungkiri, penyebaran hoaks dan ujaran kebencian di era digital ini memang terus terjadi. Tidak peduli negeri ini dalam kondisi apa, para oknum penyebar hoaks dan kebencian ini masih terus menunjukkan eksistensinya. Di bulan Ramadan ini, tidak menutup kemungkinan mereka akan terus menyebarkan konten kebencian dan radikalisme. Karena di bulan ini, aktifitas seseorang mengakses informasi tentang keagamaan akan mengalami peningkatan.

Masyarkaat juga perlu mewaspadai dakwah-dakwah virtual yang sekiranya tidak relevan dengan nilai-nilai agama dan budaya. Karena konten radikal saat ini juga banyak menyusup melalui dakwah-dakwah virtual di media sosial. Masyarakat perlu cerdas dalam memilih konten di media sosial. Masyarakat juga harus punya informasi pembanding, baik dari situs, tokoh agama, atau pihak-pihak yang memang kompeten.

Mari kita gunakan bulan Ramadan ini juga sebagai ajang introspeksi. Untuk yang kedua kalinya, puasa Ramadan dilakukan di tengah pandem covid-19. Masker tidak hanya berfungsi untuk melindungi dari penyebaran virus, tapi juga bisa jadi pesan bahwa kita semua memang benar-benar harus berpuasa menyebarkan ujaran kebencian, provokasi dan radikalisme. Tak usah lagi ada aktifitas yang saling menjelekkan atau merasa paling benar sendiri.

Ingat, Ramadan merupakan bulan penuh ampunan dan keberkahan. Karena itu mari untuk saing menahan diri dari segala bentuk kemaksiatan dan perilaku buruk. Mari perbanyak berbuat baik, saling berbagi dan membantu antar sesama. Jika tidak bisa membantu dalam bentuk harta, saling mendoakan sudah cukup untuk saling berbuat baik. Bahkan saling senyum dan bertegur sapa saja juga merupakan bagian dari perbuatan baik.

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang ditahan." (HR. Bukhari). Janganlah berbuat dusta, janganlah berbohong. Jangan isi puasa kita dengan menebar kebohongan, kebencian dan provokasi. Mari perbanyak ibadah dan perbuatan baik di bulan suci ini. Salam introspeksi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun